Badak sumatra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bennylin memindahkan halaman Badak sumatera ke Badak sumatra: WP:SUMATRA
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 40:
*†''D. s. lasiotis'' <small>Buckland, 1872</small>
}}
'''Badak sumatera''', juga dikenal sebagai '''badak berambut''' atau '''badak Asia bercula dua''' (''Dicerorhinus sumatrensis''),<ref>{{citation |url=http://www.wwf.or.id/program/spesies/badak_sumatera/ |title=Badak SumateraSumatra |publisher=WWF |accessdate=7 Desember 2015}}</ref> merupakan [[spesies]] langka dari famili [[Rhinocerotidae]] dan termasuk salah satu dari lima spesies [[badak]] yang masih ada. Badak sumatera merupakan satu-satunya spesies yang terlestarikan dari [[genus]] '''''Dicerorhinus'''''. Badak ini adalah badak terkecil, meskipun masih tergolong hewan mamalia yang besar. Tingginya 112-145 [[sentimeter|cm]] sampai pundak, dengan panjang keseluruhan tubuh dan kepala 2,36-3,18 [[meter|m]], serta panjang ekornya 35–70&nbsp;cm. Beratnya dilaporkan berkisar antara 500 sampai 1.000 [[kilogram|kg]], dengan rata-rata 700–800&nbsp;kg, meskipun ada suatu catatan mengenai seekor spesimen dengan berat 2.000&nbsp;kg. Sebagaimana spesies badak Afrika, badak sumatera memiliki dua [[cula]]; yang lebih besar adalah cula pada hidung, biasanya 15–25&nbsp;cm, sedangkan cula yang lain biasanya berbentuk seperti sebuah pangkal. Sebagian besar tubuh badak sumatera diselimuti rambut berwarna cokelat kemerahan.
 
Spesies ini pernah menghuni [[hutan hujan]], [[rawa]], dan [[hutan pegunungan]] di [[India]], [[Bhutan]], [[Bangladesh]], [[Myanmar]], [[Laos]], [[Thailand]], [[Malaysia]], [[Indonesia]], dan [[Tiongkok]]. Dalam sejarahnya, badak sumatera dahulu tinggal di bagian barat daya Tiongkok, khususnya di [[Sichuan]]<ref>{{en}} Chapman, Jan (1999) ''The Art of Rhinoceros Horn Carving in China''. Christie's Books, London. ISBN 0-903432-57-9. p. 27</ref><ref>{{en}} Schafer, Edward H. (1963) ''The Golden Peaches of Samarkand: A study of T'ang Exotics''. University of California Press. Berkeley and Los Angeles. p. 83</ref> Mereka sekarang [[Kritis (konservasi)|terancam punah]], dengan hanya enam populasi yang cukup besar di alam liar: empat di [[SumateraSumatra]], satu di [[Kalimantan (pulau)|Kalimantan]], dan satu di [[Semenanjung Malaysia]]. Jumlah badak sumatera sulit ditentukan karena mereka adalah hewan penyendiri yang tersebar secara luas, tetapi dapat diperkirakan kalau jumlahnya kurang dari 100 ekor. Ada keraguan mengenai kelangsungan hidup populasinya di Semenanjung Malaysia, dan salah satu populasi di SumateraSumatra mungkin sudah punah. Jumlah mereka saat ini mungkin hanya 80 ekor.<ref name=downwards>{{en}} [http://www.savetherhino.org/asia_programmes/rpu_programme_indonesia/sumatran_rhino_numbers_revised_downwards "Sumatran rhino numbers revised downwards"]. ''Save The Rhino''. 18 March 2012.</ref> Pada tahun 2015, para peneliti mengumumkan bahwa [[badak sumatera timur]] di bagian utara Kalimantan ([[Sabah]], [[Malaysia]]) telah punah.<ref>{{en}} {{cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2015/08/21/sumatran-rhino-vanishes-msian-jungles.html |title=Sumatran Rhino vanishes from M'sian jungles |author=Patrick Lee |date=August 21, 2015}}</ref>
 
Dalam sebagian besar masa hidupnya, badak sumatera merupakan hewan penyendiri, kecuali selama masa kawin dan memelihara keturunan. Mereka merupakan spesies badak yang paling vokal dan juga berkomunikasi dengan cara menandai [[tanah]] dengan kakinya, memelintir [[pohon]] kecil hingga membentuk pola, dan meninggalkan kotorannya. Spesies ini jauh lebih baik untuk dipelajari daripada [[badak jawa]] yang sama tertutupnya, sebagian dikarenakan adanya program yang membawa 40 badak sumatera ke dalam konservasi ex-situ dengan tujuan melestarikan spesies tersebut. Program ini bahkan dianggap sebagai bencana oleh pemrakarsanya; sebagian besar badak tersebut mati dan tidak ada keturunan yang dihasilkan selama hampir 20 tahun, sehingga menggambarkan penurunan populasi yang bahkan lebih buruk daripada habitatnya di alam liar.
Baris 48:
== Taksonomi dan penamaan ==
[[Berkas:Dicerorhinus sumatrensis Bell 1793.jpg|jmpl|kiri|Gambar pertama dari spesimen pertama yang dikenal dalam ilmu pengetahuan Barat, karya William Bell, 1793.]]
Badak sumatera yang pertama kali didokumentasikan ditembak di suatu daerah yang berjarak 16&nbsp;km dari luar [[Benteng Marlborough]], dekat pesisir barat SumateraSumatra, pada tahun 1793. Gambar hewan tersebut dan penulisan deskripsinya dikirimkan ke [[Joseph Banks]], seorang [[naturalis]] yang kelak menjadi presiden [[Royal Society]], yang menerbitkan sebuah makalah tentang spesimen tersebut pada tahun yang sama. Pada tahun 1814, spesies ini diberikan nama ilmiah oleh [[Johann Fischer von Waldheim]], seorang [[ilmuwan]] Jerman dan [[kurator]] dari [[Museum Negara Darwin]] di [[Moskow]], Rusia.<ref name="Asian sightings">{{en}} {{Cite book|author = Rookmaaker, Kees|year = 2005|chapter = First sightings of Asian rhinos|page = 52|editor = Fulconis, R.|title = Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6|location = London|publisher = [[European Association of Zoos and Aquaria]] }}</ref><ref name= Morales>{{en}} {{Cite journal | year = 1997 | last = Morales | first = Juan Carlos | coauthors = Patrick Mahedi Andau, Jatna Supriatna, Zainuddin Zainal-Zahari, and Don J. Melnick | title = Mitochondrial DNA Variability and Conservation Genetics of the Sumatran Rhinoceros | journal = Conservation Biology | volume = 11 | issue = 2 | pages = 539–543 | doi = 10.1046/j.1523-1739.1997.96171.x }}</ref>
 
