Kalimantan Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 67:
|author=Ludovicus Carolus Desiderius van Dijk
|publisher=J. H. Scheltema
|year=1862}}</ref> Hubungan raja-raja Kalimantan Barat dengan VOC Belanda menimbulkan kemarahan [[Sultan Agung]], raja Mataram Islam, sehingga diperintahkannya Tumenggung [[Bahureksa]] menyerang Sukadana pada tahun 1622. Situasi ini menimbulkan ketegangan di seluruh Kalimantan, untuk melunakan Mataram, Kesultanan Banjar mengirim perutusan kepada Kesultanan Mataram. Pada bulan Oktober 1641 perutusan Kesultanan Banjar tiba di Jepara, pelabuhan Kesultanan Mataram dengan membawa persembahan intan Si Misim (intan upeti Panembahan Ratu Sambas dahulu). Utusan dalam jumlah besar diijinkan tinggal di kota istana.<ref>http://suluhbanjar.blogspot.co.id/2010/11/kerajaan-banjar-dalam-dimensi-sejarah.html</ref> Tahun 1672, Sultan Banjar mengesahkan Raja Sintang sebagai Sultan.<ref name="Pasak Negeri Kapuas">{{id}}{{cite book
|author= Tomi
|url=https://books.google.co.id/books?id=xFBODAAAQBAJ&pg=PA221&dq=sultan+banjarmasin+sanggau&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwimqc3n3bnZAhVHTrwKHVl_AxoQuwUIKjAA#v=onepage&q=sultan%20banjarmasin%20sanggau&f=false
|title=Pasak Negeri Kapuas 1616-1822
|location=Indonesia
|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia
|year=2014
|page=221
|isbn=602961357X
}}ISBN 9786029613575</ref> Sesuai perjanjian [[20 Oktober]] [[1756]] VOC Belanda berjanji akan membantu Sultan Banjar [[Tamjidullah I]] untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya [[Kerajaan Sanggau|Sanggau]], [[Kerajaan Sintang|Sintang]] dan [[Lawai]] (Kabupaten Melawi), sedangkan daerah-daerah lainnya merupakan milik [[Kesultanan Banten]], kecuali Sambas. Menurut akta tanggal [[26 Maret]] [[1778]] negeri [[Landak]] dan [[Sukadana]] (sebagian besar Kalbar) diserahkan kepada VOC Belanda oleh [[Sultan Banten]]. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat Sambas. Pada tahun itu pula Syarif Abdurrahman Alkadrie yang dahulu telah dilantik di Banjarmasin sebagai Pangeran yaitu Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam direstui oleh VOC Belanda sebagai [[Sultan Pontianak]] yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut.<ref name="Soekmono">{{en}}{{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=cAyEYpbYUrsC&lpg=PA72&dq=sultan%20banjar&pg=PA72#v=onepage&q=sultan%20banjar&f=true|first=[[Prof. Dr. R. Soekmono|Soekmono]]|last=Soekmono|title=Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 3|publisher= Kanisius,|year=1981|isbn= 9794132918 }}ISBN [http://books.google.co.id/books?id=cAyEYpbYUrsC&lpg=PA2&pg=PA2#v=onepage&q&f=false 978-979-413-291-3]</ref> Pada tahun [[1789]] Sultan Pontianak dibantu [[Kongsi Lan Fang]] diperintahkan VOC Belanda untuk menduduki [[negeri Mempawah]] dan kemudian menaklukan Sanggau. Pada tanggal [[4 Mei]] [[1826]] [[Sultan Adam]] dari Banjar menyerahkan [[Jelai Hulu, Ketapang|Jelai]], [[Kerajaan Sintang|Sintang]] dan [[Lawai]] (Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tahun [[1846]] daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai [[Dependensi Borneo]].<ref>{{en}} {{cite book|pages=160|url=http://books.google.co.id/books?id=zLBCAAAAIAAJ&dq=succadana&pg=PA160#v=onepage&q=succadana&f=false|title=A manual of dates: a dictionary of reference to the most important events in the history of mankind to be found in authentic records|first=George Henry|last=Townsend|edition=2|publisher=Warne|year=1867}}</ref> Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan asisten residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah dari Tanjung Dato sampai muara sungai Doeri. Sedangkan divisi Pontianak yang berada di bawah asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong, Boenoet, Malor, Taman, Ketan, dan Poenan <ref>[http://books.google.co.id/books?id=0BwYAAAAYAAJ&dq=Kottawaringin&pg=PA443#v=onepage&q=Kottawaringin&f=false {{nl}}Allen's Indian mail, and register of intelligence for British and foreign India, China, and all parts of the East, Volume 4, 1846]</ref> Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, 14 daerah di wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan ''Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie'', pada 27 Agustus 1849, No. 8.<ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false |author=Nederlandisch Indië|title=Staatsblad van Nederlandisch Indië|publisher= s.n.|year=1849}}</ref> Pada [[1855]], negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Karesidenan Sambas.
 
Menurut [[Hikayat Malaysia, Brunei, dan Singapore]] wilayah yang tidak bisa dikuasai dari kerajaan Hindu sampai kesultanan Islam di Kalimantan Barat adalah kebanyakan dari Kalimantan Barat seperti Negeri Sambas dan sekitarnya, dan menurut Negara Brunei Darussalam [[Hikayat Banjar]] adalah palsu dan bukan dibuat dari kesultanan Banjar sendiri melainkan dari tangan-tangan yang ingin merusak nama Kalimantan Barat dan disebarluaskan keseluruh Indonesia sampai saat ini, karena menurut penelitian para ahli psikolog di dunia Negeri Sambas tidak pernah kalah dan takluk dengan Negara manapun.