Keraton Kasepuhan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gilang Bayu Rakasiwi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k nampak --> tampak, nampaknya --> tampaknya
Baris 38:
[[Berkas:Reynan-Mande Karesmen - BrianSteeger - wiyaga.jpg|jmpl|300px| Bangunan ''Mande Karesmen'' pada kompleks keraton Kasepuhan terlihat para ''Wiyaga'' (penabuh gamelan) sedang berdiskusi disela-sela prosesi penabuhan ''gong Sekati'' pada Idul Fitri 2014, dari jajaran ''Wiyaga'' terlihat ''Ki'' Waryo (anak dari ''Ki'' Empek) duduk paling kanan, ''Ki'' Adnani dan kemudian ''Ki'' Encu]]
 
Memasuki jalan kompleks Keraton di sebelah kiri terdapat bangunan yang cukup tinggi dengan [[tembok]] [[bata]] kokoh di sekelilingnya. Bangunan ini bernama ''Siti Inggil'' atau dalam bahasa Cirebon sehari-harinya adalah ''lemah duwur'' yaitu tanah yang tinggi. Sesuai dengan namanya bangunan ini memang tinggi dan nampaktampak seperti kompleks candi pada zaman [[Majapahit]]. Bangunan ini didirikan pada tahun [[1529]], pada masa pemerintahan [[Syekh Syarif Hidayatullah]] (Sunan Gunung Jati).
 
Di pelataran depan Siti Inggil terdapat [[meja]] [[batu]] berbentuk segi empat tempat bersantai. Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang dibuat pada tahun 1800-an. Siti Inggil memiliki dua [[gapura]] dengan [[motif]] bentar bergaya arsitek zaman Majapahit. Di sebelah utara bernama ''Gapura Adi'' dengan ukuran 3,70 x 1,30 x 5 m sedangkan di sebelah selatan bernama ''Gapura Banteng'' dengan ukuran 4,50 x 9 m, pada sisi sebelah timurnya terdapat bentuk banteng. Pada bagian bawah Gapura Banteng ini terdapat ''Candra Sakala'' dengan tulisan ''Kuta Bata Tinata Banteng'' yang jika diartikan adalah tahun [[1451]].