Nama ilmiah ''Dicerorhinus sumatrensis'' berasal dari istilah [[Bahasa Yunani Kuno|Yunani]] ''{{lang|grc-Latn|di}}'' ({{lang|grc|δι}}, yang artinya "dua"), ''{{lang|grc-Latn|cero}}'' ({{lang|grc|κέρας}} yang berarti "cula"), dan ''{{lang|grc-Latn|rhinos}}'' ({{lang|grc|ρινος}}, yang artinya "[[hidung]]").<ref>{{en}} {{cite book|last=Liddell|first=Henry G.|authorlink=Henry Liddell|coauthors= [[Robert Scott (philologist)|Scott, Robert]]|year=1980|title=Greek-English Lexicon|edition=Abridged|publisher=Oxford University Press|location=Oxford|isbn=0-19-910207-4}}</ref> ''Sumatrensis'' menandakan "dari SumateraSumatra", sebuah pulau di Indonesia tempat di mana badak tersebut pertama kali ditemukan.<ref name="van Strien">{{en}} {{Cite book|author = van Strien, Nico|year = 2005|chapter = Sumatran rhinoceros|pages = 70–74|editor = Fulconis, R.|title = Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6|location = London|publisher = [[European Association of Zoos and Aquaria]] }}</ref> [[Carolus Linnaeus]] awalnya mengklasifikasikan semua badak ke dalam genus ''Rhinoceros''; oleh karenanya spesies ini pada awalnya diidentifikasi sebagai ''Rhinoceros sumatrensis''. [[Joshua Brookes]] menganggap badak sumatera, yang mana bercula dua, merupakan suatu genus yang berbeda dengan badak bercula satu, dan memberinya nama ''Didermocerus'' pada tahun 1828. [[Constantin Wilhelm Lambert Gloger]] mengusulkan nama ''[[Dicerorhinus]]'' pada tahun 1841. Pada tahun 1868, [[John Edward Gray]] mengusulkan nama ''Ceratorhinus''. Biasanya nama yang paling lama yang akan digunakan, namun sebuah keputusan pada tahun 1977 dari [[International Commission on Zoological Nomenclature]] menetapkan nama genusnya secara tepat sebagai ''Dicerorhinus''.<ref name=Taxhistory/><ref>{{en}} [[International Commission on Zoological Nomenclature]] (1977). "Opinion 1080. Didermocerus Brookes, 1828 (Mammalia) suppressed under the plenary powers". ''Bulletin of Zoological Nomenclature'', '''34''':21–24.</ref>
 
Tiga [[subspesies]] badak sumatera yaitu:
 
'''''D. s. sumatrensis''''', dikenal sebagai '''badak sumatera barat''', hanya tersisa antara 75 sampai 85 ekor badak, kebanyakan berada di [[Taman Nasional Bukit Barisan Selatan]] dan [[Taman Nasional Gunung Leuser|Gunung Leuser]] di SumateraSumatra, tetapi juga ada sejumlah kecil yang menghuni [[Taman Nasional Way Kambas]].<ref name=IUCN/> Mungkin sudah tidak ada lagi yang tersisa dan masih hidup di Semenanjung Malaysia.<ref>{{en}} {{cite web |last=van Strien |first=Nico |title=Sumatran rhinoceros |publisher=Rhino Resource Center |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175862269.pdf |format=PDF |accessdate=31 May 2013}}</ref> Ancaman utama terhadap subspesies ini adalah hilangnya [[habitat]] mereka dan [[perburuan liar]]. Ada catatan mengenai sedikit perbedaan [[genetika]] antara badak sumatera timur dan barat.<ref name="IUCN">{{en}} van Strien, N.J., Manullang, B., Sectionov, Isnan, W., Khan, M.K.M, Sumardja, E., Ellis, S., Han, K.H., Boeadi, Payne, J. & Bradley Martin, E. 2008. [http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/6553/0 Dicerorhinus sumatrensis. In: IUCN 2011. [[IUCN Red List of Threatened Species]]]. Version 2011.2.</ref> Badak-badak di Semenanjung Malaysia pernah dikenal sebagai ''D. s. niger'', tetapi kemudian dikenali kemiripannya dengan badak-badak di bagian barat SumateraSumatra.<ref name=Taxhistory>{{en}} {{cite journal |last=Rookmaaker |first=L. C. |date=1984 |title=The taxonomic history of the recent forms of Sumatran Rhinoceros (''Dicerorhinus sumatrensis'') |journal=Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society |jstor=41492969 |volume=57 |issue=1 |pages=12–25 |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/index.php?s=1&act=refs&CODE=ref_detail&id=1165238637}}</ref>
 
