Kekhalifahan Rasyidin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 1:
{{Infobox Former Country
{{refimprove}}
|native_name = الخلافة الراشدة
{{Islam}}
|conventional_long_name = Kekhalifahan Rasyidin
'''Khulafaur Rasyidin''' ({{lang-ar|'''<big>الخلفاء الراشدون</big>'''}}) atau '''Khalifah Ar-Rasyidin''' adalah empat orang [[khalifah]] (pemimpin) pertama agama [[Islam]], yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah [[Nabi Muhammad]] wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat [[Muhammad]] yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=yLwDt_r-yisC&pg=PA103 Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, Pustaka Imam Asy-Syafei oleh Dr. Abdullah.]</ref>
|common_name = Rasyidin
|continent = Afrika-Asia
|region = Timur Tengah
|status = Kekaisaran
|government_type = Kekhalifahan
|event_start =
|year_start = 632
|event_end =
|year_end = 661
|
|p1 = Kekaisaran Bizantium
|flag_p1 = LocationByzantineEmpire 550.png
|p2 = Kekaisaran Sassaniyah
|flag_p2 = Sassanid empire map.png
|p4 =
|flag_p4 =
|image_p4 =
|s1 = kekhalifahan Umayyah
|flag_s1 = Umayyad Flag.svg
|image_flag = Black flag.svg
|
|image_map = Rashidun654wVassal.png
|image_map_caption = Kekhalifahan Rasyidin pada puncak kejayaannya pada tahun 654 (hijau tua) dan negara vasal (hujau muda).
|
|capital = [[Madinah]], [[Kufah]]
|common_languages = [[Bahasa Arab]], [[bahasa Aram]], [[bahasa Armenia]], [[bahasa Berber]], [[bahasa Georgia]], [[bahasa Yunani]], [[bahasa Ibrani]], [[bahasa Persia Tengah]], [[bahasa Kurdi]]
|religion = [[Islam Sunni]]
|currency = [[Dinar]], [[Dirham]]
|
|title_leader = [[Amirul Mukminin]]¹
|leader1 = Abu Bakar
|year_leader1 = 632–634
|leader2 = Umar
|year_leader2 = 634–644
|leader3 = [[Utsman bin Affan|Utsman]]
|year_leader3 = 644–656
|leader4 = Ali
|year_leader4 = 656–661
|
|stat_year1 =
|stat_area1 = 9000000
|stat_pop1 = 40300000
|footnotes = ¹ [[Amirul Mu'minin]] (أمير المؤمنين), [[Khalifah]] (خليف)
|today = {{Collapsible list
|title = 30 negara
|1 = {{flag|Afghanistan}}
|2 = {{flag|Armenia}}
|3 = {{flag|Azerbaijan}}
|4 = {{flag|Siprus}}
|5 = {{flag|Mesir}}
|6 = {{flag|Georgia}}
|7 = {{flag|Yunani}}
|8 = {{flag|Iran}}
|9 = {{flag|Irak}}
|10 = {{flag|Israel}}
|11 = {{flag|Italia}}
|12 = {{flag|Yordania}}
|13 = {{flag|Kuwait}}
|14 = {{flag|Lebanon}}
|15 = {{flag|Libya}}
|16 = {{flag|Oman}}
|17 = {{flag|Pakistan}}
|18 = {{flag|Palestina}}
|19 = {{flag|Bahrain}}
|20 = {{flag|Qatar}}
|21 = {{flag|Rusia}}
|22 = {{flag|Arab Saudi}}
|23 = {{flag|Suriah}}
|24 = {{flag|Tunisia}}
|25 = {{flag|Turki}}
|26 = {{flag|Turkmenistan}}
|27 = {{flag|Uni Emirat Arab}}
|28 = {{flag|Uzbekistan}}
|29 = {{flag|Sudan}}
|30 = {{flag|Yaman}}
}}
}}
'''Kekhalifahan Rasyidin''' ({{lang-ar|الخلافة الراشدية}} ''al-khilafat ar-Rāsyidīyah'') adalah [[kekhalifahan]] yang berdiri setelah kematian [[Muhammad]] pada tahun [[632]] M, atau tahun 10 [[Hijriyah|H]]. Kekhalifahan ini terdiri atas empat [[khalifah]] pertama dalam sejarah [[Islam]], yang disebut sebagai [[Khulafaur Rasyidin]]. Pada puncak kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin membentang dari [[Jazirah Arab]], sampai ke [[Levant]], [[Kaukasus]] dan [[Afrika Utara]] di barat, serta sampai ke [[dataran tinggi Iran]] dan [[Asia Tengah]] di timur. Kekhalifahan Rasyidin merupakan [[Daftar kekaisaran terbesar|negara terbesar]] dalam sejarah sampai masa tersebut.<ref>Rein Taagepera (1979), "Size and Duration of Empires: Growth-Decline Curves, 600&nbsp;B.C. to 600 A.D.", ''Social Science History'', Vol. 3, 115-138</ref> Kekhalifahan ini dikenal juga sebagai '''Kekhalifahan Patriarki'''.
 
