Hindia Belanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
bentuk baku
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis)
Baris 102:
 
[[Berkas:Nicolaas Pieneman - The Submission of Prince Dipo Negoro to General De Kock.jpg|jmpl|kiri|Penyerahan [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]] kepada [[Hendrik Merkus de Kock|Jenderal De Kock]] pada akhir [[Perang Diponegoro]] pada tahun 1830, dilukis oleh [[Nicolaas Pieneman]]]]
Pada tahun 1806, dengan Belanda di bawah dominasi [[Kekaisaran PerancisPrancis]], Kaisar [[Napoleon Bonaparte|Napoleon I]] menunjuk saudaranya [[Louis Bonaparte]] untuk menduduki tahta Belanda, yang menyebabkan penobatan Marsekal [[Herman Willem Daendels]] sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1808.<ref>{{Cite book | last = Kumar | first = Ann | title = Java | publisher = Periplus Editions| year = 1997 | location = Hong Kong | page = 44 | isbn = 962-593-244-5}}</ref> Pada tahun 1811, Daendels digantikan oleh Gubernur Jenderal [[Jan Willem Janssens]], tetapi tidak lama setelah kedatangannya, pasukan Inggris menduduki beberapa pelabuhan Hindia Belanda termasuk Jawa, dan [[Thomas Stamford Raffles]] menjadi Letnan Gubernur. Setelah kekalahan Napoleon pada [[Pertempuran Waterloo]] tahun 1815 dan [[Kongres Wina]], kontrol Belanda atas wilayah ini dipulihkan pada tahun 1816.<ref>Ricklefs (1991), hlmn. 111–114</ref> Di bawah [[Perjanjian Inggris-Belanda 1824|Perjanjian Inggris-Belanda]] 1824, Belanda mengamankan permukiman Inggris seperti [[Bengkulu]] di Sumatera, sebagai imbalan untuk menyerahkan kendali atas daerah jajahan mereka di [[Semenanjung Malaya]] ([[Malaya Britania|Malaya]]) dan [[India Belanda]]. Perbatasan antara bekas daerah jajahan milik Inggris dan Belanda pada hari ini merupakan batas modern antara Malaysia dan Indonesia.
 
Sejak berdirinya VOC pada abad ke-17, perluasan wilayah Belanda telah menjadi masalah bisnis. Gubernur Jenderal [[Graaf van den Bosch]] (1830–1835) menegaskan profitabilitas sebagai fondasi kebijakan resmi, membatasi perhatiannya hanya untuk Pulau Jawa, Sumatera dan [[Pulau Bangka|Bangka]].<ref name="Rickelfs131"/> Namun, sejak sekitar tahun 1840, ekspansi nasional Belanda membuat mereka mengobarkan serangkaian perang untuk memperbesar dan mengkonsolidasikan daerah jajahan mereka di pulau-pulau terluar.<ref>Vickers (2005), hlm. 10; Ricklefs (1991), hlm. 131</ref> Motivasi mereka termasuk: perlindungan daerah yang sudah dimiliki; intervensi pejabat Belanda yang ambisius untuk kehormatan atau promosi jabatan; dan untuk membangun klaim Belanda di seluruh wilayah nusantara dalam rangka mencegah intervensi dari kekuatan Barat lainnya selama era [[Imperialisme Baru|upaya kolonialisme bangsa Eropa]].<ref name="Rickelfs131">Ricklefs (1991), hlm. 131</ref> Karena eksploitasi sumber daya Indonesia meluas di luar Jawa, sebagian besar pulau terluar berada di bawah kendali atau pengaruh langsung pemerintah Belanda.
Baris 177:
Perkembangan olahraga Hindia Belanda yang paling dominan adalah di bidang [[sepak bola]], pada awal 1900-an berdiri klub-klub seperti [[Persija Jakarta]] dan [[Persib Bandung]].
 
Momen yang paling fenomenal adalah ketika [[Tim nasional sepak bola Indonesia|Tim nasional sepak bola Hindia Belanda]] menjadi kontestan di [[Piala Dunia 1938]] di [[PerancisPrancis]]. Mereka merupakan '''kontestan pertama''' dari [[Asia]]. Sayangnya, mereka tersingkir di babak pertama setelah dikalahkan oleh [[Tim nasional sepak bola Hongaria]] 0-6 di [[Stadion Velodrome Municipale]], [[Reims]], [[Prancis]]
 
== Warisan kolonial di Belanda ==