'''''D. s. harrissoni''''', dikenal sebagai '''[[badak sumatera timur]]''' atau '''badak kalimantan''', pernah tersebar luas di seluruh [[Pulau Kalimantan]]; saat ini hanya 10 ekor yang diperkirakan masih hidup.<ref name=IUCN/> Populasinya yang telah diketahui di Kalimantan menghuni [[Sabah]], sementara bukti video dari kamera intai juga memastikan kehadiran mereka di [[Kalimantan Timur]].<ref>{{en}} [http://www.wwf.or.id/index.cfm?uNewsID=29561&uLangID=1 Camera traps produce first ever hard evidence of Sumatran rhino population in Kalimantan forests]. WWF-Indonesia. 2 October 2013.</ref> Laporan mengenai adanya badak ini di [[Serawak]] belum dapat dikonfirmasi.<ref name="IUCN"/> Subspesies ini mendapat namanya dari Tom Harrisson, yang bekerja secara ekstensif dengan [[antropologi]] dan [[zoologi]] Kalimantan pada tahun 1960-an.<ref>{{en}} {{cite journal |last=Groves |first=C. P. |title=Description of a new subspecies of Rhinoceros, from Borneo, ''Didermocerus sumatrensis harrissoni'' |date=1965 |journal=Saugetierkundliche Mitteilungen |volume=13 |issue=3 |pages=128–131 |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/index.php?s=1&act=refs&CODE=ref_detail&id=1165236867}}</ref> Subspesies Kalimantan ini secara nyata lebih kecil dibandingkan dengan dua subspesies lainnya.<ref name=Taxhistory/> Badak sumatera timur baru-baru ini dinyatakan [[punah di alam liar]] dan hanya tersisa tiga ekor (1 jantan dan 2 betina) dalam konservasi di Sabah.<ref>{{en}} {{citation |url=http://news.mongabay.com/2015/04/officials-sumatran-rhino-is-extinct-in-the-wild-in-sabah/ |title=Officials: Sumatran rhino is extinct in the wild in Sabah |date=April 23, 2015 |author=Jeremy Hance |publisher=Mongabay}}</ref>
Baris 80:
[[Berkas:TamanNegara SungeiTembeling.jpg|jmpl|[[Taman Nasional Taman Negara]] dihuni satu-satunya populasi badak sumatera yang terkonsentrasi dan diketahui di daratan Asia.]]
 
Badak sumatera hidup di [[hutan pegunungan]], rawa, dan [[hutan hujan]] sekunder di dataran rendah maupun dataran tinggi. Badak tersebut mendiami daerah perbukitan yang dekat dengan air, terutama di bagian atas lembah-lembah yang curam dengan semak belukar yang sangat banyak. Badak sumatera pernah tersebar secara berkesinambungan sampai jauh ke utara yakni [[Birma]], [[India]] timur, dan [[Bangladesh]]. Laporan-laporan yang belum dikonfirmasi juga menyatakan bahwa badak tersebut pernah menghuni [[Kamboja]], [[Laos]], dan [[Vietnam]]. Semua hewan yang masih hidup, dan diketahui, tinggal di [[Semenanjung Malaysia]], [[Pulau SumateraSumatra]], dan [[Sabah]], Kalimantan. Beberapa aktivis konservasi berharap badak sumatera masih ada di Birma, meskipun dianggap tidak mungkin. Gejolak politik di Birma telah mencegah setiap penilaian atau penelitian terkait kemungkinan adanya spesies yang masih hidup.<ref name=Foose>{{en}} {{Cite book|last = Foose|first = Thomas J. and van Strien, Nico|year = 1997|title = Asian Rhinos – Status Survey and Conservation Action Plan|publisher = IUCN, Gland, Switzerland, and Cambridge, UK|isbn = 2-8317-0336-0}}</ref> Laporan terakhir mengenai adanya hewan-hewan liar dari spesies ini di perbatasan India berasal dari tahun 1990-an.<ref>{{en}} {{cite journal|author=Choudhury, A.U. |year=1997|title= The status of the Sumatran rhinoceros in north-eastern India|journal=Oryx|volume=31|issue=2|pages=151–152|doi=10.1046/j.1365-3008.1997.d01-9.x|url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/124/1246114027.pdf}}</ref>
 
Badak sumatera tersebar secara luas, jauh melebihi badak Asia lainnya, sehingga menyulitkan para aktivis atau ahli konservasi untuk melindungi spesies ini secara efektif.<ref name=Foose/> Hanya lima daerah yang diketahui dihuni badak sumatera: [[Taman Nasional Bukit Barisan Selatan]], [[Taman Nasional Gunung Leuser]], dan [[Taman Nasional Way Kambas]] di SumateraSumatra; di Pulau Kalimantan berada di [[Lembah Danum]] ([[Sabah]], [[Malaysia]]) dan di sebelah barat [[Samarinda]] ([[Indonesia]]).<ref name="Habitat loss">{{en}} {{cite book|author = Dean, Cathy|author2=Tom Foose|year = 2005|chapter = Habitat loss|pages = 96–98|editor = Fulconis, R.|title = Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6|location = London|publisher = [[European Association of Zoos and Aquaria]] }}</ref>
 
[[Taman Nasional Kerinci Seblat]], [[taman nasional]] terbesar di SumateraSumatra, diperkirakan dihuni dengan populasi sekitar 500 badak pada tahun 1980-an,<ref>{{en}} [http://web.archive.org/web/20120906034525/http://www.sosrhino.com/news/rhinonews121904.php "Rhino population at Indonesian reserve drops by 90 percent in 14 years"]. ''SOS Rhino''. 18 March 2012</ref> tetapi populasi ini sekarang dianggap sudah punah karena perburuan liar. Sangat tidak mungkin ada seekor pun yang masih bertahan hidup di Semenanjung Malaysia.<ref name=downwards/>
 
[[Berkas:Cloud forest mount kinabalu.jpg|jmpl|Suatu [[hutan pegunungan]] di [[Sabah]], [[Pulau Kalimantan]].]]
 
