Sejarah Skotlandia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 5:
Kerajaan Skotlandia bersatu di bawah pimpinan [[wangsa Alpin|wangsa Chinaeda meic Ailpín]]. Anggota-anggota wangsa ini berulang kali saling bertikai memperebutkan takhta. Raja terakhir dari wangsa Chinaeda meic Ailpín, [[Máel Coluim II]], wafat pada awal abad ke-11 tanpa meninggalkan keturunan, sehingga takhta Kerajaan Skotlandia diwarisi oleh [[wangsa Dùn Chailleann]], yakni oleh putra dari anak perempuan Raja Máel Coluim II dan suaminya yang berasal dari wangsa Dùn Chailleann. Raja terakhir dari wangsa Dùn Chailleann, [[Alaxandair III]], wafat pada tahun 1286. Satu-satunya ahli waris yang ditinggalkannya adalah [[Margrete dari Norwegia|Putri Margrete]], yang masih bayi dan wafat empat tahun kemudian, sehingga takhta Kerajaan Skotlandia terus-menerus diperebutkan oleh [[wangsa de Bailleul]] dan [[wangsa Brùs]]. Kerajaan Inggris di bawah pimpinan [[Edward I dari Inggris|Raja Edward I]] memanfaatkan situasi yang tidak menentu ini untuk melancarkan serangkaian aksi penaklukan, yang menimbulkan [[Perang Kemerdekaan Skotlandia]]. Kemenangan mutlak melawan Inggris membuat Skotlandia menjadi kerajaan yang sepenuhnya merdeka dan berdaulat.
Ketika [[David II dari Skotlandia|Raja Daibhidh II]] wafat tanpa meninggalkan keturunan, kemenakannya, [[Robert II dari Skotlandia|Raibeart]], mendirikan [[Wangsa Stuart|wangsa Stewart]], yang memerintah Skotlandia tanpa diganggu gugat selama tiga abad berikutnya. [[James I dari Inggris|James VI]], Raja Skotlandia dari wangsa Stewart, juga mewarisi takhta Kerajaan Inggris pada tahun 1603, sehingga raja maupun ratu dari wangsa Steward memerintah selaku kepala negara atas dua kerajaan yang sama-sama merdeka sampai akhirnya kedua kerajaan ini digabung menjadi satu negara baru yang bernama [[Kerajaan Britania
Pada [[Pencerahan Skotlandia|Abad Pencerahan Skotlandia]] dan Zaman [[Revolusi Industri]], Skotlandia menjadi salah satu negara adidaya di Eropa dalam bidang niaga, ilmiah, dan industri, namun [[deindustrialisasi|perindustrian Skotlandia merosot]] parah seusai Perang Dunia II. Pada beberapa dasawarsa terakhir ini, Skotlandia mengalami semacam kebangkitan di bidang kebudayaan dan ekonomi. Salah satu penggerak kebangkitan ini adalah kembali bergairahnya sektor [[jasa keuangan]] dan terlaksananya kegiatan penambangan [[Minyak Laut Utara|minyak dan gas di Laut Utara]]. Sejak era 1950-an, semangat kebangsaan menjadi salah satu pokok bahasa politik yang hangat, yang menimbulkan perdebatan perihal [[kemerdekaan Skotlandia]], dan referendum pada tahun 2014 untuk melepaskan diri dari persatuan dengan Inggris.
|