Kota Makassar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
Evi Zuriza (bicara | kontrib)
menjelaskan sejarah perkembangan bentuk Kota Makassar sejak awal abad ke-17
Baris 100:
Pada [[abad ke-16]], Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di [[Asia Tenggara]]. Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak upaya [[VOC]] ([[Belanda]]) untuk memperoleh hak [[monopoli]] di kota tersebut.
 
Setelah ditaklukkan oleh VOC pada tahun 1669, Kota Makassar berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, dan pusat permukiman (Rasjid, 2000; Sumalyo, 2002). Pada awal abad ke-17 peranan Kota Makassar sebagai Bandar niaga dan adminitrasi semakin besar yang ditunjang oleh potensi wilayah, penduduk dan letak geografisnya yang sangat strategis menjadi tempat transit perdagangan internasional terutama bangsa Eropa, Cina, Melayu, dan Arab. Latar belakang aktivitas perdagangan nasional/internasional yang ramai ketika itu yang sejalan dengan nilai budaya masyarakatnya, mendorong cepatnya penyebaran dinamika pertumbuhan Kota Makassar sebagai kota pantai (Kuntowijoyo, 2003). Berdasarkan nilai-nilai sosio-kultural yang dipahami, maka kehadiran berbagai komunitas tersebut telah memberikan kontribusi yang bersifat sinergis dengan masyarakat Bugis di Kota Makassar.
 
Kehadiran masyarakat Eropa di kota Makassar banyak memberi pengaruh karakter kolonial terhadap pembentukan kota Makassar khususnya di kawasan kota lama. seperti pada kota-kota lainnya dan karakter kota kolonial banyak memberi kontribusi terhadap wujud kota berupa: wujud kota yang berorientasi pada pusat pemerintahan di benteng (Rotterdam). Terbentuknya pola jalan kota yang dilengkapi dengan ruang terbuka 'lapangan, yang luas dan berkembangnya berbagai fasilitas perumahan orang Eropa dan prasarana pelabuhan dan serta berbagai fasilitas sosial ekonomi. Pembentukan kota Makassar terus berkembang hingga puncaknya pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada awal abad ke-20.
 
Pada awal abad 20 benteng Rotterdam berperan sebagai pusat pemerintahan dan sebagai pusat permukiman Kota Makassar. Selanjutnya pada saat ini perkembangan struktur kotanya tidak lagi berorientasi ke benteng. Pusat Kota Makassar bergeser ke lapangan Karebosi, diikuti oleh adanya perkembangan kawasan-kawasan kota yang cenderung menyebar dan membentuk sub-sub pusat kota.
 
Selanjutnya kehadiran masyarakat Cina pada masa kolonial juga banyak memberi kontribusi terhadap wujud kota Makassar terutama di kawasan kota lama. karakter umum kawasan permukiman Cina 'pecinan, yaitu antara lain cenderung terbentuk di sekitar pelabuhan sebagai tempat yang strategis dalam berdagang yang dilengkapi dengan fasilitas perbelanjaan 'pasar, dan tempat ibadah dan pola jalan permukiman terbentuk secara paralel mengikuti garis pantai dan sebagian tegak lurus garis pantai dan bentuk kotanya menerapkan azas geometris dan permukiman relative padat dan minim hijauan kota.
 
Demikian pula halnya dengan kehadiran pedagang Melayu dan sebagian kecil orang Arab di Kota Makassar juga telah memberikan pengaruh terhadap wujud kota. Namun demikian kontribusi spasial terhadap wujud kota kurang terlihat secara spesifik. Hal ini karena masyarakatnya kurang terkonsentrasi di kota Makassar dan sebagian tersebar ke daerah-daerah kabupaten sekitarnya. Satusatunya kontribusi terhadap wujud kota yang terlihat saat ini adalah berupa fasilitas ibadah 'Mesjid Melayu dan Mesjid Arab yang hingga saat ini telah mengalami pemugaran,. Komunitas tersebut juga sangat mendukung peran masyarakat bugis dalam pembangunan. Dukungan yang dimaksud adalah kemiripan karakternya sebagai ekspresi kesenangan berdagang dan sebagai masyarakat religius yang memeluk ajaran islam.
 
Selain itu, sikap yang toleran terhadap [[agama]] berarti bahwa meskipun [[Islam]] semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama [[Kristen]] dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-orang [[Melayu]] yang bekerja dalam perdagangan di [[Kepulauan Maluku]] dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang dari [[Eropa]] dan [[Bangsa Arab|Arab]].Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).
Baris 294 ⟶ 304:
== Pariwisata ==
[[Berkas:Id 01 (21).jpg|jmpl|240px|Logo ''branding'' pariwisata Kota Makassar.]]
[[Berkas:800px-anjungan losari.jpg‎|jmpl|260px|Anjungan Pantai Losari.|pra=Special:FilePath/800px-anjungan_losari.jpg]]
[[Berkas:Fort Rotterdam, Makassar, Indonesia - 20100227-01.jpg|jmpl|260px|Fort Rotterdam.]]
[[Berkas:Trans studio world makassar.jpg|jmpl|260px|Trans Stuido World Makassar.]]