Suku Rejang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot: Mengganti Bengkulu_coa.png dengan Coat_of_arms_of_Bengkulu.png
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 7:
| pop1 = 460.000
| ref1 =
| region2 = [[Berkas:South Sumatra COA.svg|20px]] Provinsi SumateraSumatra Selatan
| pop2 = 20.000
| ref2 =
Baris 23:
}}
 
'''Suku Rejang''' adalah salah satu [[suku bangsa]] yang terdapat di [[Bengkulu]] dan [[SumateraSumatra Selatan]]. Catatan mengenai mereka salah satunya berasal dari buku karya [[William Marsden]] yang berjudul ''The History of Sumatra''. Marsden menyebutkan bahwa selain Melayu (''Malays''), di SumateraSumatra terdapat pula suku Minangkabau (''Menancabow''), Aceh (''Achenese''), Batak (''Battas''), Rejang (''Redjang''), dan Lampung (''Lampoons'').<ref>{{Cite book
| last = Marsden
| first = William
Baris 32:
| year = 1783
| page = 40
| isbn = }}</ref> Suku ini adalah satu dari 10 kelompok masyarakat asli di [[Provinsi Bengkulu]]. Sembilan suku yang lain meliputi [[Suku Besemah|Besemah]], [[Suku Enggano|Enggano]], [[Suku Kaur|Kaur]], [[Suku Lembak|Lembak]], [[Suku Melayu|Melayu]], [[Suku Minangkabau|Minang]], [[Suku Nasal|Nasal]], [[Suku Pekal|Pekal]], dan [[Suku Serawai|Serawai]]. Jumlah populasi suku ini tidak diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan suku Rejang dalam [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]] tidak dikategorikan secara spesifik melainkan sebagai kelompok suku SumateraSumatra lainnya selain Batak, Aceh, Melayu, dan Minangkabau.
 
Di antara 10 kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu, masyarakat Rejang merupakan penduduk asli dan sekaligus mayoritas di 5 kabupaten yang meliputi wilayah [[Kabupaten Lebong|Lebong]], [[Kabupaten Kepahiang|Kepahiang]], [[Kabupaten Rejang Lebong|Rejang Lebong]], [[Kabupaten Bengkulu Tengah|Bengkulu Tengah]], dan [[Kabupaten Bengkulu Utara|Bengkulu Utara]]. Di antara suku-suku lain di Bengkulu, suku Rejang memiliki populasi terbesar. Populasi masyarakat Rejang dalam jumlah yang lebih kecil dapat pula dijumpai di [[Ulu Rawas, Musi Rawas Utara]]. Masyarakat Rejang di Ulu Rawas bercakap dalam [[bahasa Rejang]] dialek Rawas (''Awês'') yang berbeda secara signifikan dari 4 dialek lainnya yang dituturkan di wilayah Provinsi Bengkulu. Dalam jumlah yang lebih kecil terdapat ribuan orang Rejang yang bermigrasi ke pelbagai kota di Indonesia dan luar negeri.
Baris 41:
Tidak diketahui secara pasti sejak kapan suku Rejang disebut atau menyebut diri mereka sebagai Rejang. Hal lain yang patut dipertanyakan adalah apakah istilah Rejang awalnya merupakan penamaan dari suku bangsa yang bersangkutan atau julukan yang dialamatkan oleh suku bangsa atau mungkin juga bangsa lain. Menurut beberapa warga di daerah Lebong, dipercayai bahwa kata Rejang berarti menyeberang atau melintas. Kepercayaan didasarkan pada mitos yang berkembang dalam masyarakat Rejang daerah Tapus yang dipercaya sebagai pemukiman Rejang tertua. Kepercayaan tersebut menyebutkan bahwa nenek moyang Rejang datang dari suatu tempat yang jauh dan tidak diketahui lokasinya secara persis.
 
Apabila kepercayaan tersebut benar, maka menurut penelitian Prof. Richard McGinn yang mengajukan teori atau hipotesis bahwa nenek moyang Rejang berasal wilayah [[Sarawak]] yang sekarang, nenek moyang Rejang menyeberang atau melintas dari [[Kalimantan]] ke SumateraSumatra. Sesampainya di muara [[Sungai Musi]], mereka berjalan terus menyusuri [[Sungai Musi]] dan [[Sungai Rawas]] hingga ke hulu, ke tempat kediaman mayoritas suku Rejang yang sekarang di pedalaman Bengkulu. Istilah Rejang juga memiliki kemiripan dengan nama sungai di wilayah Sarawak, [[Sungai Rajang]] yang disebut dan diduga sebagai tanah asal orang Rejang sebelum mendiami SumateraSumatra.
 
