Jalur kereta api Purwosari–Wonogiri–Baturetno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 52:
Konsesi baru akhirnya diterbitkan untuk perpanjangan jalur Solo–Wonogiri–Kakap, pada tanggal 9 Agustus 1920. Perpanjangannya diresmikan sejak tanggal 1 April 1922 ini semula tidak hanya menghubungkan Wonogiri dengan kota Solo namun juga mencapai [[Baturetno, Wonogiri|Baturetno]] sejak 1 Oktober 1923.<ref>{{Cite book|title=Indische Spoorweg-Politiek|last=Reitsma|first=S.A.|publisher=Landsdrukkerij|year=1916|isbn=|location=|pages=}}</ref> Tetapi, sejak 1 Mei 1978 lintas Wonogiri–Baturetno ditutup. Soekirlan, Kepala Humas PJKA Eksploitasi Tengah menyatakan bahwasanya jalur kereta api dari Wonogiri menuju Baturetno telah dinonaktifkan sehubungan dengan dimulainya pembangunan Bendung Gajah Mungkur di Wonogiri.<ref name="koran pelita">{{Citenews|title=Setelah dipakai 54 tahun: Lintas KA Baturetno–Wonogiri ditutup|publisher=Pelita|location=Semarang}}</ref>
 
Berdasarkan surat SS No. 3639 tertanggal 8 Maret 1902, diwacanakan akan dibangun jalur kereta dari [[Stasiun Jetis]] menuju [[Stasiun Tugu (Trenggalek)]]. menghubungkan [[Jalur kereta api Ponorogo–Slahung|jalur kereta api Ponorogo–Slahung]] dengan [[Jalur kereta api Tulungagung–Tugu|jalur kereta api Tulungagung–Tugu]], serta dari [[Stasiun Badegan]] menuju [[Stasiun Baturetno]] menghubungkan [[Jalur kereta api Ponorogo–Badegan|jalur kereta api Ponorogo–Badegan]] dengan [[Jalur kereta api Purwosari–Wonogiri|jalur kereta api Purwosari–Baturetno]] yang ditujukan untuk mendukung jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa dengan rute Yogyakarta–Wonogiri–Ponorogo–Trenggalek–Tulungagung.<ref>{{cite book|title=Indische spoorweg-politiek|last=Reitsma|first=S. A.|publisher=Landsdrukkerij|year=1920|pages=286-289|url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB02:100002593}}</ref>
 
Semasa aktifnya, selain mengangkut penumpang juga mengangkut batu gamping untuk memenuhi kebutuhan beberapa pabrik gula seperti Pabrik Gula Tasikmadu, Gondang Baru, Colomadu dan Mojo. Pada tahun 1975, jalur ini telah berhasil memenuhi kebutuhan pabrik gula dengan mengangkut gamping sebanyak 22.539 ton dan pendapatan sebesar Rp. 23.374.380,00. Lalu pada tahun 1976 sebanyak 21.470 ton gamping dengan pendapatan sebesar Rp. 22.265.280,00, kemudian pada tahun 1977 tercatat mengangkut 9.310 ton dengan pendapatan Rp. 9.655.110,00. Terakhir pada tahun 1978 (satu kwartal / tiga bulan pertama) mengangkut batu gamping sebanyak 5.717 ton dengan pendapatan Rp 4.888.470,00.<ref name="koran pelita"/>