Badak sumatra: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bennylin memindahkan halaman Badak sumatera ke Badak sumatra: WP:SUMATRA |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
Baris 40:
*†''D. s. lasiotis'' <small>Buckland, 1872</small>
}}
'''Badak sumatera''', juga dikenal sebagai '''badak berambut''' atau '''badak Asia bercula dua''' (''Dicerorhinus sumatrensis''),<ref>{{citation |url=http://www.wwf.or.id/program/spesies/badak_sumatera/ |title=Badak
Spesies ini pernah menghuni [[hutan hujan]], [[rawa]], dan [[hutan pegunungan]] di [[India]], [[Bhutan]], [[Bangladesh]], [[Myanmar]], [[Laos]], [[Thailand]], [[Malaysia]], [[Indonesia]], dan [[Tiongkok]]. Dalam sejarahnya, badak sumatera dahulu tinggal di bagian barat daya Tiongkok, khususnya di [[Sichuan]]<ref>{{en}} Chapman, Jan (1999) ''The Art of Rhinoceros Horn Carving in China''. Christie's Books, London. ISBN 0-903432-57-9. p. 27</ref><ref>{{en}} Schafer, Edward H. (1963) ''The Golden Peaches of Samarkand: A study of T'ang Exotics''. University of California Press. Berkeley and Los Angeles. p. 83</ref> Mereka sekarang [[Kritis (konservasi)|terancam punah]], dengan hanya enam populasi yang cukup besar di alam liar: empat di [[
Dalam sebagian besar masa hidupnya, badak sumatera merupakan hewan penyendiri, kecuali selama masa kawin dan memelihara keturunan. Mereka merupakan spesies badak yang paling vokal dan juga berkomunikasi dengan cara menandai [[tanah]] dengan kakinya, memelintir [[pohon]] kecil hingga membentuk pola, dan meninggalkan kotorannya. Spesies ini jauh lebih baik untuk dipelajari daripada [[badak jawa]] yang sama tertutupnya, sebagian dikarenakan adanya program yang membawa 40 badak sumatera ke dalam konservasi ex-situ dengan tujuan melestarikan spesies tersebut. Program ini bahkan dianggap sebagai bencana oleh pemrakarsanya; sebagian besar badak tersebut mati dan tidak ada keturunan yang dihasilkan selama hampir 20 tahun, sehingga menggambarkan penurunan populasi yang bahkan lebih buruk daripada habitatnya di alam liar.
Baris 48:
== Taksonomi dan penamaan ==
[[Berkas:Dicerorhinus sumatrensis Bell 1793.jpg|jmpl|kiri|Gambar pertama dari spesimen pertama yang dikenal dalam ilmu pengetahuan Barat, karya William Bell, 1793.]]
Badak sumatera yang pertama kali didokumentasikan ditembak di suatu daerah yang berjarak 16 km dari luar [[Benteng Marlborough]], dekat pesisir barat
Nama ilmiah ''Dicerorhinus sumatrensis'' berasal dari istilah [[Bahasa Yunani Kuno|Yunani]] ''{{lang|grc-Latn|di}}'' ({{lang|grc|δι}}, yang artinya "dua"), ''{{lang|grc-Latn|cero}}'' ({{lang|grc|κέρας}} yang berarti "cula"), dan ''{{lang|grc-Latn|rhinos}}'' ({{lang|grc|ρινος}}, yang artinya "[[hidung]]").<ref>{{en}} {{cite book|last=Liddell|first=Henry G.|authorlink=Henry Liddell|coauthors= [[Robert Scott (philologist)|Scott, Robert]]|year=1980|title=Greek-English Lexicon|edition=Abridged|publisher=Oxford University Press|location=Oxford|isbn=0-19-910207-4}}</ref> ''Sumatrensis'' menandakan "dari
Tiga [[subspesies]] badak sumatera yaitu:
'''''D. s. sumatrensis''''', dikenal sebagai '''badak sumatera barat''', hanya tersisa antara 75 sampai 85 ekor badak, kebanyakan berada di [[Taman Nasional Bukit Barisan Selatan]] dan [[Taman Nasional Gunung Leuser|Gunung Leuser]] di