Analisis genetika terhadap populasi badak sumatera berhasil mengidentifikasi tiga garis keturunan genetik yang berbeda.<ref name= Morales/> [[Selat Malaka|Jalur penghubung antara SumateraSumatra dan Malaysia]] bukanlah suatu penghalang berarti bagi badak-badak ini seperti [[Pegunungan Bukit Barisan]] di sepanjang SumateraSumatra. Sebab badak di SumateraSumatra bagian timur dan Semenanjung Malaysia memiliki kaitan yang lebih erat dibandingkan dengan badak di sisi lain pegunungan tersebut di SumateraSumatra bagian barat. Dalam kenyataannya, badak Malaysia dan SumateraSumatra timur sedikit sekali memperlihatkan varian genetika, populasi mereka kemungkinan besar tidak terpisah selama kala [[Pleistosen]], ketika permukaan air laut jauh lebih rendah dan SumateraSumatra merupakan bagian dari daratan utama pada kala tersebut. Namun populasi di SumateraSumatra maupun Malaysia cukup dekat kaitannya secara genetik, sehingga [[hibrida|perkawinan silang]] tidak akan menimbulkan masalah. Badak dari Kalimantan cukup berbeda sehingga para ahli [[genetika konservasi]] menyarankan untuk tidak menyilangkan garis keturunan mereka dengan populasi lainnya.<ref name= Morales/> Para ahli genetika konservasi baru-baru ini mulai mempelajari keragaman [[lungkang gen]] dalam populasi ini dengan mengidentifikasi [[Lokus (genetika)|lokus]] [[mikrosatelit]]. Hasil pengujian awal menemukan tingkatan variabilitas dalam populasi badak sumatera yang dapat dibandingkan dengan yang ada dalam populasi badak Afrika yang tidak terlalu terancam kepunahan, tetapi keragaman genetika badak sumatera merupakan sebuah bidang penelitian berkelanjutan.<ref name=Scott04>{{en}} {{cite journal |last1=Scott |first1=C. |last2=Foose |first2=T. |last3=Morales |first3=J. C. |last4=Fernando |first4=P. |last5=Melnick |first5=D. J. |last6=Boag |first6=P. T. |last7=Davila |first7=J. A. |last8=Van Coeverden de Groot |first8=P. J. |date=2004 |title=Optimization of novel polymorphic microsatellites in the endangered Sumatran rhinoceros (''Dicerorhinus sumatrensis'') |journal=Molecular Ecology Notes |publisher=Blackwell Publishing Ltd |volume=4 |issue=2 |pages=194–196 |doi=10.1111/j.1471-8286.2004.00611.x |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175856028.pdf |format=PDF}}</ref>
 
Meskipun badak sumatera telah dianggap punah di Kalimantan sejak tahun 1990-an, pada bulan Maret 2013 [[World Wide Fund for Nature|World Wide Fund]] (WWF) mengumumkan bahwa tim yang sedang memantau aktivitas [[orang utan]] di [[Kabupaten Kutai Barat]], [[Kalimantan Timur]], menemukan beberapa beberapa gigitan badak pada cabang kecil, jejak cula badak pada dinding lubang lumpur, bekas gesekan tubuh badak pada pohon, lubang lumpur, dan jejak kaki badak yang masih baru. Tim tersebut juga mengidentifikasikan bahwa badak-badak tersebut memakan lebih dari 30 spesies tanaman.<ref>{{en}} {{cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2013/03/29/traces-sumatran-rhino-found-kalimantan.html |title=Traces of Sumatran rhino found in Kalimantan |date=29 March 2013}}</ref> Pada tanggal 2 Oktober 2013, citra video hasil kamera intai yang menunjukkan adanya badak sumatera di Kutai Barat dirilis oleh WWF. Para ahli menganggap bahwa video tersebut menunjukkan dua hewan yang berbeda, namun tidak begitu yakin. Menurut [[Zulkifli Hasan]], [[Menteri Kehutanan Republik Indonesia]] pada saat itu, bukti video tersebut "sangat penting" dan menyebutkan bahwa Indonesia memiliki "target pertumbuhan populasi badak sebesar tiga persen per tahun".<ref name= Morales/><ref>{{en}} {{cite web|author=Squatters |url=http://www.thejakartaglobe.com/news/sumatran-rhino-caught-on-camera-in-east-kalimantan/ |title=Sumatran Rhino Caught on Camera in East Kalimantan |publisher=The Jakarta Globe |date=2 October 2013 |accessdate=2 August 2014}}</ref>
Baris 99:
[[Berkas:Sumatran Rhino 001.jpg|jmpl|ka|Badak sumatera sedang berkubang.]]
 
Hanya ada sedikit kesempatan untuk mempelajari [[epidemiologi]] badak sumatera. [[Caplak]] dan ''[[Gyrostigma]]'' dilaporkan sebagai penyebab kematian hewan dalam penangkaran pada abad ke-19.<ref name=LitStud/> Badak ini juga dikenal rentan terhadap [[surra]], suatu penyakit darah, yang mana dapat disebarkan oleh [[pikat]] yang membawa ''[[Trypanosoma]]'' yang bersifat parasit; pada tahun 2004, kelima badak di Pusat Konservasi Badak SumateraSumatra mati selama kurun waktu 18 hari setelah terinfeksi penyakit ini.<ref name=Mohamad2006/> Badak sumatera tidak memiliki [[predator]] yang diketahui selain manusia. [[Harimau]] dan [[anjing]] liar mungkin mampu membunuh anak badak, tetapi anak-anak tersebut tetap tinggal dekat dengan induk mereka, dan frekuensi pembunuhan yang demikian tidak diketahui. Meskipun wilayah jangkauan badak sumatera bersinggungan dengan [[gajah asia|gajah]] dan [[tapir asia|tapir]], badak tersebut tampaknya tidak bersaing dalam memperebutkan makanan atau habitat. Gajah (''Elephas maximus'') dan badak sumatera bahkan diketahui saling berbagi jalan atau lintasan, dan banyak spesies yang lebih kecil seperti rusa, babi hutan, dan anjing liar akan menggunakan lintasan yang dibuat oleh badak dan gajah.<ref name="van Strien"/><ref name=Borner/>
 
