Keuskupan Agung Palembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tatuk Bucuk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 32:
Sampai tahun 1911, daerah [[Palembang]], [[Jambi]], [[Bengkulu]], dan [[Lampung]] dilayani oleh imam-imam dari tiga [[paroki]]. [[Paroki]] Sungai Selan ([[Pulau Bangka|Bangka]]) yang dibuka tahun 1853 dengan imam pertamanya Pastor Jan Langenhoff (1853–1867). Selain melayani [[Pulau Bangka|Bangka]] dan [[Pulau Belitung|Belitung]], [[paroki]] ini juga melayani umat [[Katolik]] di Palembang dan Jambi. Sementara paroki [[Padang]] melayani umat [[Katolik]] di Bengkulu. Umat [[Katolik]] di Lampung dilayani oleh imam-imam [[Jesuit]] dari [[Batavia]].
 
Sesudah Pastor Jan Langenhoff meninggalkan paroki Sungai Selatan tahun 1867, paroki Sungai Selan dilayani oleh imam-imam [[Jesuit]] dari Batavia dalam waktu yang pendek. Tercatat imam-imam [[Jesuit]] yang pernah melayani paroki Sungai Selan adalah Pastor Arnoldus Korstenhorst dan Pastor Johannes de Vries. Pada tahun 1884, [[Residen]] Palembang, G. J. du Cloux menawarkan pada Pastor Arnoldus Korstenhorst agar misi Katolik membuka misi di [[BasemahBesemah]]. Berita itu diteruskan kepada Mgr. [[Adam Carel Claessens]], Vikaris Apostolik [[Batavia]]. Pada 11 April 1887, Pastor Johannes van Meurs, seorang imam [[Yesuit]], memperoleh izin dari Otto van Rees, gubernur jenderal [[Hindia Belanda]] untuk tinggal di antara orang-orang BasemahBesemah. Tetapi izin itu bukan untuk menjalankan misi di daerah itu, melainkan hanya sebagai peneliti bahasa dan budaya orang-orang BasemahBesemah. Sejak tahun 1888, Pastor Johannes van Meurs sudah tinggal di BasemahBesemah yaitu di Tanjung Sakti. Pada tahun itu juga, gubernur jenderal Hindia Belanda, C. Picjnakers Hordijk memberi izin Pastor Johannes van Meurs untuk mengadakan [[misi]] di antara orang-orang BasemahBesemah.
 
Pada 1 September 1888, Pastor Johannes van Meurs membuka dua [[sekolah]] di Tanjung Sakti. Sampai tahun 1890, di Tanjung Sakti terdapat 8 orang [[Katolik]] semuanya orang-orang pribumi. Pada April 1891, Pastor Johannes van Meurs meninggalkan Tanjung Sakti karena sakit keras. Pada 8 Agustus 1891, ia meninggal dunia di [[Sukabumi]].