Kesultanan Demak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sejarah kemunduran dari Kerajaan Demak dan kondisi sosial politik Demak di bawah Raden Patah
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler menghilangkan referensi [ * ]
k ←Suntingan 36.71.237.45 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Bagas Chrisara
Tag: Pengembalian
Baris 63:
Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara.
=== Di bawah RadenPati PatahUnus ===
{{utama|Invasi Kerajaan Demak ke Malaka}}
Demak di bawah [[Pati Unus]] adalah Demak yang berwawasan [[nusantara]]. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan [[Portugis]] di [[Malaka]]. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.<ref>Cortesão, Armando, (1944), ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', London: Hakluyt Society, 2 vols</ref>
Raden Patah adalah raja pertama Kerajaan Demak yang ingin mengembangkan Demak sebagai pelabuhan dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Usahanya itu, dibantu oleh putranya, Pati Unus, yang ia utus untuk menyerang Portugis di Malaka tahun 1513 yang saat itu, Pati Unus merupakan adipati Jepara. Namun, pada penyerangan itu, Pati Unus tewas. Tujuan perangnya itu adalah selain sebagai wujud solidaritas terhadap sesama kesultanan Islam, tetapi juga untuk membendung invasi bangsa Portugis atas Jawa.Di bawah Raden Patah, dibagun pula sebuah masjid yang megah dan masih berdiri hingga sekarang yaitu Masjid Agung Demak.
 
=== Di bawah Trenggana ===
Baris 71:
 
== Kemunduran ==
Suksesi Raja Demak 3 tidak berlangsung mulus, terjadi Persaingan panas antara P. Surowiyoto (Pangeran Sekar) dan Trenggana yang berlanjut dengan di bunuhnya P. Surowiyoto oleh Sunan Prawoto (anak Trenggono), peristiwa ini terjadi di tepi sungai saat Surowiyoto pulang dari Masjid sehabis sholat Jum'at. Sejak peristiwa itu Surowiyoto (Sekar) dikenal dengan sebutan Sekar Sedo Lepen yang artinya Sekar gugur di Sungai. Pada tahun 1546 Trenggono wafat dan tampuk kekuasaan dipegang oleh Sunan Prawoto, anak Trenggono, sebagai Raja Demak ke 4, akan tetapi pada tahun 1549 Sunan Prawoto dan isterinya dibunuh oleh pengikut P. Arya Penangsang, putera Pangeran Surowiyoto (Sekar). P. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak sebagai Raja Demak ke 5. Pengikut Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, Adipati Jepara, hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi P. Arya Penangsang, salah satunya adalah Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo).
Menurut Babad Tanah Jawi,sepeninggal Trenggana, yang meninggal di Pasuruan saat hendak menyerang Kerajaan Hindu Blambangan, terjadi konflik perebutan takhta di antara anggota keluarga kesultanan. Penggantinya adalah Pangeran Sedo Lepen, saudara Trenggana, yang dibunuh oleh anak Trenggana sendiri, Pangeran Prawoto. Konflik dan perebutan kekuasaan berlanjut, bahkan berkembang menjadi perang saudara. Putra Sedo Lepen, bernama Aryo Penangsang membunuh Prawoto. Hal ini membuat murka Jaka Tingkir (ipar Sedo Lepen) dan para sesepuh kesultanan, terutama Ki Gede Pamanahan dan Ki Penjawi. Arya Penangsang kemudian dikalahkan oleh Jaka Tingkir dan takhta Demak jatuh ke tangannya. Jaka Tingkir menjadi sultan Demak pada tahun 1568 dan memindahkan ibukota dari Demak ke Pajang. Hal ini menandakan berakhirnya Kerajaan Demak
 
Pada tahun 1554 terjadilah Pemberontakan dilakukan oleh Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo) untuk merebut kekuasaan dari Arya Penangsang. Dalam Peristiwa ini Arya Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Dengan terbunuhnya Arya Penangsang sebagai Raja Demak ke 5, maka berakhirlah era Kerajaan Demak. Joko Tingkir (Hadiwijoyo) memindahkan Pusat Pemerintahan ke Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.
 
== Lihat pula ==