Badak sumatera mempertahankan lintasan-lintasan dalam wilayah jangkauannya. Lintasan tersebut terbagi menjadi dua jenis. Lintasan utama akan digunakan oleh beberapa generasi badak untuk melakukan perjalanan antar daerah penting dalam wilayah jangkauan masing-masing badak, seperti antar kawasan [[menjilat mineral|menggaram]], atau dalam [[koridor satwa liar|koridor]] yang melewati medan tak bersahabat yang memisahkan antar wilayah jangkauan. Dalam daerah makanan, badak tersebut akan membuat lintasan yang lebih kecil, yang masih tertutup vegetasi, menuju daerah yang mengandung makanan. Ditemukan adanya lintasan badak sumatera yang menyeberangi sungai yang lebih dalam dari 1,5 [[meter|m]] dan sekitar 50 m lebarnya. Arus dari sungai-sungai ini dikenal kuat, tetapi badak sumatera adalah perenang tangguh.<ref name=Groves1972/><ref name=LitStud/> Di dekat sungai-sungai dalam wilayah jangkauan badak sumatera relatif tidak memiliki kubangan, sehingga menandakan bahwa mereka terkadang mandi di sungai sebagai ganti berkubang.<ref name=Borner/>
Baris 143:
Kebiasaan perkembangbiakan badak sumatera telah diteliti dalam penangkaran. Kedekatan secara seksual diawali dengan masa pacaran yang ditandai dengan meningkatnya vokalisasi, pembesaran ekor, [[buang air kecil]], dan meningkatnya kontak fisik; baik jantan maupun betina menggunakan moncong mereka untuk menyentuh kepala dan alat kelamin pasangannya. Pola pacaran seperti ini paling mirip dengan [[badak hitam]]. Badak sumatera jantan yang masih muda seringkali terlalu agresif terhadap yang betina, terkadang mereka melukai dan bahkan membunuhnya selama pacaran. Di alam liar, sang betina dapat melarikan diri dari pejantan yang terlalu agresif, namun tidak demikian jika di kandang penangkaran yang ruang geraknya terbatas sehingga mereka tidak dapat melarikan diri. Ketidakmampuan badak betina untuk meloloskan diri dari pejantan yang agresif mungkin sedikit banyak berperan terhadap rendahnya tingkat keberhasilan program-program perkembangbiakan dalam penangkaran.<ref name=ZZ2005>{{en}} {{cite journal |last1=Zainal Zahari |first1=Z. |last2=Rosnina |first2=Y. |last3=Wahid |first3=H. |last4=Yap |first4=K. C. |last5=Jainudeen |first5=M. R. |title=Reproductive behaviour of captive Sumatran rhinoceros (''Dicerorhinus sumatrensis'') |date=2005 |journal=Animal Reproduction Science |doi=10.1016/j.anireprosci.2004.04.041 |pmid=15581515 |volume=85 |issue=3–4 |pages=327–335 |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175857492.pdf |format=PDF}}</ref><ref name=ZZ2002>{{en}} {{cite journal |last1=Zainal-Zahari |first1=Z. |last2=Rosnina |first2=Y. |last3=Wahid |first3=H. |last4=Jainudeen |first4=M. R. |date=2002 |title=Gross Anatomy and Ultrasonographic Images of the Reproductive System of the Sumatran Rhinoceros (''Dicerorhinus sumatrensis'') |journal=Anatomia, Histologia, Embryologia: Journal of Veterinary Medicine Series C |doi=10.1046/j.1439-0264.2002.00416.x |pmid=12693754 |volume=31 |issue=6 |pages=350–354}}</ref><ref name=Roth06/>
 
Masa [[siklus estrus|berahi]] itu sendiri, saat badak betina bersikap reseptif terhadap badak jantan, berlangsung sekitar 24 jam, dan pengamatan-pengamatan telah mencatat bahwa masa tersebut terulang kembali dalam interval 21–25 hari. Badak-badak di [[Kebun Binatang Cincinnati]] teramati melakukan persetubuhan selama 30–50 menit, serupa lamanya dengan badak-badak yang lain; pengamatan dalam Pusat Konservasi Badak SumateraSumatra di Malaysia memperlihatkan suatu siklus persetubuhan yang lebih singkat. Karena Kebun Binatang Cincinnati memiliki sejarah kehamilan yang sukses, dan badak lainnya juga menunjukkan periode persetubuhan yang sama lamanya, kebiasaan yang lama ini kemungkinan merupakan perilaku alaminya.<ref name=ZZ2005/> Meskipun pengamatan para peneliti memperlihatkan kesuksesan terjadinya pembuahan, semua kehamilan ini berakhir dengan kegagalan karena berbagai alasan hingga kesuksesan kelahiran pertama dalam penangkaran pada tahun 2001; penelitian terhadap kegagalan-kegagalan ini di Kebun Binatang Cincinnati menemukan bahwa [[ovulasi]] badak sumatera disebabkan oleh aktivitas [[kawin]] dan kadar [[progesteron]]nya tak terduga.<ref name=Roth>{{en}} {{cite journal |last1=Roth |first1=T. L. |last2=O'Brien |first2=J. K. |last3=McRae |first3=M. A. |last4=Bellem |first4=A. C. |last5=Romo |first5=S. J. |last6=Kroll |first6=J. L. |last7=Brown |first7=J. L. |title=Ultrasound and endocrine evaluation of the ovarian cycle and early pregnancy in the Sumatran rhinoceros, ''Dicerorhinus sumatrensis'' |date=2001 |journal=Reproduction |doi=10.1530/rep.0.1210139 |pmid=11226037 |volume=121 |issue=1 |pages=139–149 |id={{hdl|10088/324}} |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175858291.pdf |format=PDF}}</ref> Keberhasilan [[pemuliaan]] akhirnya tercapai pada tahun 2001, 2004, dan 2007 dengan pemberian [[progestin]] tambahan kepada badak hamil.<ref name=Roth03/> Baru-baru ini seekor anak badak sumatera dilahirkan dalam penangkaran dari seekor betina yang terancam punah di Indonesia bagian barat, kelahiran seperti ini merupakan yang kelima dalam satu seperempat abad.<ref>{{en}} {{cite news|title=Endangered Sumatran rhino gives birth in Indonesia|work=Times of India|date=24 June 2012|url=http://web.archive.org/web/20120626153930/http://timesofindia.indiatimes.com/home/environment/flora-fauna/Endangered-Sumatran-rhino-gives-birth-in-Indonesia/articleshow/14358981.cms}}</ref>
 
== Konservasi ==
Baris 152:
 
