Dayah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 6:
== Dayah di Aceh ==
[[Berkas:Dayah near mosque.JPG|jmpl|ka|240px|Suasana sebuah dayah yang berdiri di lingkungan Masjid]]
Pada zamana pra-kolonial di Aceh, dayah adalah satu-satunya institusi pendidikan resmi [[Kesultanan Aceh Darussalam]]. Dayah berdiri hampir disetiap gampong (desa) dan menjadi tempat anak-anak belajar aksara Arab. Struktur kelembagaan dayah di Aceh dari yang terendah hingga tertinggi adalah sebagai berikut: Meunasah, Rangkang, Dayah, Dayah Teungku Chik, terakhir Jami'ah.
 
Sejarah dayah pertama yang diyakini hingga sekarang adalah Dayah Cot Kala di Aceh bagian timur, dianggap juga sebagai lembaga pendidikan Islam pertama di [[Asia Tenggara]]. Dayah Cot Kala didirikan pada masa awal berkembangnya agama Islam di Nusantara. Pada masa berikutnya ada dayah Seureule yang diasuh oleh Teungku Sirajuddin, berdiri sekitar tahun 1012-1059 M. Kemudian dayah Blang Peuriya yang didirikan oleh Teungku Ya'kob pada 1153 M, berdiri sampai dengan tahun 1233 M. Dayah Batu Karang di Kerajaan Tamiang yang didirikan oleh Teungku Ampon Tuan. Terakhir dayah Keuneu'eun di [[Aceh Besar]] yang didirikan oleh Syaikh Abdullah Kan'an seorang ulama berkebangsaan [[Palestina]].<ref name="akses 29-05-2013">[http://aceh1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=dayah| Sejarah Dayah| http://aceh1.kemenag.go.id| akses 29-05-2013]</ref>
Baris 30:
== Peran dayah dalam masyarakat Aceh ==
[[Berkas:Dayah belajar.JPG|jmpl|ka|240px|Suasana belajar pada sebuah dayah di Kabupaten Bireun]]
Dayah di Aceh merupakan lembaga [[pendidikan]] tradisional [[Islam]] yang bertujuan untuk membimbing generasi Islam secara umum melalaui pendidikannya untuk menjadi manusia yang berkepribadian islami. Lulusan dan alumni dayah dididik sanggup menjadi sosok yang berguna bagi kehidupan masyarakat luas secara total.
 
Dayah menjadi pusat pendidikan yang terorganisir dan menyebar secara luas ke hampir semua daerah di Aceh. Tidaklah mengejutkan bahwa saat [[Christiaan Snouck Hurgronje|Snouck Hurgronje]] datang ke Aceh pada akhir abad ke-19, dia menyaksikan terdapat cukup banyak dayah yang didirkan diantero negeri, dengan pengaruh besar dan langsung terhadap masyarakat<ref>{{Cite book|title=Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslim Dalam Sejarah Indonesia|url=https://books.google.co.id/books?id=smWGAwAAQBAJ&pg=PA91&dq=dayah+bagi+masyarakat+aceh&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwij2Luv0rDgAhVFpo8KHQWSAYQQ6AEIKTAA#v=onepage&q=dayah%20bagi%20masyarakat%20aceh&f=false|publisher=NouraBooks|date=2012-06-01|isbn=9789794336915|language=en|first=Jajat|last=Burhanudin}}</ref>.
 
Secara historis dan kultural masyarakat Aceh, dayah di Aceh telah sejak lama dijadikan sebagai pusat pelatihan yang secara otomatis menjadi pusat berkembangnya agama dan budaya Islam yang berlaku ditengah [[masyarakat]] di Aceh. Bagi masyarakat Aceh, dayah menjadikan salah satu poin pelaksanaan kewajiban agama Islam dalam hal ini tentang pendidikan agama. Dari dayah bermunculan ulama dan kadernya yang menjadi penentu keberhasilan dakwah dalam agama Islam.