'''''D. s. harrissoni''''', dikenal sebagai '''[[badak sumatera timur]]''' atau '''badak kalimantan''', pernah tersebar luas di seluruh [[Pulau Kalimantan]]; saat ini hanya 10 ekor yang diperkirakan masih hidup.<ref name=IUCN/> Populasinya yang telah diketahui di Kalimantan menghuni [[Sabah]], sementara bukti video dari kamera intai juga memastikan kehadiran mereka di [[Kalimantan Timur]].<ref>{{en}} [http://www.wwf.or.id/index.cfm?uNewsID=29561&uLangID=1 Camera traps produce first ever hard evidence of Sumatran rhino population in Kalimantan forests]. WWF-Indonesia. 2 October 2013.</ref> Laporan mengenai adanya badak ini di [[Serawak]] belum dapat dikonfirmasi.<ref name="IUCN"/> Subspesies ini mendapat namanya dari Tom Harrisson, yang bekerja secara ekstensif dengan [[antropologi]] dan [[zoologi]] Kalimantan pada tahun 1960-an.<ref>{{en}} {{cite journal |last=Groves |first=C. P. |title=Description of a new subspecies of Rhinoceros, from Borneo, ''Didermocerus sumatrensis harrissoni'' |date=1965 |journal=Saugetierkundliche Mitteilungen |volume=13 |issue=3 |pages=128–131 |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/index.php?s=1&act=refs&CODE=ref_detail&id=1165236867}}</ref> Subspesies Kalimantan ini secara nyata lebih kecil dibandingkan dengan dua subspesies lainnya.<ref name=Taxhistory/> Badak sumatera timur baru-baru ini dinyatakan [[punah di alam liar]] dan hanya tersisa tiga ekor (1 jantan dan 2 betina) dalam konservasi di Sabah.<ref>{{en}} {{citation |url=http://news.mongabay.com/2015/04/officials-sumatran-rhino-is-extinct-in-the-wild-in-sabah/ |title=Officials: Sumatran rhino is extinct in the wild in Sabah |date=April 23, 2015 |author=Jeremy Hance |publisher=Mongabay}}</ref>
Baris 80:
[[Berkas:TamanNegara SungeiTembeling.jpg|jmpl|[[Taman Nasional Taman Negara]] dihuni satu-satunya populasi badak sumatera yang terkonsentrasi dan diketahui di daratan Asia.]]
Badak sumatera hidup di [[hutan pegunungan]], rawa, dan [[hutan hujan]] sekunder di dataran rendah maupun dataran tinggi. Badak tersebut mendiami daerah perbukitan yang dekat dengan air, terutama di bagian atas lembah-lembah yang curam dengan semak belukar yang sangat banyak. Badak sumatera pernah tersebar secara berkesinambungan sampai jauh ke utara yakni [[Birma]], [[India]] timur, dan [[Bangladesh]]. Laporan-laporan yang belum dikonfirmasi juga menyatakan bahwa badak tersebut pernah menghuni [[Kamboja]], [[Laos]], dan [[Vietnam]]. Semua hewan yang masih hidup, dan diketahui, tinggal di [[Semenanjung Malaysia]], [[Pulau
Badak sumatera tersebar secara luas, jauh melebihi badak Asia lainnya, sehingga menyulitkan para aktivis atau ahli konservasi untuk melindungi spesies ini secara efektif.<ref name=Foose/> Hanya lima daerah yang diketahui dihuni badak sumatera: [[Taman Nasional Bukit Barisan Selatan]], [[Taman Nasional Gunung Leuser]], dan [[Taman Nasional Way Kambas]] di
[[Taman Nasional Kerinci Seblat]], [[taman nasional]] terbesar di
[[Berkas:Cloud forest mount kinabalu.jpg|jmpl|Suatu [[hutan pegunungan]] di [[Sabah]], [[Pulau Kalimantan]].]]