[[Berkas:Sumatran Rhino.jpg|lurus|jmpl|Seekor induk dengan anaknya]]
[[Perburuan liar]] badak sumatera menimbulkan keprihatinan, sebab harga culanya diperkirakan mencapai [[US$]] 30.000 per kilogram.<ref name=Dinerstein/>{{rp|31}} Spesies ini telah diburu secara berlebihan selama berabad-abad, sehingga membuat populasinya sangat berkurang dan masih mengalami penurunan hingga sekarang.<ref name=IUCN/> Badak tersebut sulit untuk diamati dan diburu secara langsung (seorang peneliti lapangan menghabiskan waktu tujuh minggu dengan bersembunyi di sebuah pohon dekat tempat [[menjilat mineral|menggaram]] tanpa pernah mengamati seekor badak pun secara langsung), sehingga para pemburu memanfaatkan perangkap tombak dan perangkap lubang. Pada tahun 1970-an, dibuat dokumentasi terkait pemanfaatan anggota-anggota tubuh badak di kalangan masyarakat setempat SumateraSumatra, seperti penggunaan cula badak dalam [[jimat]] dan adanya kepercayaan masyarakat bahwa cula memberikan beberapa perlindungan terhadap racun. Daging badak yang dikeringkan digunakan sebagai obat untuk [[diare]], [[kusta]], dan [[tuberkulosis]]. "Minyak badak", suatu ramuan yang dibuat dengan cara merendam tengkorak badak dalam [[minyak kelapa]] selama beberapa minggu, dapat digunakan untuk mengobat penyakit-penyakit kulit. Sejauh mana penggunaan dan kepercayaan dalam praktik-praktik ini tidak diketahui.<ref name=LitStud/><ref name=Foose/><ref name=Borner>{{en}} {{cite book|last=Borner|first=Markus|date=1979|title=A field study of the Sumatran rhinoceros Dicerorhinus sumatrensis Fischer, 1814: Ecology and behaviour conservation situation in Sumatra|publisher=Zurich: Juris Druck & Verlag|isbn=3-260-04600-3}}</ref> Cula badak pernah diyakini penggunaannya secara luas sebagai [[afrodisiak]]; walaupun pada kenyataannya [[pengobatan tradisional Tionghoa]] tidak pernah menggunakannya untuk tujuan ini.<ref name=Dinerstein/>{{rp|29}} Namun demikian perburuan spesies ini terutama didorong oleh adanya permintaan cula badak yang diduga demi khasiat obat.<ref name=IUCN/>
 
Hutan hujan di Indonesia dan Malaysia, tempat hunian badak sumatera, juga menjadi sasaran [[pembalakan liar]] ataupun yang legal karena harapan untuk mendapatkan kayu keras dari hutan-hutan tersebut. Kayu langka seperti [[Merbau Pantai|merbau]], [[meranti]], dan [[Getah perca|semaram]] sangat bernilai di pasar internasional, harganya mencapai $1,800&nbsp;per&nbsp;m<sup>3</sup>. Penegakan hukum atas penebangan liar sulit dilakukan karena adanya kehidupan manusia di dalam atau dekat dengan banyak dari hutan yang sama dengan yang dihuni badak tersebut. [[Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004|Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004]] telah digunakan sebagai alasan untuk membenarkan aktivitas [[penebangan kayu]] yang baru. Meskipun kayu keras dalam hutan hujannya badak sumatera ditujukan untuk pasar internasional dan tidak banyak digunakan dalam bidang konstruksi di dalam negeri, jumlah izin penebangan hutan ini telah meningkat secara dramatis akibat [[tsunami]] tersebut.<ref name="Habitat loss"/> Tetapi, walaupun badak sumatera telah dikemukakan sangat sensitif terhadap gangguan habitat, tampaknya hal ini tidak sebanding dengan adanya aktivitas [[perburuan]], sebab mereka sedikit banyak mampu bertahan dalam kondisi hutan apa pun.<ref name=IUCN/>
Baris 163:
Badak sumatera tidak dapat berkembang dengan baik di luar [[ekosistem]] mereka. Belum ada seekor pun spesimen yang lahir dalam suatu [[kebun binatang]] sejak sebuah kelahiran tunggal yang sukses pada tahun 1889 di [[Kebun Binatang Alipore|Kebun Binatang Kolkata]]. Pada tahun 1872, [[Kebun Binatang London]] mendapatkan sepasang jantan dan betina yang tertangkap di [[Chittagong]] pada tahun 1868. Sang betina yang diberi nama "Begum" bertahan hidup sampai tahun 1900, sebuah rekor sepanjang masa untuk seekor badak dalam penangkaran.<ref>{{en}} {{cite book|last=Lydekker|first=Richard|date=1900|title=The great and small game of India, Burma, and Tibet|publisher=Asian Educational Services|isbn=978-81-206-1162-7|url=http://books.google.com/?id=_eQA6LDdpiQC&pg=PA27}}</ref> Begum merupakan salah satu dari setidaknya tujuh spesimen subspesies ''[[badak sumatera utara|D. s. lasiotis]]'' yang telah punah yang pernah dimiliki kebun-kebun binatang dan sirkus-sirkus.<ref name=LitStud/> Pada tahun 1972, Subur, satu-satunya badak sumatera yang masih tersisa dalam penangkaran, mati di [[Kebun Binatang Kopenhagen]].<ref name=LitStud/>
 
