Pong Tiku: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ar rahman28 (bicara | kontrib)
→‎Perlawanan kedua dan kematian: memberikan penjelasan mengenai benteng alla
Ar rahman28 (bicara | kontrib)
→‎Perlawanan kedua dan kematian: mengubah kata runtuh menjadi diambil alih oleh belanda
Baris 75:
Di Tondon, Tiku memulai persiapan pemakaman ibunya dengan menggunakan adat Toraja selama beberapa bulan. Sesambil mengadakan persiapan tersebut, ia mendapatkan seorang penasihat yang mengumpulkan senjata secara rahasia sementara yang lainnya menginginkan benteng-bentengnya di Alla' dan Ambeso.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=51–52}} Tiku kemudian membuat persiapan untuk melarikan diri dari penangkapan Belanda; ia juga mengembalikan seluruh harta benda yang ia ambil ketika ia menjadi penguasa, karena ia tahu bahwa tidak akan lama menggunakannya. Ketika berada di Tondon, pasukan Belanda memperdaya seorang pemimpin Toraja.{{sfn|Bigalke|2005|p=60}} Malam sebelum pemakaman ibunya, pada Januari 1907, Tiku dan 300 pengikutnya melarikan diri dari Tondon untuk menuju ke arah selatan.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=54–55}}
 
Setelah ia dikabari bahwa Belanda mengikutinya, Tiku memerintahkan sebagian besar pengikutnya untuk kembali ke Tondon sementara ia dan lima belas orang lainnya, termasuk dua istrinya, melanjutkan perjalanan ke selatan.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=56}} Mereka awalnya singgah di Ambeso, namun bentengnya runtuh beberapa hari kemudian, sehingga kemudian mereka melarikan diri ke Benteng Alla (kini terletak di Desa Benteng Alla Utara Kabupaten Enrekang). Benteng tersebut runtuhberhasil direbut oleh Belanda pada akhir Maret 1907 dan Tiku mulai berjalan kembali ke Tondon melalui hutan. Ia dan para pemimpin lainnya, yang beretnis Bugis dan Toraja, mulai terlacak oleh pasukan Belanda.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=60–61}} Pemimpin lainnya ditangkap oleh Belanda dan dijatuhi hukuman tiga tahun penjara di [[Makassar]] atau diasingkan ke [[Buton]].{{sfn|Tangdilintin|1976|p=62}} Sementara itu, Tiku, tetap bersembunyi di hutan.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=63}}
 
Pada 30 Juni 1907, Tiku dan dua pasukannya ditangkap oleh pasukan Belanda; ia menjadi pemimpin gerilya terakhir yang ditangkap. Setelah beberapa hari ditahan,{{sfn|Tangdilintin|1976|p=64}} pada 10 Juli 1907 Tiku ditembak dan dibunuh oleh pasukan Belanda di dekat Sungai Sa'dan; beberapa laporan menyatakan bahwa ia sedang mandi pada waktu itu.{{sfn|Adams|2006|p=143}} Ia dikubur di peristirahatan keluarganya di Tondol, meskipun sepupunya Tandibua' menjadi penguasa asli Pangala', ia menjabat dibawah kepemimpinan Belanda.{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=65–66}}