Analisis genetika terhadap populasi badak sumatera berhasil mengidentifikasi tiga garis keturunan genetik yang berbeda.<ref name= Morales/> [[Selat Malaka|Jalur penghubung antara
Meskipun badak sumatera telah dianggap punah di Kalimantan sejak tahun 1990-an, pada bulan Maret 2013 [[World Wide Fund for Nature|World Wide Fund]] (WWF) mengumumkan bahwa tim yang sedang memantau aktivitas [[orang utan]] di [[Kabupaten Kutai Barat]], [[Kalimantan Timur]], menemukan beberapa beberapa gigitan badak pada cabang kecil, jejak cula badak pada dinding lubang lumpur, bekas gesekan tubuh badak pada pohon, lubang lumpur, dan jejak kaki badak yang masih baru. Tim tersebut juga mengidentifikasikan bahwa badak-badak tersebut memakan lebih dari 30 spesies tanaman.<ref>{{en}} {{cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2013/03/29/traces-sumatran-rhino-found-kalimantan.html |title=Traces of Sumatran rhino found in Kalimantan |date=29 March 2013}}</ref> Pada tanggal 2 Oktober 2013, citra video hasil kamera intai yang menunjukkan adanya badak sumatera di Kutai Barat dirilis oleh WWF. Para ahli menganggap bahwa video tersebut menunjukkan dua hewan yang berbeda, namun tidak begitu yakin. Menurut [[Zulkifli Hasan]], [[Menteri Kehutanan Republik Indonesia]] pada saat itu, bukti video tersebut "sangat penting" dan menyebutkan bahwa Indonesia memiliki "target pertumbuhan populasi badak sebesar tiga persen per tahun".<ref name= Morales/><ref>{{en}} {{cite web|author=Squatters |url=http://www.thejakartaglobe.com/news/sumatran-rhino-caught-on-camera-in-east-kalimantan/ |title=Sumatran Rhino Caught on Camera in East Kalimantan |publisher=The Jakarta Globe |date=2 October 2013 |accessdate=2 August 2014}}</ref>
Baris 99:
[[Berkas:Sumatran Rhino 001.jpg|jmpl|ka|Badak sumatera sedang berkubang.]]
Hanya ada sedikit kesempatan untuk mempelajari [[epidemiologi]] badak sumatera. [[Caplak]] dan ''[[Gyrostigma]]'' dilaporkan sebagai penyebab kematian hewan dalam penangkaran pada abad ke-19.<ref name=LitStud/> Badak ini juga dikenal rentan terhadap [[surra]], suatu penyakit darah, yang mana dapat disebarkan oleh [[pikat]] yang membawa ''[[Trypanosoma]]'' yang bersifat parasit; pada tahun 2004, kelima badak di Pusat Konservasi Badak
Badak sumatera mempertahankan lintasan-lintasan dalam wilayah jangkauannya. Lintasan tersebut terbagi menjadi dua jenis. Lintasan utama akan digunakan oleh beberapa generasi badak untuk melakukan perjalanan antar daerah penting dalam wilayah jangkauan masing-masing badak, seperti antar kawasan [[menjilat mineral|menggaram]], atau dalam [[koridor satwa liar|koridor]] yang melewati medan tak bersahabat yang memisahkan antar wilayah jangkauan. Dalam daerah makanan, badak tersebut akan membuat lintasan yang lebih kecil, yang masih tertutup vegetasi, menuju daerah yang mengandung makanan. Ditemukan adanya lintasan badak sumatera yang menyeberangi sungai yang lebih dalam dari 1,5 [[meter|m]] dan sekitar 50 m lebarnya. Arus dari sungai-sungai ini dikenal kuat, tetapi badak sumatera adalah perenang tangguh.<ref name=Groves1972/><ref name=LitStud/> Di dekat sungai-sungai dalam wilayah jangkauan badak sumatera relatif tidak memiliki kubangan, sehingga menandakan bahwa mereka terkadang mandi di sungai sebagai ganti berkubang.<ref name=Borner/>
Baris 143:
Kebiasaan perkembangbiakan badak sumatera telah diteliti dalam penangkaran. Kedekatan secara seksual diawali dengan masa pacaran yang ditandai dengan meningkatnya vokalisasi, pembesaran ekor, [[buang air kecil]], dan meningkatnya kontak fisik; baik jantan maupun betina menggunakan moncong mereka untuk menyentuh kepala dan alat kelamin pasangannya. Pola pacaran seperti ini paling mirip dengan [[badak hitam]]. Badak sumatera jantan yang masih muda seringkali terlalu agresif terhadap yang betina, terkadang mereka melukai dan bahkan membunuhnya selama pacaran. Di alam liar, sang betina dapat melarikan diri dari pejantan yang terlalu agresif, namun tidak demikian jika di kandang penangkaran yang ruang geraknya terbatas sehingga mereka tidak dapat melarikan diri. Ketidakmampuan badak betina untuk meloloskan diri dari pejantan yang agresif mungkin sedikit banyak berperan terhadap rendahnya tingkat keberhasilan program-program perkembangbiakan dalam penangkaran.<ref name=ZZ2005>{{en}} {{cite journal |last1=Zainal Zahari |first1=Z. |last2=Rosnina |first2=Y. |last3=Wahid |first3=H. |last4=Yap |first4=K. C. |last5=Jainudeen |first5=M. R. |title=Reproductive behaviour of captive Sumatran rhinoceros (''Dicerorhinus sumatrensis'') |date=2005 |journal=Animal Reproduction Science |doi=10.1016/j.anireprosci.2004.04.041 |pmid=15581515 |volume=85 |issue=3–4 |pages=327–335 |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175857492.pdf |format=PDF}}</ref><ref name=ZZ2002>{{en}} {{cite journal |last1=Zainal-Zahari |first1=Z. |last2=Rosnina |first2=Y. |last3=Wahid |first3=H. |last4=Jainudeen |first4=M. R. |date=2002 |title=Gross Anatomy and Ultrasonographic Images of the Reproductive System of the Sumatran Rhinoceros (''Dicerorhinus sumatrensis'') |journal=Anatomia, Histologia, Embryologia: Journal of Veterinary Medicine Series C |doi=10.1046/j.1439-0264.2002.00416.x |pmid=12693754 |volume=31 |issue=6 |pages=350–354}}</ref><ref name=Roth06/>
Masa [[siklus estrus|berahi]] itu sendiri, saat badak betina bersikap reseptif terhadap badak jantan, berlangsung sekitar 24 jam, dan pengamatan-pengamatan telah mencatat bahwa masa tersebut terulang kembali dalam interval 21–25 hari. Badak-badak di [[Kebun Binatang Cincinnati]] teramati melakukan persetubuhan selama 30–50 menit, serupa lamanya dengan badak-badak yang lain; pengamatan dalam Pusat Konservasi Badak
== Konservasi ==
Baris 152:
[[Berkas:Sumatran Rhino.jpg|lurus|jmpl|Seekor induk dengan anaknya]]
[[Perburuan liar]] badak sumatera menimbulkan keprihatinan, sebab harga culanya diperkirakan mencapai [[US$]] 30.000 per kilogram.<ref name=Dinerstein/>{{rp|31}} Spesies ini telah diburu secara berlebihan selama berabad-abad, sehingga membuat populasinya sangat berkurang dan masih mengalami penurunan hingga sekarang.<ref name=IUCN/> Badak tersebut sulit untuk diamati dan diburu secara langsung (seorang peneliti lapangan menghabiskan waktu tujuh minggu dengan bersembunyi di sebuah pohon dekat tempat [[menjilat mineral|menggaram]] tanpa pernah mengamati seekor badak pun secara langsung), sehingga para pemburu memanfaatkan perangkap tombak dan perangkap lubang. Pada tahun 1970-an, dibuat dokumentasi terkait pemanfaatan anggota-anggota tubuh badak di kalangan masyarakat setempat
Hutan hujan di Indonesia dan Malaysia, tempat hunian badak sumatera, juga menjadi sasaran [[pembalakan liar]] ataupun yang legal karena harapan untuk mendapatkan kayu keras dari hutan-hutan tersebut. Kayu langka seperti [[Merbau Pantai|merbau]], [[meranti]], dan [[Getah perca|semaram]] sangat bernilai di pasar internasional, harganya mencapai $1,800 per m<sup>3</sup>. Penegakan hukum atas penebangan liar sulit dilakukan karena adanya kehidupan manusia di dalam atau dekat dengan banyak dari hutan yang sama dengan yang dihuni badak tersebut. [[Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004|Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004]] telah digunakan sebagai alasan untuk membenarkan aktivitas [[penebangan kayu]] yang baru. Meskipun kayu keras dalam hutan hujannya badak sumatera ditujukan untuk pasar internasional dan tidak banyak digunakan dalam bidang konstruksi di dalam negeri, jumlah izin penebangan hutan ini telah meningkat secara dramatis akibat [[tsunami]] tersebut.<ref name="Habitat loss"/> Tetapi, walaupun badak sumatera telah dikemukakan sangat sensitif terhadap gangguan habitat, tampaknya hal ini tidak sebanding dengan adanya aktivitas [[perburuan]], sebab mereka sedikit banyak mampu bertahan dalam kondisi hutan apa pun.<ref name=IUCN/>
