'''[[Profesor|Prof.]] [[Doktor|Dr.]] Achmad Mochtar''' (lahir di Ganggo Hilia, [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]], [[Pasaman]], [[SumateraSumatra Barat]], tahun [[1892]] – meninggal di [[Jakarta]], [[3 Juli]] [[1945]] pada umur 53 tahun) adalah seorang dokter dan ilmuwan [[Indonesia]]<ref name="AMScience">{{en}}{{Cite journal
|author=Stone R|coauthor=
|year=2010
Baris 42:
== Karier ==
Mochtar memulai kariernya sebagai [[dokter]] di desa terpencil [[Panyabungan Kota, Mandailing Natal|Panyabungan]], [[SumateraSumatra Utara]] selama dua tahun.<ref name="AMScience" /> Ketika bertugas di Panyabungan, Achmad Mochtar bertemu dengan peneliti berkebangsaan Belanda bernama W.A.P Schüffner yang kala itu sedang meneliti [[malaria]].<ref name="AMScience" /> Schüffner kemudian menjadi mentor bagi Achmad Mochtar.<ref name="AMScience" /> Berkat pengaruh Schüffner, pemerintahan kolonial Belanda mengirim Achmad Mochtar untuk mengikuti program doktoral di [[Universitas Amsterdam]].<ref name="AMScience" />
Disertasi yang diselesaikannya pada tahun [[1927]] menyangkal [[leptospira]] sebagai penyebab [[demam kuning]], sebagaimana yang diketahui ilmu kedokteran pada masa itu.<ref name="AMScience" /> Achmad Mochtar kembali ke [[Hindia Belanda]] pada tahun 1927 dan melanjutkan penelitian tentang leptospirosis.<ref name="AMScience" /> Mochtar berpindah-pindah tempat tinggal dari Bengkulu, SumateraSumatra Barat, hingga Semarang. Dia aktif menghasilkan karya ilmiah yang dipublikasikan di berbagai jurnal ternama.<ref name="Tempo" /> Pada tahun 1937, ia bergabung dengan lembaga penelitian [[Lembaga Eijkman|The Central Medical Laboratory]] yang setahun kemudian berganti nama menjadi Lembaga Eijkman.<ref name="AMScience" /> Pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia dan menangkapi orang-orang berkebangsaaan Belanda, termasuk direktur Lembaga Eijkman pada masa itu yang bernama W.K. Martens. Martens meninggal akibat beri-beri saat berada dalam penyekapan militer Jepang.<ref name="AMScience" /> Oleh karena itu, Achmad Mochtar diangkat menjadi pemimpin Lembaga Eijkman dan merupakan orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan tersebut.<ref name="AMScience" />
== Tuduhan pencemaran vaksin tetanus ==
Baris 61:
== Penghargaan ==
Untuk menghargai jasa Achmad Mochtar, Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial pada tahun 1968 dan tanda kehormatan Bintang Jasa Klas III. Selain itu, namanya digunakan menjadi nama rumah sakit milik Pemerintah Provinsi [[SumateraSumatra Barat]], yaitu [[Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi]].<ref>[http://rsam-bkt.sumbarprov.go.id/statis-6-sejarah.html "Sejarah RSAM-RS. Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi"] ''Situs web resmi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi''. 2 Januari 2012. Diakses 1 Maret 2016.</ref>