Tirtayasa dari Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Pierrewee (bicara | kontrib)
Menolak 3 perubahan teks terakhir (oleh 36.84.1.244 dan 182.1.99.128) dan mengembalikan revisi 14686103 oleh Taylor 49
Baris 23:
 
== Biografi ==
Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari [[Abu al-Ma'ali Ahmad dari Banten|Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad]] (Sultan Banten periode [[1640]]-[[1650]]) dan Ratu Martakusuma. Sejak kecil ia bergelar '''Pangeran Surya''', kemudian ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi ''Sultan Muda'' yang bergelar '''Pangeran Dipati'''. Setelah kakeknya meninggal dunia pada tanggal [[10 Maret]] [[1651]], ia diangkat sebagai [[Daftar Sultan Banten|Sultan Banten]] ke-6 dengan gelar '''Sultan Abu al-Fath Abdulfattah'''.
 
Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun [[Tirtayasa, Serang|Tirtayasa]] (terletak di [[Kabupaten Serang]]).<ref>{{Cite web|url=http://untirta.ac.id/berita/232|title=SPIRIT KARAKTER DAN LEADERSHIP SULTAN AGENG TIRTAYASA|last=MAI|first=PUSDAINFO {{!}}|website=untirta.ac.id|language=en|access-date=2017-04-15}}</ref>
 
== Perjuangan ==
'''Sultan Ageng Tirtayasa''' berkuasa di [[Kesultanan Banten]] pada periode [[1651]] - [[1683]]. Ia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Masa itu, [[VOC]] menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten. Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka. Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam terbesar.
 
Di bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi. Di bidang keagamaan, ia mengangkat [[Syekh Yusuf]] sebagai mufti kerajaan dan penasehat sultan.