Timbang kepala kebo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Penyelenggaraan timbang kepala kebo berkaitan dengan [[nazar]] yang dikenal dalam Islam atau disebut "''sangi''" dalam masyarakat Banyuasin. Menurut tradisi ini, orangtua yang dulunya memiliki nazar menyembelih kerbau agar anak mendapatkan jodoh, harus menimbang anaknya dengan kepala kerbau hasil sembelihan setelah anak mendapatkan jodoh. Umumnya, prosesi timbang kepala kebo dilakukan bersamaan dengan acara perayaan pernikahan, dengan tujuan daging kerbau yang disembelih bisa dimasak untuk disantap oleh para tamu undangan perayaan pernikahan.
 
Tidak diketahui kapan dan siapa yang pertama kali mengenalkan tradisi ini. Menurut dokumen yang dikeluarkan [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]], timbang kepala kebo sudah berlangsung ratusan tahun dalam masyarakat Banyuasin ratusan tahun silam dan masih terus dilestarikan. Keberdaanya sebagai warisan budaya takbenda Indonesia ditetapkan pada 2018.<ref>{{Cite book|title=Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2018|last=|first=|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf?utm_source=Misi+1&utm_campaign=31cc283adf-EMAIL_CAMPAIGN_2019_02_14_01_22&utm_medium=email&utm_term=0_36dc46f689-31cc283adf-301385317|publisher=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.|year=2018|isbn=|location=2018|pages=31-32}}</ref>
 
== Referensi ==