Baris 163:
Badak sumatera tidak dapat berkembang dengan baik di luar [[ekosistem]] mereka. Belum ada seekor pun spesimen yang lahir dalam suatu [[kebun binatang]] sejak sebuah kelahiran tunggal yang sukses pada tahun 1889 di [[Kebun Binatang Alipore|Kebun Binatang Kolkata]]. Pada tahun 1872, [[Kebun Binatang London]] mendapatkan sepasang jantan dan betina yang tertangkap di [[Chittagong]] pada tahun 1868. Sang betina yang diberi nama "Begum" bertahan hidup sampai tahun 1900, sebuah rekor sepanjang masa untuk seekor badak dalam penangkaran.<ref>{{en}} {{cite book|last=Lydekker|first=Richard|date=1900|title=The great and small game of India, Burma, and Tibet|publisher=Asian Educational Services|isbn=978-81-206-1162-7|url=http://books.google.com/?id=_eQA6LDdpiQC&pg=PA27}}</ref> Begum merupakan salah satu dari setidaknya tujuh spesimen subspesies ''[[badak sumatera utara|D. s. lasiotis]]'' yang telah punah yang pernah dimiliki kebun-kebun binatang dan sirkus-sirkus.<ref name=LitStud/> Pada tahun 1972, Subur, satu-satunya badak sumatera yang masih tersisa dalam penangkaran, mati di [[Kebun Binatang Kopenhagen]].<ref name=LitStud/>
Meskipun reproduksi spesies ini masih kurang sukses, pada awal tahun 1980-an beberapa lembaga konservasi memulai suatu program perkembangbiakan badak sumatera di dalam tempat penangkaran. Antara tahun 1984 dan 1996, program [[konservasi]] ''[[konservasi ex situ|ex situ]]'' memindahkan 40 badak sumatera dari habitat asli mereka ke berbagai kebun binatang dan tempat penampungan di seluruh dunia. Kendati pada awalnya ada harapan yang besar, dan ada banyak penelitian yang dilakukan pada spesimen-spesimen dalam penangkaran, hingga akhir tahun 1990-an tidak ada satu badak pun yang lahir melalui program ini, dan sebagian besar pendukungnya sepakat bahwa program ini telah gagal. Pada tahun 1997, kelompok spesialis badak Asia dari [[IUCN]], yang mana pernah mendukung program tersebut, menyatakan bahwa program tersebut telah gagal "bahkan dalam mempertahankan spesies ini dalam batasan angka kematian yang dapat diterima", dengan catatan bahwa selain kurangnya jumlah kelahiran, 20 ekor dari keseluruhan badak hasil tangkapan telah mati.<ref name=Foose/> Pada tahun 2004, wabah [[surra]] di Pusat Konservasi Badak
[[Berkas:Subur.jpg|jmpl|[[Taksidermi|Hasil pengawetan]] badak sumatera terakhir dalam penangkaran pada tahun 1970-an, yakni seekor betina bernama "Subur" yang mati pada tahun 1972.]]
Tujuh ekor dari keseluruhan badak tangkapan tersebut dikirim ke Amerika Serikat (yang lainnya tetap di Asia Tenggara), tetapi pada tahun 1997 jumlah mereka berkurang menjadi tiga: seekor betina di [[Kebun Binatang Los Angeles]], seekor jantan di [[Kebun Binatang Cincinnati]], dan seekor betina di [[Kebun Binatang Bronx]]. Sebagai upaya terakhir, ketiga badak tersebut kemudian disatukan di Cincinnati. Pada akhirnya, setelah berbagai kegagalan upaya selama bertahun-tahun, Emi (seekor betina dari Los Angeles) hamil untuk yang keenam kalinya, dengan seekor jantan bernama Ipuh dari kebun binatang tersebut. Lima kehamilan sebelumnya selalu berakhir dengan kegagalan. Para peneliti di kebun binatang tersebut telah belajar dari kegagalan-kegagalan sebelumnya, dan walaupun menggunakan bantuan pengobatan hormon khusus, Emi akhirnya melahirkan seekor anak badak jantan yang sehat bernama Andalas (artinya
