Mustain Billah dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 70:
 
== Silsilah ==
[[Nama lahir]]nya '''Raden Senapati''' atau disebut pula '''Gusti Kacil (Kushil)'''. Ayahnya adalah Sultan '''Hidayatullah I'''. Sedangkan ibunya adalah seorang [[selir]], yaitu puteri dari '''Tuan Khatib Banun''' - seorang menteri orang Biaju yang sudah memeluk [[Islam]]. Ayahnya banyak memiliki [[isteri]] maupun [[gundik]] sehingga saudara-saudaranya sangat banyak, menurut [[Kronik CinaTiongkok]] Buku 323 Sejarah [[Dinasti Ming]] menyebutkan anak Sultan Hidayatullah ada [[31]] orang, Raden Senapati sendiri merupakan anak [[sulung]]. Ayahnya mula-mula menikahi [[permaisuri]] '''Putri Nur Alam''' puteri dari '''Pangeran di Laut''' (putera dari ''Pangeran di Hangsana''?) yang melahirkan '''Raden Subamanggala'''. Ayah juga menikahi puteri dari '''Kiai di Podok''' yang melahirkan '''Ratu Bagus''' ([[Putra Mahkota]]) dan '''Putri Hayu'''. Dari isteri yang lainnya, ayahnya juga memiliki [[putera]] yang cukup penting peranannya yaitu '''Raden Rangga-Kasuma.'''
 
'''Raden Senapati''' menikahi sepupunya '''Putri Juluk''' puteri dari '''Pangeran Demang'''. Dalam upacara [[perkawinan]] tersebut namanya mendapat [[gelar]] '''Pangeran Senapati''', sedangkan Putri Juluk mendapat gelar '''Ratu Agung'''. Saudaranya '''Raden Bagus''' mendapat gelar '''Ratu Bagus''' sebagai '''Putra Mahkota''', kemungkinan karena dukungan [[politik]] dari putera-putera Kiai di Podok yang menjabat [[menteri]] [[kerajaan]] yaitu '''Kiai Wangsa''' dan '''Kiai Warga''', tetapi walaupun sebagai Putra Mahkota Ratu Bagus kelak gagal sebagai pengganti Sultan karena ditawan di Tuban oleh Sultan Mataram. Sedangkan '''Raden Subamanggala''' yang mendapat gelar '''Pangeran Mangkunagara''', walaupun sebagai [[anak gahara]] dari [[permaisuri]] Putri Nur Alam, ia tidak mendapat dukungan menjadi [[Putra Mahkota]].
Baris 143:
Pada masa pemerintahan Mustain Billah, perkenalan pertama orang Banjar dengan Belanda terjadi ketika beberapa pedagang Banjar melakukan aktivitas perdagangan di pelabuhan Banten dalam tahun [[1596]]. Akibat sikap Belanda yang sombong, para pedagang di [[Kesultanan Banten]] tidak mau menjual lada kepada para pedagang Belanda, sehingga mereka tidak memperoleh lada di Banten. Pada saat itu di pelabuhan Banten berlabuh dua buah [[kapal jung]] yang berisi muatan lada dari [[Kesultanan Banjar]] yang dibawa pedagang-pedagang Banjar. Lada merupakan komoditas ekspor primadona Kesultanan Banjar pada abad ke-17. Karena tidak memperoleh lada di Banten, maka Belanda merampok lada dari dua buah jung tersebut. Bagi orang Banjar peristiwa itu menjadi kesan awal yang buruk terhadap Belanda. Untuk mengetahui daerah Kesultanan Banjar yang merupakan daerah penghasil lada, Belanda mengirim sebuah ekspedisi ke Banjarmasin pada tanggal [[17 Juli]] [[1607]] dipimpin Koopman Gillis Michielzoon. Utusan Belanda tersebut dan seluruh anggotanya diajak ke darat, dan kemudian seluruhnya dibunuh, serta harta benda dan kapalnya dirampas. Peristiwa pembantaian terhadap utusan Belanda dengan anggotanya di Banjarmasin itu, menyebabkan Belanda tidak pernah berhasil tinggal lama di Banjarmasin.
 