Muhammad tidak mengajarkan secara langsung bagaimana memilih pemimpin setelah dia meninggal. Secara tidak langsung, Islam memberikan kebebasan untuk membuat model pemilihan khalifah. Kepemimpinan keempat Khulafaur Rasyidin pun berbeda-beda sesuai dengan karakter pribadinya dan situasi masyarakatnya.
Sistem pemilihan terhadap masing-masing [[khalifah]] tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena [[Sahabat Nabi|para sahabat]] menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh [[Nabi Muhammad]] tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut paham [[Syi'ah]] meyakini bahwa [[Muhammad]] dengan jelas menunjuk [[Ali bin Abi Thalib]], khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu [[hadits]] [[Ghadir Khum]].
 
==== Abu Bakar Ash Shiddiq ====
Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa ''Khulafaur Rasyidin'' atau ''khalifah yang memperoleh petunjuk'' tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk [[al-Quran]] dan [[sunnah]]. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar ''khulafaur rasyidin'' adalah [[Umar bin Abdul-Aziz]], khalifah [[Bani Umayyah]] ke-8.
Semasa hidupnya, [[Muhammad]]. tidak pernah menitipkan pesan dan menunjuk siapa kelak yang akan menjadi pengganti dan penerus atas kepemimpinan-nya, sehingga sepeninggal beliau terjadilah beberapa perselisihan ketika proses pengangkatan Khalifah khusus nya antara kaum [[Muhajirin]] dan kaum [[Anshar]]. Kaum Anshar menawarkan [[Saad bin Ubadah]] sebagai Khalifah dari golongan mereka, dan [[Abu Bakar Ash-Shiddiq]] menawarkan [[Umar bin Khattab]] dan Abu Ubaidah. Abu Bakar menegaskan bahwa kaum Muhajirin telah di istimewakan oleh Allah Swt karena pada permulaan Islam mereka telah mengakui Muhammad sebagai Nabi dan tetap bersamanya dalam situasi apapun, sehingga pantaslah Khalifah muncul dari kaum Muhajirin.
 
Umar bin Khattab menolak usulan dari Abu Bakar. Umar mengatakan bahwa Abu Bakar yang pantas menjadi Khalifah dari kaum Muhajirin. Setelah melalui musyawarah, disepakati bahwa Abu Bakar yang pantas menjadi Khalifah. Adapun kesepakatan tersebut karena Abu Bakar adalah:
== Khalifah ==
a. Orang pertama orang yang mengakui peristiwa Isra’ Mikraj,
b. Orang yang menemani Nabi Muhammad Saw berhijrah ke Madinah.
c. Orang yang sangat gigih dalam melindungi orang yang memeluk agama Islam dan
d. Imam shalat sebagai penggati Nabi Muhammad ketika sedang sakit.
 