Meskipun reproduksi spesies ini masih kurang sukses, pada awal tahun 1980-an beberapa lembaga konservasi memulai suatu program perkembangbiakan badak sumatera di dalam tempat penangkaran. Antara tahun 1984 dan 1996, program [[konservasi]] ''[[konservasi ex situ|ex situ]]'' memindahkan 40 badak sumatera dari habitat asli mereka ke berbagai kebun binatang dan tempat penampungan di seluruh dunia. Kendati pada awalnya ada harapan yang besar, dan ada banyak penelitian yang dilakukan pada spesimen-spesimen dalam penangkaran, hingga akhir tahun 1990-an tidak ada satu badak pun yang lahir melalui program ini, dan sebagian besar pendukungnya sepakat bahwa program ini telah gagal. Pada tahun 1997, kelompok spesialis badak Asia dari [[IUCN]], yang mana pernah mendukung program tersebut, menyatakan bahwa program tersebut telah gagal "bahkan dalam mempertahankan spesies ini dalam batasan angka kematian yang dapat diterima", dengan catatan bahwa selain kurangnya jumlah kelahiran, 20 ekor dari keseluruhan badak hasil tangkapan telah mati.<ref name=Foose/> Pada tahun 2004, wabah [[surra]] di Pusat Konservasi Badak SumateraSumatra membunuh semua badak dalam penangkaran di Semenanjung Malaysia, sehingga mengurangi keseluruhan populasi badak dalam penangkaran menjadi delapan ekor saja.<ref name=Mohamad2006>{{en}} {{cite journal |last1=Mohamad |first1=Aidi |last2=Vellayan |first2=S. |last3=Radcliffe |first3=Robin W. |last4=Lowenstine |first4=Linda J. |last5=Epstein |first5=Jon |last6=Reid |first6=Simon A. |last7=Paglia |first7=Donald E. |last8=Radcliffe |first8=Rolfe M. |last9=Roth |first9=Terri L. |last10=Foose |first10=Thomas J. |author11=Mohamad Khan bin Momin Khan |date=2006 |title=Trypanosomiasis (surra) in the captive Sumatran rhinoceros (''Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis'') in Peninsular Malaysia |journal=Proceedings of the Fourth Rhino Keepers workshop 2005 at Columbus, Ohio |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175857689.pdf |format=PDF}}</ref><ref name=Strien2001/>
 
[[Berkas:Subur.jpg|jmpl|[[Taksidermi|Hasil pengawetan]] badak sumatera terakhir dalam penangkaran pada tahun 1970-an, yakni seekor betina bernama "Subur" yang mati pada tahun 1972.]]
 
Tujuh ekor dari keseluruhan badak tangkapan tersebut dikirim ke Amerika Serikat (yang lainnya tetap di Asia Tenggara), tetapi pada tahun 1997 jumlah mereka berkurang menjadi tiga: seekor betina di [[Kebun Binatang Los Angeles]], seekor jantan di [[Kebun Binatang Cincinnati]], dan seekor betina di [[Kebun Binatang Bronx]]. Sebagai upaya terakhir, ketiga badak tersebut kemudian disatukan di Cincinnati. Pada akhirnya, setelah berbagai kegagalan upaya selama bertahun-tahun, Emi (seekor betina dari Los Angeles) hamil untuk yang keenam kalinya, dengan seekor jantan bernama Ipuh dari kebun binatang tersebut. Lima kehamilan sebelumnya selalu berakhir dengan kegagalan. Para peneliti di kebun binatang tersebut telah belajar dari kegagalan-kegagalan sebelumnya, dan walaupun menggunakan bantuan pengobatan hormon khusus, Emi akhirnya melahirkan seekor anak badak jantan yang sehat bernama Andalas (artinya SumateraSumatra) pada bulan September 2001.<ref name=CincZoo1>{{en}} {{cite web | url = http://www.cincinnatizoo.org/Conservation/GlobalConservation/SumatranRhino/BirthAnnouncement/Legacy/legacy.html | title = Andalas – A Living Legacy | work = [[Cincinnati Zoo]] | accessdate = 4 November 2007|archiveurl = http://web.archive.org/web/20071117233421/http://www.cincinnatizoo.org/Conservation/GlobalConservation/SumatranRhino/BirthAnnouncement/Legacy/legacy.html |archivedate = 17 November 2007|deadurl=yes}}</ref> Kelahiran Andalas merupakan kelahiran pertama yang sukses dari seekor badak sumatera di dalam penangkaran selama kurun waktu 112 tahun. Seekor anak badak perempuan bernama Suci menyusul pada 30 Juli 2004.<ref name=CincZoo2>{{en}} {{cite web | url = http://www.cincinnatizoo.org/Conservation/GlobalConservation/SumatranRhino/BirthAnnouncement/announcement.html | title = It's a Girl! Cincinnati Zoo's Sumatran Rhino Makes History with Second Calf | accessdate = 4 November 2007 | work = [[Cincinnati Zoo]]
| archiveurl = http://web.archive.org/web/20071027165441/http://www.cincinnatizoo.org/Conservation/GlobalConservation/SumatranRhino/BirthAnnouncement/announcement.html| archivedate = 27 October 2007}}</ref> Pada tanggal 29 April 2007, Emi melahirkan untuk yang ketiga kalinya, ia melahirkan anak keduanya yang jantan yang bernama Harapan atau Harry.<ref name=Roth03>{{en}} {{cite journal | title = Breeding the Sumatran rhinoceros (''Dicerorhinus sumatrensis'') in captivity: behavioral challenges, hormonal solutions | author = Roth, T.L. | year = 2003 | journal = Hormones and Behavior |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175860343.pdf| volume = 44 | page = 31 | doi = 10.1016/S0018-506X(03)00068-0 }}</ref><ref name=CincZoo3>{{en}} {{cite web | url = http://www.cincinnatizoo.org/VisitorGuide/zoonews/RhinoCalf/itsaboy.html | title = Meet "Harry" the Sumatran Rhino! | accessdate = 4 November 2007 | work = [[Cincinnati Zoo]] |archiveurl = http://web.archive.org/web/20071117233448/http://www.cincinnatizoo.org/VisitorGuide/zoonews/RhinoCalf/itsaboy.html |archivedate = 17 November 2007|deadurl=yes}}</ref> Pada tahun 2007, Andalas yang selama ini menghuni Kebun Binatang Los Angeles dikembalikan ke [[SumateraSumatra]] untuk ambil bagian dalam program [[pemuliaan]] dengan para betina yang sehat,<ref name=Roth06>{{en}} {{cite journal |last1=Roth |first=Terri L. |last2=Radcliffem |first2=Robin W. |last3=van Strien |first3=Nico J. |date=2006 |title=New hope for Sumatran rhino conservation |edition=abridged from Communiqué |journal=International Zoo News |volume=53 |issue=6 |pages=352–353 |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175856162.pdf |format=PDF}}</ref><ref name=Watson>{{en}} {{cite news|url = http://articles.latimes.com/2007/apr/26/world/fg-rhino26|title = Come into my mud pool|author = Watson, Paul|work = [[The Los Angeles Times]]|date = 26 April 2007|accessdate = 5 December 2011}}</ref> sehingga ia menjadi ayah setelah kelahiran seekor anak badak jantan bernama Andatu pada tanggal 23 Juni 2012; Andatu adalah anak badak keempat yang lahir dalam penangkaran pada zaman ini. Andalas kemudian dikawinkan dengan Ratu, seekor betina yang lahir di alam liar yang menghuni [[Taman Nasional Way Kambas#Suaka Badak SumateraSumatra|Suaka Badak SumateraSumatra di Taman Nasional Way Kambas]].<ref>{{en}} {{cite web |author=<!--just says webadmin--> |title=Rare baby Sumatra rhinoceros named a 'gift from God' |work=Jakarta Globe |agency=Agence France-Presse |date=26 June 2012 |url=http://www.thejakartaglobe.com/archive/rare-baby-sumatran-rhinoceros-named-a-gift-from-god/}}</ref>
 
