Perang Bubat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 4 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 14517682 oleh Arifin.wijaya
tambahan : Keaslian perang bubat
Baris 19:
|notes=
}}
'''Perang Bubat''' adalah [[perang]] yang terjadi pada tahun 1279 Saka atau 1357 M pada abad ke-14, yaitu pada masa pemerintahan raja [[Majapahit]] [[Hayam Wuruk]]. Perang terjadi akibat perselisihan antara Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit dengan Prabu [[Maharaja Linggabuana]] dari [[Kerajaan Sunda]] di [[Pesanggrahan Bubat]], yang mengakibatkan tewasnya seluruh rombongan Sunda. Sumber-sumber rujukan tertua mengenai adanya perang ini terutama adalah ''[[Pararaton|Serat Pararaton]]'' serta ''[[Kidung Sunda]]'' dan ''[[Kidung Sundayana]]'' yang berasal dari [[Bali]].
 
== Rencana pernikahan ==
Baris 54:
 
Hal yang menarik antara lain, meskipun [[Bali]] sering kali dianggap sebagai pewaris kebudayaan Majapahit, masyarakat Bali sepertinya cenderung berpihak kepada kerajaan Sunda dalam hal ini, seperti terbukti dalam naskah Bali ''[[Kidung Sunda]]''. Penghormatan dan kekaguman pihak Bali atas tindakan keluarga kerajaan Sunda yang dengan gagah berani menghadapi kematian, sangat mungkin karena kesesuaiannya dengan ajaran [[Hindu]] mengenai tata perilaku dan nilai-nilai kehormatan kasta [[ksatriya]], bahwa kematian yang utama dan sempurna bagi seorang ksatriya adalah di ujung pedang di tengah medan laga. Nilai-nilai kepahlawanan dan keberanian ini mendapatkan sandingannya dalam kebudayaan Bali, yakni tradisi [[puputan]], pertempuran hingga mati yang dilakukan kaum prianya, disusul ritual bunuh diri yang dilakukan kaum wanitanya. Mereka memilih mati mulia daripada menyerah, tetap hidup, tetapi menanggung malu, kehinaan dan kekalahan.
 
== Keaslian perang bubat ==
Peristiwa Perang Bubat dapat dikatakan sebagai suatu cerita yang harus dipertanyakan keaslianya. Dikarenakan Serat Pararaton sendiri, sebagai sumber awal mengenai peristiwa itu sangat diragukan keakuratannya. Agung Kriswantoro, filolog Perpustakaan Nasional RI, menyebut data sejarah di dalam Pararaton sangat mungkin menyimpang dari sumber data primer. Hal ini di sebabkan waktu penulisan teks dilakukan jauh setelah peristiwa tersebut terjadi. Bahkan Edi Sedyawati, guru besar arkeologi Universitas Indonesia, membuat perkiraan lebih jauh. Bahwa Peristiwa Bubat tidak lebih dari sisipan penyalin Pararaton, atau malahan tambahan orang Belanda pertama yang menelitinya.
 
== Referensi ==