Suku Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pulorawa (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 68:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM IJzeren lemmet met een houten schede TMnr 501-4.jpg|jmpl|kiri|Rencong, senjata tradisional orang Atjeh.]]
 
Sekelompok imigran berbahasa Chamik tersebut mulanya diduga hanya menguasai daerah yang kecil saja, yaitu pelabuhan Banda Aceh di Aceh Besar.{{sfn|Reid|2006|pp = 8}} [[Marco Polo]] (1292) menyatakan bahwa di Aceh saat itu terdapat 8 kerajaan-kerajaan kecil, yang masing-masing memiliki bahasanya sendiri.{{sfn|Reid|2006|pp = 8}} Perluasan kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan pantai lainnya, terutama Pedir atau Pidie, Pasai, dan Daya, dan penyerapan penduduk secara perlahan selama 400 tahun, akhirnya membuat bahasa penduduk Banda Aceh ini menjadi dominan di daerah pesisir Aceh.{{sfn|Reid|2006|pp = 8}} Para penutur bahasa asli lainnya, kemudian juga terdesak ke pedalaman oleh para penutur berbahasa Aceh yang membuka perladangan.{{sfn|Reid|2006|pp = 8}}
 
Dialek-dialek bahasa Aceh yang terdapat di lembah Aceh Besar terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu ''Tunong'' untuk dialek-dialek di dataran tinggi dan ''BarohBarôh'' untuk dialek-dialek dataran rendah.{{sfn|Tyron|1995|pp=410}} Banyaknya dialek yang terdapat di Aceh Besar dan Daya, menunjukkan lebih lamanya wilayah-wilayah tersebut dihuni daripada wilayah-wilayah lainnya.{{sfn|Tyron|1995|pp=410}} Di wilayah Pidie juga terdapat cukup banyak dialek, walaupun tidak sebanyak di Aceh Besar atau Daya.{{sfn|Tyron|1995|pp=410}} Dialek-dialek di sebelah timur Pidie dan di selatan Daya lebih homogen, sehingga dihubungkan dengan migrasi yang datang kemudian seiring dengan peluasan kekuasaan Kerajaan Aceh pasca tahun 1500.{{sfn|Tyron|1995|pp=410}}
 
[[Provinsi Aceh|Pemerintah daerah Aceh]], antara lain melalui SK Gubernur No. 430/543/1986 dan Perda No. 2 tahun 1990 membentuk Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh (LAKA), dengan mandat membina pengembangan [[budaya Aceh|adat-istiadat]] dan kebiasaan masyarakat dan lembaga adat di Aceh.<ref name="BNSPA"/> Secara tidak langsung lembaga ini turut menjaga lestarinya [[bahasa Aceh]], karena pada setiap kegiatan adat dan budaya, penyampaian kegiatan-kegiatan tersebut adalah dalam bahasa Aceh.<ref name="BNSPA">''[http://books.google.co.id/books?id=L25rzORE1OcC&pg=PA68&dq=bahasa+aceh&hl=en&sa=X&ei=TXaVU4C_Oc6UuATWh4CICQ&ved=0CEgQuwUwAzgK#v=onepage&q=bahasa%20aceh&f=false Bahasa Nusanta Suatu Pemetaan Awal]'' (1999), [[Ajip Rosidi|Rosidi, Ajip]] (ed), Pagelaran Bahasa Nusantara 1999, Program Pemetaan Bahasa-bahasa Nusantara, hlm. 67-68. Diakses 9 Juni 2014.</ref> Demikian pula bahasa Aceh umum digunakan dalam berbagai urusan sehari-hari yang diselenggarakan oleh instansi-instansi pemerintahan di Aceh.<ref name="BNSPA"/>