Meskipun ada beberapa keberhasilan di Cincinnati, program pembiakan dalam penangkaran tetap merupakan hal yang kontroversial. Para pendukungnya berpendapat bahwa kebun-kebun binatang telah membantu upaya konservasi dengan mempelajari kebiasaan reproduksi mereka, meningkatkan edukasi dan kesadaran masyarakat seputar badak tersebut, serta membantu meningkatkan sumber daya finansial demi upaya-upaya konservasi di SumateraSumatra. Para penentang program penangkaran berpendapat bahwa kerugiannya terlalu besar; program tersebut terlalu mahal; mengeluarkan badak-badak dari habitat mereka, walau hanya untuk sementara, berarti mengubah peranan mereka secara [[ekologi]]s; dan populasi dalam penangkaran tidak dapat menandingi tingkat pemulihan populasi dalam habitat asli yang dilindungi dengan baik.<ref name=Roth06/> Pada bulan Oktober 2015 Harapan, badak terakhir di [[Belahan Barat]], meninggalkan Kebun Binatang Cincinnati untuk menuju Indonesia.<ref>{{en}} [http://www.usnews.com/news/science/news/articles/2015/11/01/us-born-endangered-sumatran-rhino-arrives-in-indonesia US-born endangered Sumatran rhino arrives in ancestral home of Indonesia on mating mission]. ''Associated Press''. (1 November 2015)</ref>
 
== Penggambaran dalam budaya ==
Baris 179:
Meskipun badak-badak tersebut didokumentasikan dengan mengikuti [[tinja|kotoran]] dan jejak lintasan yang mereka tinggalkan, foto-foto [[badak sumatera timur|badak kalimantan]] pertama kali diambil dan disebarkan secara luas oleh para konservasionis modern pada bulan April 2006, yaitu ketika kamera-kamera intai memotret seekor badak dewasa yang sehat di hutan-hutan Sabah di [[Malaysia Timur]].<ref name=NST7-2>{{en}} {{cite news|work = [[New Straits Times]] (Malaysia)|date = 2 July 2006|title = Rhinos alive and well in the final frontier }}</ref> Pada 24 April 2007 diumumkan bahwa untuk pertama kalinya kamera-kamera berhasil mengambil rekaman video dari seekor badak kalimantan liar. Rekaman malam hari ini memperlihatkan badak tersebut sedang makan, mengintai melalui dedaunan hutan, dan mengendus peralatan video tersebut. [[World Wildlife Fund]], yang telah melakukan perekaman video tersebut, telah menggunakannya dalam upaya untuk meyakinkan para pemerintah daerah untuk mengubah daerah tersebut menjadi suatu zona konservasi badak.<ref name=AFP4-2>{{en}} {{cite news|work = [[Agence France Presse]]|date = 25 April 2007|title = Rhino on camera was rare sub-species: wildlife group }}</ref><ref>Video of the Sumatran rhinoceros is available at [http://www.panda.org/about_wwf/what_we_do/species/about_species/species_factsheets/rhinoceros/asian_rhinos/index.cfm "Asian rhinos"]. ''World Wildlife Fund''.</ref> Pemantauan terus dilakukan; 50 kamera baru telah dipersiapkan, dan pada bulan Februari 2010, seekor badak yang tampaknya sedang hamil berhasil direkam.<ref>{{en}} {{cite news|title= Endangered pregnant Borneo rhino caught on camera|newspaper= The Telegraph|date= 21 April 2010|url= http://www.telegraph.co.uk/earth/wildlife/7613250/Endangered-pregnant-Borneo-rhino-caught-on-camera.html}}</ref>
 
Sejumlah cerita rakyat mengenai badak sumatera berhasil dihimpun oleh para pemburu dan [[sejarah alam|naturalis]] kolonial sejak pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Di [[Birma]], pernah tersebar luas suatu keyakinan bahwa badak sumatera memakan api. Hikayat-hikayat menggambarkan badak yang makan api tersebut mengikuti asap sampai ke sumbernya, terutama api unggun, dan kemudian menyerang kampnya. Ada juga kepercayaan rakyat Birma bahwa waktu terbaik untuk berburu adalah setiap bulan Juli, sewaktu badak-badak sumatera berkumpul di bawah sinar bulan purnama. Di [[Malaysia Barat|Malaya]], dikatakan bahwa cula badak tersebut berongga dan dapat digunakan sebagai semacam selang untuk menghirup udara dan menyemprotkan air. Di Malaya dan SumateraSumatra, pernah ada kepercayaan bahwa badak sumatera meluruhkan culanya pada setiap tahun dan menguburnya di dalam tanah. Di Kalimantan, badak tersebut dikatakan memiliki suatu kebiasaan [[karnivora]] yang aneh: setelah buang air besar di suatu aliran sungai, ia akan berbalik dan memakan ikan yang telah terbius oleh kotorannya.<ref name=LitStud/>
 
== Referensi ==