Selain itu, di desa yang bernama [[Taba Anyar, Lebong Selatan, Lebong|Taba Anyar]] beredar cerita bahwa istilah Rejang dan Lebong yang saling berkaitan dan dijadikan sebagai nama [[Kabupaten Rejang Lebong]] berasal dari kebiasaan masyarakat Rejang yang berlangsung hingga saat ini, yakni merajang rebung untuk membuat [[Lema (masakan)|lema]] sebagai [[lauk]] mereka. Dari kebiasaan merajang rebung kemudian muncul istilah Rejang dan Lebong. Walaupun demikian, cerita yang satu ini diragukan banyak pihak dikarenakan kurang ilmiah sehingga terkesan mencocok-cocokkan istilah semata.
Baris 58:
== Ciri fisik ==
Masyarakat asli Rejang digambarkan oleh William Marsden sebagai masyarakat yang memiliki kulit yang lebih terang. Kulit mereka jauh lebih terang bila dibandingkan dengan orang-orang [[India Selatan]] yang keturunan murni maupun keturunan campuran. Kulit terang orang Rejang dan sejumlah suku-suku lain di SumateraSumatra lebih tepat disebut kulit kuning dibanding putih seperti kulitnya orang Eropa.<ref>{{Cite book
| last = Marsden
| first = William
Baris 75:
Suku Rejang memiliki bahasa dengan nama yang sama. Bahasa Rejang adalah bahasa utama yang dituturkan di rumah atau lingkungan keluarga besar. Sementara di tempat umum atau ketika berkomunikasi dengan masyarakat bukan Rejang, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Bengkulu. Melayu Bengkulu saat ini dipandang sebagai basantara yang memperlancar komunikasi antara orang asli (Rejang) dengan masyarakat pendatang. Melayu Bengkulu merupakan varian bahasa Melayu yang memiliki penutur di Provinsi Bengkulu. Bahasa Melayu Bengkulu dikenal karena memiliki kemiripan dengan [[bahasa Minangkabau]] dan [[bahasa Melayu Palembang]].
 
Menurut beberapa penelitian dan kajian yang dilakukan oleh Prof. Richard McGinn dari [[Universitas Ohio]], ahli [[bahasa Austronesia]] tersebut mengajukan hipotesis atau teori bahwa masyarakat Rejang berasal dari luar SumateraSumatra dan berpindah ke sana untuk alasan yang belum diketahui. [[Sarawak]] adalah daerah yang disebut sebagai tanah asal orang Rejang sebelum berpindah ke SumateraSumatra. Bahasa Rejang menurut Prof. McGinn tidak memiliki kerabat di SumateraSumatra. Berdasarkan penelitiannya, kerabat bahasa Rejang yang paling dekat yakni [[Rumpun bahasa Dayak Darat]] di Sarawak yang tergolong sebagai masyarakat [[Suku Dayak Bidayuh|Bidayuh]].<ref>{{cite web |url=http://www.ohio.edu/people/mcginn/Out_of_Borneo_Hypothesis.pdf |title=Archived copy |accessdate=2018-11-04 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20140102191035/http://www.ohio.edu/people/mcginn/Out_of_Borneo_Hypothesis.pdf |archivedate=2014-01-02 |df= }} dalam Adelaar & Pawley, eds, ''Austronesian historical linguistics and culture history''</ref>
 
Sebagai anggota dari [[rumpun bahasa Austronesia]], bahasa ini memiliki sejumlah persamaan kosakata dengan bahasa-bahasa daerah yang berlainan dan berjauhan letaknya di Indonesia. Kata ''tun'' yang berarti orang dalam bahasa Rejang memiliki padanan berupa ''to-ono'' dan ''tou'' masing-masing dari bahasa Minahasa dan bahasa Tolaki. Selanjutnya, kata ''nopoe'' yang berarti ular dalam bahasa Rejang dialek Kepahiang memiliki padanan berupa ''nipa'' dalam bahasa-bahasa Flores. Dan kata ''nangai'' yang bermakna muara memiiki padanan kata berupa ''nanga'' dalam bahasa-bahasa di Kalimantan Barat.
 
Bahasa Rejang memiliki lima dialek yang memiliki variasi atau perbedaan antar satu dialek dengan dialek lainnya dengan derajat yang berbeda-beda.<ref>[https://www.omniglot.com/writing/redjang.htm Omniglot: Redjang]</ref> Empat dari lima dialek dituturkan di wilayah Provinsi Bengkulu. Satu dialek lagi dituturkan di Kabupaten Musi Rawas Utara, SumateraSumatra Selatan. Kelima dialek tersebut adalah sebagai berikut:
* Dialek Lebong, dituturkan di [[Kabupaten Lebong]] dan sebagian [[Kabupaten Bengkulu Utara]].
* Dialak Musi, dituturkan di sepanjang hulu aliran Sungai Musi di Kabupaten Rejang Lebong, sebagian Kabupaten Bengkulu Utara, dan sebagian Kabupaten Kepahiang terutama di [[Merigi, Kepahiang|Kecamatan Merigi]] dan [[Ujan Mas, Kepahiang|Kecamatan Ujan Mas]]. Dialek ini dinamai berdasarkan nama [[Sungai Musi]].