Kepala pedagang (opperkoopman) VOC pada masa itu adalah François Wittert. Sebuah ekspedisi dikirim oleh otoritas VOC ke Banjarmasin untuk mengkonfirmasi kejadian tersebut. Kapal-kapal ''Hazewind'', ''Brak'', ''Halve Maan'' dan ''Klein Veere'' berangkat pada tanggal [[20 Maret]] [[1612]].<ref>[http://www.vocsite.nl/geschiedenis/handelsposten/bandjarmasin.html Banjer-Massin - Overzicht van de vestigingen van de Verenigde Oostindische Compagnie]</ref> Dalam tahun [[1612]] secara mengejutkan armada Belanda tiba di Banjarmasin untuk membalas atas terbunuhnya [[ekspedisi]] '''Gillis Michielzoon''' tahun [[1607]]. Armada ini menyerang Banjarmasin dari arah [[pulau Kembang]], menembaki [[Kuin]], ibukota Kesultanan Banjar. Penyerangan ini menghancurkan [[Banjar Lama]] yang merupakan [[istana]] [[Sultan Banjar]], karena itu ibukota kerajaan dipindahkan, dari Kuin yang hancur ke [[Kayu Tangi]], [[Martapura]]. Meskipun ibukota kerajaan telah dipindahkan oleh Sultan Mustain Billah, namun aktivitas perdagangan, di pelabuhan [[Banjarmasin]] tetap ramai. Hubungan dagang dengan bangsa asing tetap berjalan terutama dengan bangsa [[Inggris]]. Tahun [[1615]] '''Casirian David''' telah mendirikan faktory di [[Banjarmasin]]. Hubungan dagang dengan Belanda terputus, tetapi diteruskan dengan perantaraan orang-orang China. Pedagang Denmark juga telah menetap di Banjarmasin. Pada tahun [[1626]] produksi lada Banjar sangat meningkat, sehingga VOC berusaha untuk memperoleh monopoli lada, dan berusaha menghilangkan kejadian tahun [[1612]] yaitu penyerbuan Belanda terhadap kerajaan Banjar. Belanda juga meminta maaf atas perbuatannya merampok kapal kesultanan Banjar dalam pelayaran perdagangan ke [[Brunei]] [[4 Juli]] [[1626]]. Perdagangan kerajaan Banjar diarahkan ke Cochin CinaTiongkok dan Makassar sehingga Belanda merasa dirugikan akibat perpindahan route dagang kesultanan Banjar itu.
 
== Ancaman Mataram ==
Mataram meluaskan wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan pantai utara Jawa, tahun 1625 menaklukkan Surabaya dan Sukadana, sehingga kesultanan Banjarmasin merasa akan diserang oleh Mataram. Keinginan Mataram menguasai Banjar pada tahun [[1629]] bertambah besar, karena menguasai Banjarmasin berarti menguasai perdagangan lada.
Pada masa itu kerajaan Banjarmasin berkembang sebagai negara maritim akibat dari perpindahan route perdagangan, melalui Makassar, Banjarmasin, Pattani, CinaTiongkok atau Makassar terus ke Banten dan India. Banjarmasin menggantikan kedudukan Gresik, setelah bandar-bandar di pantai utara Jawa dimusnahkan Mataram. Semaraknya pelabuhan di Banjarmasin disebabkan bantuan imigran Jawa yang menjadikan Banjarmasin sebagai pusat modal dan perkapalan mereka. Jung-jung diperlukan bagi perdagangan lada dan pelayaran.
 
== Utusan ke Batavia ==
Baris 157:
Kekuasaan pasar dan perdagangan di Kesultanan Banjar, terletak pada wewenang [[syahbandar]] yang biasanya dijabat oleh orang asing. Dalam tahun [[1625]], jabatan syahbandar ini dijabat orang [[Gujarat]], Goja Babouw bergelar Ratna Diraja/Godja Babou (Retna dy Ratya)
 
Syahbandar memiliki wewenang dalam bidang perdagangan dan monopoli penjualan dan pembelian bangsa asing sangat tergantung padanya. Kompeni Belanda berusaha untuk memperoleh [[monopoli]] dengan Kesultanan Banjar, usaha ini untuk menekan perdagangan Banjar yang sampai ke Cochin-CinaTiongkok (VeitnamVietnam). Tetapi ketika wakil VOC, [[G. Corszoon]] tiba di Banjarmasin pada bulan [[Juli]] [[1633]], ternyata monopoli itu telah diberikan kepada [[orang Makassar]].
 
