Keraton Kasepuhan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k nampak --> tampak, nampaknya --> tampaknya
Baris 129:
Pada masa kepemimpinan ''Sultan Sepuh V Sultan Sjafiudin Matangaji'', ''Sultan Sepuh V'' melakukan banyak perbaikan pada kompleks [[Taman sari Gua Sunyaragi]] yang digunakan sebagai tempat mengkhusukan diri kepada Allah swt sekaligus markas besar prajurit kesultanan dan gudang serta tempat pembuatan senjata, disamping [[Taman sari Gua Sunyaragi]], [[kesultanan Kasepuhan]] memiliki markas prajurit lainnya, yaitu di [[Matangaji, Sumber, Cirebon|desa Matangaji]] yang sekarang masuk dalam wilayah administrasi [[Sumber, Cirebon|kecamatan Sumber]], [[kabupaten Cirebon]]. Aktifitas yang ada di [[Taman sari Gua Sunyaragi]] kemudian menarik perhatian Belanda untuk kemudian menyerangnya, ''Sultan Sepuh V Sultan Sjafiudin Matangaji'' pun gugur pada tahun 1786, tidak lama setelah wafatnya ''Sultan Sepuh V Sultan Sjafiudin Matangaji'', saudara sultan yaitu ''Pangeran Raja Hasanuddin'' menggantikan dirinya untuk memimpin [[kesultanan Kasepuhan]], sementara [[Taman sari Goa Sunyaragi]] hanya tinggal puing-puing akibat penyerangan Belanda.
 
Pada tahun 1852, Pangeran Adiwijaya yang kelak menjadi ''wali'' bagi Pangeran Raja Satria, membangun kembali dan memperkuat [[Taman air Gua Sunyaragi]], dia memperkjakan seorang aristek beretnis tionghoa, namun kemudian arsitek tersebut ditangkap dan dipaksa mengatakan seluk-beluk [[Taman air Gua Sunyaragi]] kepada Belanda untuk kemudian dibunuh. Terbongkarnya aktifitasaktivitas di [[Taman air Gua Sunyaragi]] membuat Pangeran Adiwijaya memerintahkan kepada para bawahan dan para prajurit untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi, akhirnya keputusan diambil untuk mengungsikan seluruh persenjataan dan para prajurit keluar dari [[Taman air Gua Sunyaragi]], sehingga penyerangan Belanda yang terjadi kemudian tidak mendapatkan apa-apa.
 
== Silsilah ==