Hindia Belanda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
bentuk baku |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis) |
||
Baris 102:
[[Berkas:Nicolaas Pieneman - The Submission of Prince Dipo Negoro to General De Kock.jpg|jmpl|kiri|Penyerahan [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]] kepada [[Hendrik Merkus de Kock|Jenderal De Kock]] pada akhir [[Perang Diponegoro]] pada tahun 1830, dilukis oleh [[Nicolaas Pieneman]]]]
Pada tahun 1806, dengan Belanda di bawah dominasi [[Kekaisaran
Sejak berdirinya VOC pada abad ke-17, perluasan wilayah Belanda telah menjadi masalah bisnis. Gubernur Jenderal [[Graaf van den Bosch]] (1830–1835) menegaskan profitabilitas sebagai fondasi kebijakan resmi, membatasi perhatiannya hanya untuk Pulau Jawa, Sumatera dan [[Pulau Bangka|Bangka]].<ref name="Rickelfs131"/> Namun, sejak sekitar tahun 1840, ekspansi nasional Belanda membuat mereka mengobarkan serangkaian perang untuk memperbesar dan mengkonsolidasikan daerah jajahan mereka di pulau-pulau terluar.<ref>Vickers (2005), hlm. 10; Ricklefs (1991), hlm. 131</ref> Motivasi mereka termasuk: perlindungan daerah yang sudah dimiliki; intervensi pejabat Belanda yang ambisius untuk kehormatan atau promosi jabatan; dan untuk membangun klaim Belanda di seluruh wilayah nusantara dalam rangka mencegah intervensi dari kekuatan Barat lainnya selama era [[Imperialisme Baru|upaya kolonialisme bangsa Eropa]].<ref name="Rickelfs131">Ricklefs (1991), hlm. 131</ref> Karena eksploitasi sumber daya Indonesia meluas di luar Jawa, sebagian besar pulau terluar berada di bawah kendali atau pengaruh langsung pemerintah Belanda.
Baris 177:
Perkembangan olahraga Hindia Belanda yang paling dominan adalah di bidang [[sepak bola]], pada awal 1900-an berdiri klub-klub seperti [[Persija Jakarta]] dan [[Persib Bandung]].
Momen yang paling fenomenal adalah ketika [[Tim nasional sepak bola Indonesia|Tim nasional sepak bola Hindia Belanda]] menjadi kontestan di [[Piala Dunia 1938]] di [[
== Warisan kolonial di Belanda ==
|