Kedatangan VOC hanya digunakan sebagai [[tameng]] dari serbuan [[Kesultanan Mataram]] semata. Sultan Mustainbillah berprinsip bahwa perdagangan harus bebas. Kompeni Belanda memamerkan armadanya dengan mendatangkan 6 buah kapal di bawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn dalam bulan [[Januari]] [[1634]] (kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Barentsz) tetapi sungai penuh dengan penghalang berupa batang kayu besar sehingga sulit masuk ke Banjarmasin, dan Sultan telah siap menghadapinya dengan 3.000 orang pasukan.
Baris 171:
 
== Perdagangan Lada ==
Mendekati tahun [[1628]], Banjarmasin penghasil lada terbesar di Indonesia bagian tengah. Lada diangkut ke CinaTiongkok, Jepara, Makassar dan Batavia, daerah pemasaran lada. Ketika VOC menurunkan harga lada, pedagang Banjar memindahkan perdagangannya ke Cochin dan menyebabkan perdagangan kontinental menjadi ramai. Keberanian VOC menurunkan harga lada, karena meningkatnya kekuasaannya di pulau Jawa. VOC berupaya menjalankan strategi perdagangan, dan mulai mencampuri urusan-urusan istana.
* Golongan bangsawan Banjar menguasai seluruh perdagangan karena kekuasaan mereka dalam bidang politik dan pengusaha hak apanase yang menghasilkan komoditas ekspor saat itu. Di daerah pedalaman perkebunan lada dikuasai kaum bangsawan seperti di daerah Negara, Alai, Tabalong, sehingga Dijk menyebut Pangeran Anom atau Pangeran [[Surya Nata II]] sebagai : ''Koning yan het pepergebergte'' (raja dari pegunungan lada). Para bangsawan mempunyai pasukan sendiri dan budak-budak yang dipersenjatai.
* Perdagangan lada sangat memengaruhi perkembangan politik kesultanan Banjar. Pokok pangkal pertikaian antar keluarga keraton dan perebutan kekuasaan, pertikaian menghadapi Belanda semuanya bersumber dari sengketa penghasilan dari perkembangan perdagangan ini. Perdagangan lada menjadi sumber kemakmuran dan kekayaan, sekaligus menjadi sebab-musabab pertikaian.
* Perdagangan di Banjarmasin dimonopoli orang-orang CinaTiongkok. Besarnya volume perdagangan lada yang diangkut ke CinaTiongkok, merupakan dorongan peningkatan penanaman lada. Kapal-kapal CinaTiongkok mengangkat ke Banjarmasin barang-barang porselen, yang sangat laku di Banjarmasin sehingga rata-rata 12 buah jung CinaTiongkok tiap tahun datang ke Banjarmasin. Pengaruh golongan CinaTionghoa turut menentukan perkembangan politik kerajaan Banjar. Bahkan Sultan, sering menggunakan golongan CinaTionghoa untuk menghadapi lawan politik dalam negeri, maupun menghadapi politik perdagangan luar negeri. Pesatnya perdagangan di Banjarmasin, menghasilkan kekayaan yang berlimpah.
* Jenis perdagangan yang paling menonjol di Pelabuhan Banjarmasin adalah lada karena pemakaian lada dunia yang luar biasa di Eropa. Kesultanan Banjarmasin, mengandalkan lada sebagai komoditas ekspor.
* Jenis-jenis bahan perdagangan yang diperdagangkan selain lada antara lain : emas, intan, cengkeh dan pala, mutiara, kamfer, bezoin, drakendoed, poreo, lilin, barang anyaman. Sedangkan barang-barang impor berupa : batu agiat merah, gelang, cincin, tembaga, batu karang, porselen, beras, candu, garam, gula, asam, kain dan pakaian.
* Jalur perdagangan kesultanan Banjarmasin sampai ke Cochin CinaTiongkok, disamping perdagangan di seluruh Nusantara.
* Para pedagang yang ikut meramaikan perdagangan di kesultanan Banjarmasin terdiri dari : orang-orang CinaTiongkok, Siam, Johor, Jawa, Palembang, Portugis, Inggris dan Belanda.
* Persaingan dagang sangat ketat, karena perdagangan bebas merupakan politik kerajaan yang dipegang teguh. Campur tangan kerajaan boleh dibilang tidak terlalu ketat terhadap dunia perdagangan, namun peranan syahbandar, sangat menentukan terhadap maju mundurnya perdagangan di pelabuhan, khususnya di kesultanan Banjarmasin.
* Tanah-tanah apanase umumnya ditanami lada, yang mengakibatkan produksi pertanian menjadi menurun, sehingga kesultanan Banjar kekurangan beras, tergantung pada pemasukan beras dari luar, seperti Kotawaringin, Jawa dan Makassar.
Baris 189:
Sultan Mustainbillah memberi izin pada VOC membangun [[loji]], sedangkan terhadap Inggris, Sultan sangat marah. Hal ini disebabkan Inggris telah menghasut orang Makassar, agar menyerang Banjarmasin.
 
