Politeknik Pertanian Negeri Kupang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 18:
Pada tahun 1985 dimulai perekrutan calon tenaga pengajar (dosen) yang dilanjutkan dengan pendidikan selama 2 (dua) tahun di PEDCA yang diselenggarakan di Universitas Padjadjaran untuk sub-bidang tanaman pangan dan peternakan, di Institut Pertanian Bogor untuk sub-bidang kehutanan dan perikanan. Sebagian calon dosen dididik di Australia selama 1 (satu) tahun. Calon dosen angkatan pertama menyelesaikan pendidikan pada tahun 1987 dan pendidikan calon dosen Politeknik Pertanian ini berlangsung 4 (empat) angkatan. Selanjutnya PEDCA berfungsi sebagai penyelenggara kursus-kursus penyegaran bagi dosen dan teknisi akademik selama beberapa tahun. Pada tahun 1987 juga dimulai pembangunan fasilitas fisik, yaitu gedung kantor direktorat, ruang kuliah, gedung laboratorium, gudung perpustakaan dan kandang ternak.
 
Pemilihan ke-6 wilayah dalam mendirikan Politeknik Pertanian adalah untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan unggulan dan tipe agroklimat yang berbeda. Pulau SumateraSumatra untuk pengembangan Tanaman Perkebunan, pulau Jawa untuk Tanaman Pangan dan Hortikultura, Pulau Kalimantan untuk Kehutanan, Pulau Sulawesi untuk Perikanan dan Kelautan, pulau Timor (NTT) untuk Peternakan dan Pertanian Lahan Kering (pertanian pada zona iklim semi-ringkai). Politeknik Pertanian Undana dibentuk dengan 3 (tiga) jurusan dan 3 (tiga) program studi yaitu Jurusan Peternakan dengan Program Studi Produksi Ternak, Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering dengan Program Studi Manajemen Pertanian Lahan Kering dan Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Penerimaan mahasiswa baru, pertama kali dilakukan pada bulan Desember 1988 dan pembelajaran dimulai pada bulan Februari 1989.
 
Kurikulum yang dikembangkan oleh ENEREGS dan counter part local dari Unpad Bandung adalah pembelajaran sistem blok dengan pendekatan problem solving yang di awal pembentukan dipandang sebagai bentuk pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan Politeknik. Dalam perkembangan selanjutnya sistem ini tidak sesuai dengan sistem administrasi pendidikan tinggi Indonesia yang menerapkan sistem kredit semester (SKS), sehingga para dosen mengalami kesulitan dalam usulan kenaikan pangkat. Keadaan ini memaksakan pembelajaran diubah kepada sistem kredit semester sebagaimana yang dianut pendidikan tinggi Indonesia sekarang ini.