| archiveurl = http://web.archive.org/web/20071027165441/http://www.cincinnatizoo.org/Conservation/GlobalConservation/SumatranRhino/BirthAnnouncement/announcement.html| archivedate = 27 October 2007}}</ref> Pada tanggal 29 April 2007, Emi melahirkan untuk yang ketiga kalinya, ia melahirkan anak keduanya yang jantan yang bernama Harapan atau Harry.<ref name=Roth03>{{en}} {{cite journal | title = Breeding the Sumatran rhinoceros (''Dicerorhinus sumatrensis'') in captivity: behavioral challenges, hormonal solutions | author = Roth, T.L. | year = 2003 | journal = Hormones and Behavior |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175860343.pdf| volume = 44 | page = 31 | doi = 10.1016/S0018-506X(03)00068-0 }}</ref><ref name=CincZoo3>{{en}} {{cite web | url = http://www.cincinnatizoo.org/VisitorGuide/zoonews/RhinoCalf/itsaboy.html | title = Meet "Harry" the Sumatran Rhino! | accessdate = 4 November 2007 | work = [[Cincinnati Zoo]] |archiveurl = http://web.archive.org/web/20071117233448/http://www.cincinnatizoo.org/VisitorGuide/zoonews/RhinoCalf/itsaboy.html |archivedate = 17 November 2007|deadurl=yes}}</ref> Pada tahun 2007, Andalas yang selama ini menghuni Kebun Binatang Los Angeles dikembalikan ke [[
Meskipun ada beberapa keberhasilan di Cincinnati, program pembiakan dalam penangkaran tetap merupakan hal yang kontroversial. Para pendukungnya berpendapat bahwa kebun-kebun binatang telah membantu upaya konservasi dengan mempelajari kebiasaan reproduksi mereka, meningkatkan edukasi dan kesadaran masyarakat seputar badak tersebut, serta membantu meningkatkan sumber daya finansial demi upaya-upaya konservasi di
== Penggambaran dalam budaya ==
Baris 179:
Meskipun badak-badak tersebut didokumentasikan dengan mengikuti [[tinja|kotoran]] dan jejak lintasan yang mereka tinggalkan, foto-foto [[badak sumatera timur|badak kalimantan]] pertama kali diambil dan disebarkan secara luas oleh para konservasionis modern pada bulan April 2006, yaitu ketika kamera-kamera intai memotret seekor badak dewasa yang sehat di hutan-hutan Sabah di [[Malaysia Timur]].<ref name=NST7-2>{{en}} {{cite news|work = [[New Straits Times]] (Malaysia)|date = 2 July 2006|title = Rhinos alive and well in the final frontier }}</ref> Pada 24 April 2007 diumumkan bahwa untuk pertama kalinya kamera-kamera berhasil mengambil rekaman video dari seekor badak kalimantan liar. Rekaman malam hari ini memperlihatkan badak tersebut sedang makan, mengintai melalui dedaunan hutan, dan mengendus peralatan video tersebut. [[World Wildlife Fund]], yang telah melakukan perekaman video tersebut, telah menggunakannya dalam upaya untuk meyakinkan para pemerintah daerah untuk mengubah daerah tersebut menjadi suatu zona konservasi badak.<ref name=AFP4-2>{{en}} {{cite news|work = [[Agence France Presse]]|date = 25 April 2007|title = Rhino on camera was rare sub-species: wildlife group }}</ref><ref>Video of the Sumatran rhinoceros is available at [http://www.panda.org/about_wwf/what_we_do/species/about_species/species_factsheets/rhinoceros/asian_rhinos/index.cfm "Asian rhinos"]. ''World Wildlife Fund''.</ref> Pemantauan terus dilakukan; 50 kamera baru telah dipersiapkan, dan pada bulan Februari 2010, seekor badak yang tampaknya sedang hamil berhasil direkam.<ref>{{en}} {{cite news|title= Endangered pregnant Borneo rhino caught on camera|newspaper= The Telegraph|date= 21 April 2010|url= http://www.telegraph.co.uk/earth/wildlife/7613250/Endangered-pregnant-Borneo-rhino-caught-on-camera.html}}</ref>
Sejumlah cerita rakyat mengenai badak sumatera berhasil dihimpun oleh para pemburu dan [[sejarah alam|naturalis]] kolonial sejak pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Di [[Birma]], pernah tersebar luas suatu keyakinan bahwa badak sumatera memakan api. Hikayat-hikayat menggambarkan badak yang makan api tersebut mengikuti asap sampai ke sumbernya, terutama api unggun, dan kemudian menyerang kampnya. Ada juga kepercayaan rakyat Birma bahwa waktu terbaik untuk berburu adalah setiap bulan Juli, sewaktu badak-badak sumatera berkumpul di bawah sinar bulan purnama. Di [[Malaysia Barat|Malaya]], dikatakan bahwa cula badak tersebut berongga dan dapat digunakan sebagai semacam selang untuk menghirup udara dan menyemprotkan air. Di Malaya dan
== Referensi ==
|