Penolakan Sultan Mustainbillah atas Inggris tidak seluruhnya disetujui kerabat istana Banjarmasin, sehingga menimbulkan klik-klik istana. Sebagian anggota [[Dewan Mahkota]] memihak Inggris seperti Pangeran Marta Sahary (Pangeran Martasari bin Pangeran Mangkunagara), [[Raja Kotawaringin]] ([[Pangeran Dipati Anta-Kasuma]]) dan [[Raja Sukadana]] (Murong-Giri Mustafa/Sultan Muhammad Syafiuddin). Klik pro Inggris ini bertambah besar, hasrat [[perdagangan bebas]], yang menyebabkan munculnya Contract Craemer Opperkoopman VOC memaksakan agar kontrak tahun [[1635]] diberlakukan. Pelayaran perdagangan Banjar ke Batavia diberi VOC surat pas, sedangkan ke Cochin CinaTiongkok (VeitnamVietnam) tidak diberikan meskipun Sultan memintanya.
 
Keadaan ini menunjukkan VOC telah memaksakan monopoli perdagangannnya, hingga tidak mengizinkan bagi pedagang Jawa, CinaTionghoa, Melayu, Makassar untuk menjalankan perdagangannya dengan kesultanan Banjarmasin.
 
Ketika ''Contract Craemer'' menolak permintaan Sultan untuk mengirimkan lada ke Makassar, pecahlah perang anti VOC, pada tahun [[1638]].
Baris 204:
Klik pro Inggris ini bertambah besar karena didorong keinginan terhadap perdagangan yang bebas, sehingga sikap ini menyebabkan munculnya Contract Craemer Opperkoopman VOC yang memaksakan agar kontrak tahun [[1635]] tetap diberlakukan.
 
Pelayaran perdagangan Banjar ke Batavia diberi VOC surat pas, sedangkan ke Cochin CinaTiongkok [[sekarang VeitnamVietnam]] tidak diberikan meskipun Sultan Banjar memintanya. Keadaan ini menunjukkan sikap VOC telah memaksakan monopoli perdagangannnya, hingga tidak mengizinkan bagi pedagang Jawa, CinaTionghoa, Melayu, Makassar untuk menjalankan perdagangannya dengan kesultanan Banjarmasin.
 
Ketika Contract Craemer menolak permintaan Sultan Banjar untuk mengirimkan lada ke Makassar, pecahlah perang anti VOC, pada tahun [[1638]]. Sebanyak 108 orang [[Belanda]], 21 orang [[Jepang]] dibunuh, dan loji VOC dibakar serta penghancuran terhadap kapal-kapal VOC. Peristiwa ini sangat merugikan VOC. Kerugian VOC ditaksir sebesar 160.000,41 real. Dalam hal ini hanya 6 orang Belanda di [[Martapura]] yang selamat, karena mau di-Islamkan secara paksa. Pembantaian terhadap orang-orang Belanda dan Jepang tersebut, selain dilatarbelakangi faktor ekonomi juga karena faktor perbedaan agama dan adat-istiadat orang-orang Belanda yang tidak beradaptasi dengan adat-istiadat di Banjarmasin. Dan juga perilaku VOC yang selalu ingin monopoli (bahasa Banjar : ''kuluh'') dalam perdagangan lada.