Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
k bukan AP
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 39:
Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol<ref>Dalam bahasa jawa regol dapat dimaknai sebagai pintu yang besar/gerbang.</ref> yang biasanya bergaya ''Semar Tinandu''<ref>Semar Tinandu merupakan gerbang yang memiliki atap trapesium, seperti joglo, tanpa tiang dan hanya ditopang oleh dinding yang menjadi pemisah satu kompleks dengan kompleks berikutnya.</ref> . Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut ''Renteng'' atau ''Baturono''. Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.
 
Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti [[Portugis]], [[Belanda]], bahkan [[CinaTiongkok]]. Bangunan di tiap kompleks biasanya berbentuk/berkonstruksi Joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan '''Bangsal''' sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan '''Gedhong''' (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan bertiang bambu yang disebut '''Tratag'''. Pada perkembangannya bangunan ini beratap seng dan bertiang besi.
 
Permukaan atap joglo berupa trapesium. Bahannya terbuat dari sirap, genting tanah, maupun seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu. Atap tersebut ditopang oleh tiang utama yang di sebut dengan ''Soko Guru'' yang berada di tengah bangunan, serta tiang-tiang lainnya. Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap atau hitam dengan ornamen berwarna kuning, hijau muda, merah, dan emas maupun yang lain. Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna senada dengan warna pada tiang. Pada bangunan tertentu (misal Manguntur Tangkil) memiliki ornamen ''Putri Mirong'', stilasi dari kaligrafi [[Allah]], [[Muhammad]], dan ''Alif Lam Mim Ra'', di tengah tiangnya.
Baris 104:
''Bangsal Traju Mas'' yang berada di sisi timur dahulu menjadi tempat para pejabat kerajaan saat mendampingi Sultan dalam menyambut tamu. Versi lain mengatakan kemungkinan tempat ini menjadi balai pengadilan. Tempat ini digunakan untuk menempatkan beberapa pusaka yang antara lain berupa tandu dan meja hias. Bangsal ini pernah runtuh pada [[27 Mei]] [[2006]] akibat gempa bumi yang mengguncang DIY dan Jawa Tengah. Setelah proses restorasi yang memakan waktu yang lama akhirnya pada awal tahun 2010 bangunan ini telah berdiri lagi di tempatnya.
 
Di sebelah timur bangsal ini terdapat dua pucuk meriam buatan [[Sri Sultan Hamengkubuwono II|Sultan HB II]] yang mengapit sebuah prasasti berbahasa dan berhuruf CinaTionghoa. Di sebelah timurnya berdiri ''Gedhong Parentah Hageng Karaton'', gedung Administrasi Tinggi Istana. Selain itu di halaman ini terdapat bangsal ''Pecaosan Jaksa'', bangsal ''Pecaosan Prajurit'', bangsal ''Pecaosan Dhalang'' dan bangunan lainnya.<ref name="ReferenceB">Murdani Hadiatmadja, Chamamah Soeratno et. al., Pocung episode Wewangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat</ref>
 
=== Kedhaton ===