Suku Serawai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tatuk Bucuk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
|langs=[[Bahasa Melayu Tengah|Melayu Tengah]]
|rels=[[Islam]]{{br}}[[Animisme]]
|related=[[Suku Rejang]]{{br}}[[Suku Lembak]]{{br}}[[Suku BasemahBesemah]]
}}
'''Suku Serawai''' adalah [[suku bangsa]] dengan populasi terbesar kedua yang hidup di daerah Bengkulu. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di kabupaten [[Bengkulu Selatan]], yakni di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum, Manna, dan Seginim. Suku Serawai mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, saat ini banyak dari mereka yang [[merantau]] ke daerah-daerah lain untuk mencari penghidupan baru, seperti ke [[kabupaten Kepahiang]], [[kabupaten Rejang Lebong]], [[kabupaten Bengkulu Utara]], dan sebagainya.
Baris 15:
Asal usul suku Serawai masih belum bisa dirumuskan secara [[ilmiah]], baik dalam bentuk [[tulisan]] maupun dalam bentuk-bentuk publikasi lainnya. Sejarah suku Serawai hanya diperoleh dari uraian atau cerita dari orang-orang tua. Sudah tentu sejarah tutur seperti ini sangat sukar menghindar dari masuknya unsur-unsur [[legenda]] atau [[dongeng]] sehingga sulit untuk membedakan dengan yang bernilai [[sejarah]]. Ada satu tulisan yang ditemukan di [[makam]] Leluhur Semidang Empat Dusun yang terletak di Maras, Talo. Tulisan tersebut ditulis di atas kulit kayu dengan menggunakan [[huruf]] yang menyerupai [[huruf Arab]] kuno. Namun sayang sekali sampai saat ini belum ada di antara para ahli yang dapat membacanya.
 
Berdasarkan cerita para orang tua, suku bangsa Serawai berasal dari leluhur yang bernama Serunting Sakti bergelar Si Pahit Lidah. Asal usul Serunting Sakti sendiri masih gelap, sebagian orang mengatakan bahwa Serunting Sakti berasal dari suatu daerah di Jazirah Arab, yang datang ke Bengkulu melalui [[kerajaan Majapahit]]. Di Majapahit, Serunting Sakti meminta sebuah daerah untuk didiaminya, dan oleh Raja Majapahit dia diperintahkan untuk memimpin di daerah Bengkulu Selatan. Ada pula yang berpendapat bahwa Serunting Sakti berasal dari [[langit]], ia turun ke [[bumi]] tanpa melalui [[rahim]] seorang [[ibu]]. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa Serunting Sakti adalah anak hasil hubungan gelap antara Puyang Kepala Jurai dengan PuteriPutri Tenggang.
 
Di dalam Tembo Lebong terdapat cerita singkat mengenai seorang puteriputri yang bernama PuteriPutri Senggang. PuteriPutri Senggang adalah anak dari Rajo Megat, yang memiliki dua orang anak yakni Rajo Mawang dan PuteriPutri Senggang. Dalam tembo tersebut kisah mengenai Rajo Mawang terus berlanjut, sedangkan kisah PuteriPutri Senggang terputus begitu saja. Hanya saja ada disebutkan bahwa PuteriPutri Senggang terbuang dari keluarga Rajo Mawang.
 
Apabila kita simak cerita tentang kelahiran Serunting Sakti, diduga ada hubungannya dengan kisah PuteriPutri Senggang ini dan ada kemungkinan bahwa PuteriPutri Senggang inilah yang disebut oleh orang Serawai dengan nama PuteriPutri Tenggang. Dikisahkan bahwa Puyang Kepala Jurai yang sangat sakti jatuh [[cinta]] kepada PuteriPutri Tenggang, tetapi cintanya ditolak. Namun berkat kesaktiannya, Puyang Kepala Jurai dapat melakukan [[hubungan seksual]] dengan puteriputri Tenggang, tanpa disadari oleh puteriputri itu sendiri. Akibat dari perbuatan ini PuteriPutri Tenggang menjadi [[hamil]]. Setelah PuteriPutri Tenggang melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama PuteriPutri Tolak Merindu barulah terjadi pernikahan antara Putri Tenggang dengan Puyang Kepala Jurai, itupun dilakukan setelah PuteriPutri Tolak Merindu dapat berjalan dan bertutur kata.
 
Setelah pernikahan tersebut, keluarga Puyang Kepala Jurai belum lagi memperoleh anak untuk jangka waktu yang lama. Kemudian Puyang Kepala Jurai mengangkat tujuh orang anak, yaitu: Semidang Tungau, Semidang Merigo, Semidang Resam, Semidang Pangi, Semidang Babat, Semidang Gumay, dan Semidang Semitul. Setelah itu barulah Puyang Kepala Jurai memperoleh seorang puteraputra yang diberi nama Serunting. Serunting inilah yang kemudian menjadi Serunting Sakti bergelar Si Pahit Lidah. Serunting Sakti berputeraberputra tujuh orang, yaitu :
* Serampu Sakti, yang menetap di Rantau Panjang (sekarang termasuk marga Semidang Alas), Bengkulu Selatan dan PagaralamPaga Alam;
* Gumatan, yang menetap di Basemah[[Pelang Padang LanggarKenidai, PelangDempo KenidaiTengah, Pagaralam;Pagar Alam]]
* Serampu Rayo, yang menetap di Tanjung Karang Enim, [[Lematang Ilir Ogan Tengah (LIOT);]].
* Sati Betimpang, yang menetap di [[Ulak Mengkudu, Ogan;Tebing Tinggi, Empat Lawang]].
* Si Betulah, yang menetap di Saleman Lintang, Lahat;[[empat Lawang]].
* Si Betulai, yang menetap di [[Niur, LintangMuara Pinang, Lahat;Empat Lawang]].
* Bujang Gunung, yang menetap di [[Ulak Mengkudu, LintangTebing Tinggi, LahatEmpat Lawang]].
 
PuteraPutra Serunting Sakti yang bernama Serampu Sakti mempunyai 13 orang puteraputra yang tersebar di seluruh tanah Serawai. Serampu Sakti dengan anak-anaknya ini dianggap sebagai cikal-bakal suku Serawai. PuteraPutra ke 13 Serampu Sakti yang bernama Rio Icin bergelar Puyang Kelura mempunyai keturunan sampai ke Lematang Ulu dan Lintang.
 
== Definisi Serawai ==