Suku Rejang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tatuk Bucuk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Telkea (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 71:
== Budaya ==
[[Berkas:Pakaian Adat Rejang.jpg|jmpl|Potret seorang laki-laki berpakaian adat Rejang yang terdapat dalam buku Hukum Adat Rejang karya Abdullah Sidik.]]
=== Bahasa, Sastra, dan Aksara ===
==== Bahasa ====
{{utama|Bahasa Rejang}}
Suku Rejang memiliki bahasa dengan nama yang sama. Bahasa Rejang adalah bahasa utama yang dituturkan di rumah atau lingkungan keluarga besar. Sementara di tempat umum atau ketika berkomunikasi dengan masyarakat bukan Rejang, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Bengkulu. Melayu Bengkulu saat ini dipandang sebagai basantara yang memperlancar komunikasi antara orang asli (Rejang) dengan masyarakat pendatang. Melayu Bengkulu merupakan varian bahasa Melayu yang memiliki penutur di Provinsi Bengkulu. Bahasa Melayu Bengkulu dikenal karena memiliki kemiripan dengan [[bahasa Minangkabau]] dan [[bahasa Melayu Palembang]].
Baris 80 ⟶ 79:
Sebagai anggota dari [[rumpun bahasa Austronesia]], bahasa ini memiliki sejumlah persamaan kosakata dengan bahasa-bahasa daerah yang berlainan dan berjauhan letaknya di Indonesia. Kata ''tun'' yang berarti orang dalam bahasa Rejang memiliki padanan berupa ''to-ono'' dan ''tou'' masing-masing dari bahasa Minahasa dan bahasa Tolaki. Selanjutnya, kata ''nopoe'' yang berarti ular dalam bahasa Rejang dialek Kepahiang memiliki padanan berupa ''nipa'' dalam bahasa-bahasa Flores. Dan kata ''nangai'' yang bermakna muara memiiki padanan kata berupa ''nanga'' dalam bahasa-bahasa di Kalimantan Barat.
 
Bahasa Rejang memiliki lima dialek yang memiliki variasi atau perbedaan antar satu dialek dengan dialek lainnya dengan derajat yang berbeda-beda.<ref>[https://www.omniglot.com/writing/redjang.htm Omniglot: Redjang]</ref> Empat dari lima dialek dituturkan di wiayahwilayah Provinsi Bengkulu. Satu dialek lagi dituturkan di Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan. Kelima dialek tersebut ialahadalah sebagai berikut.:
* Dialek Lebong, dituturkan di [[Kabupaten Lebong]] dan sebagian [[Kabupaten Bengkulu Utara]].
* Dialak Musi, dituturkan di sepanjang hulu aliran Sungai Musi di Kabupaten Rejang Lebong, sebagian Kabupaten Bengkulu Utara, dan sebagian Kabupaten Kepahiang terutama di [[Merigi, Kepahiang|Kecamatan Merigi]] dan [[Ujan Mas, Kepahiang|Kecamatan Ujan Mas]]. Dialek ini dinamai berdasarkan nama [[Sungai Musi]].
* Dialek Keban Angung, dituturkan di sebagian [[Kabupaten Kepahiang]] terutama daerah [[Tebat Karai, Kepahiang|Kecamatan Tebat Karai]] dan [[Bermani Ilir, Kepahiang|Kecamatan Bermani Ilir]].
* Dialek Pesisir, dituturkan di sebagian [[Kabupaten Bengkulu Tengah]] seperti [[Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah|Kecamatan Pondok Kelapa]], dan wilayah [[Kabupaten Bengkulu Utara]].
* Dialek Rawas, dituturkan di hulu Sungai Rawas di [[Kabupaten Musi Rawas Utara]]. Dialek ini dinamai berdasarkan nama [[Sungaisungai Rawas]]. Dialek ini dianggap sebagai dialek proto atau dialek tertua dari bahasa Rejang dan menurut Prof. McGinn. Dialek inilah yang berfungsi sebagai alat bantu rekonstruksi bahasa Rejang purba. Namun, berdasarkan sejarah terbentuknya sebuah desa di [[Ulu Rawas, Musi Rawas Utara]] yang bernama [[Napal Licin, Ulu Rawas, Musi Rawas Utara|Napal Licin]]. Masyarakat di daerah ini pada awalnya didiami Rejang dari [[Kabupaten Rejang Lebong]], setelah beberapa lama kemudian datang juga orang Melayu dari daerah [[Kabupaten Sarolangun]] untuk membuka rimba belantara menjadi lahan pertanian. Mereka mulai bergaul dengan orang dari Rejang Lebong yang menetap pertama tadi sampai mereka menikah dan mempunyai keturunan Rejang Melayu Jambi. Puluhan tahun kemudian orang dari daerah lain mulai berdatangan seperti dari daerah Jawa, Palembang, dan lain sebagainya. Setelah ratusan tahun lama mereka hidup, maka bahasa asli masyarakat Desa Napal Licin berasal dari campuran dari keturunan nenek moyang mereka tadi yaitu bahasa Rejang yang bercampur dengan bahasa Melayu Jambi, Melayu Palembang, dan Jawa. Sehingga tercipta suku dan masyarakat yang baru, yakni Rejang Rawas.<ref>[https://napallicinindah.wordpress.com/category/profil-desa/ Wordpress: Profil Desa Napal Licin]</ref>
 
Penutur dialek Rejang yang satu dengan yang lain sebenarnya dapat saling mengerti dengan tingkat pemahaman mencapai di atas 80%, kecuali dialek Rawas. Dialek Rawas hampir tidak dapat dikenali apabila diperdengarkan kepada penutur dialek-dialek yang lain.
 
==== Aksara ====
Sebelum abad ke-20, masyarakat Rejang masih menulis surat-surat resmi dalam aksara sendiri yang dinamakan [[Aksara Rejang]] (''Buak Rikung''). Aksara Rejang sendiri pada masa kini lebih dikenal sebagai huruf Kaganga dan diajarkan di sekolah-sekolah di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara. Aksara ini berjenis abugida dan merupakan turunan dari aksara-aksara India. Ciri terutama aksara tersebut adalah garis-garis yang tajam dan tegas, berkebalikan dengan aksara Jawa atau Bali yang bergelombang. Evolusi aksara Rejang menuju bentuk garis yang tajam, lurus, dan tegas disebut-sebut sebagai adaptasi atas usaha menulis di atas kayu, bambu, dan tulang. Pada bahan dengan permukaan keras, garis melengkung sangat susah dibuat dan hasilnya, garis-garis melengkung berevolusi menjadi garis yang tajam dan lurus.