Setelah sepakat, Umar bin Khattab menjabat tangan Abu Bakar dan menyatkakan baiatnya kepada Abu Bakar. Lalu diiukti oleh Sa’ad bin Ubadah. Dan Umat Islam seluruhnya. Abu Bakar menamai dirinya sebagai [[Khalifatur Rasul]] atau sebagai pengganti Muhammad.
=== Abu Bakar Ash-Shiddiq ===
{{utama|Abu Bakar Ash-Shiddiq}}
'''Abu Bakar ash-Shiddiq''' ''(573 - 634 M, menjadi khalifah 632 - 634 M)'' lahir dengan nama ''Abdus Syams'', "Abu bakar" adalah gelar yang diberikan masyarakat muslim kepadanya. Nama aslinya adalah 'Abdullah bin Abi Quhafah'. Ia mendapat gelar 'as-Shiddiq' setelah masuk islam. Nama sebelum muslim adalah "Abdul Ka'bah". Ibunya bernama "Salma Ummul Khair", yaitu anak paman "Abu Quhafah". Abu Bakar adalah khalifah pertama Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad. Ia adalah salah seorang petinggi [[Mekkah]] dari suku [[Quraisy]]. Setelah memeluk Islam namanya diganti oleh Muhammad menjadi Abu Bakar. Ia digelari '''Ash- Shiddiq''' yang berarti ''yang terpercaya'' setelah ia menjadi orang pertama yang mengakui peristiwa Isra' Mi'raj.
 
Semasa kepemimpinannya yang singkat, beliau memprioritaskan penyelesaian problem dalam negeri. Beberapa kelompok berusaha melepaskan diri dari jamaah Islam. mereka menggangkap setelah Muhammad meninggal maka berakhir pula kekuasaan Islam terhadap mereka. Selain itu beberapa orang mengaku sebagai nabi pengganti Muhammad. Juga ada yang menolak membayar zakat. Terhadap ketiga pembelot tersebut, Abu Bakar memutuskan untuk memerangi mereka. Pusat kekuasaan bersifat [[Sentralisasi|sentralistik]]. Segala keputusan ada di tangan Khalifah Abu Bakar. Walaupun begitu, dia selalu mengadakan musyawarah dengan para Sahabatnya sebelum memutuskan sesuatu. Seperti keputusan untuk memerangi orang yang tidak membayar zakat. Terjadi musyawarah dengan Umar bin Khattab. Dan alasan Abu Bakar bahwa tidak ada yang memisahkan antara shalat dan zakat al-Qur’an. Dia beralasan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mencontohkannya, shalat dan zakat adalah kesatuan rukun Islam yang tidak boleh dipisahkan.
Ia juga adalah orang yang ditunjuk oleh Muhammmad untuk menemaninya hijrah ke [[Yatsrib]]. Ia dicatat sebagai salah satu Sahabat Muhammad yang paling setia dan terdepan melindungi para pemeluk Islam bahkan terhadap sukunya sendiri.
 
Ketika Muhammad sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk olehnya untuk menggantikannya menjadi [[Imam]] dalam [[Salat]] berjamaah di masjid Nabawi. Hal ini menurut sebagian besar ulama merupakan petunjuk dari Nabi Muhammad agar Abu Bakar diangkat menjadi penerus kepemimpinan Islam, sedangkan sebagian kecil kaum Muslim saat itu, yang kemudian membentuk aliansi politik Syiah, lebih merujuk kepada Ali bin Abi Thalib karena ia merupakan keluarga nabi. Setelah sekian lama perdebatan akhirnya melalui keputusan bersama umat islam saat itu, Abu Bakar diangkat sebagai pemimpin pertama umat islam setelah wafatnya Muhammad. Abu Bakar memimpin selama dua tahun dari tahun 632 sejak kematian Muhammad hingga tahun 634 M.
 
Abu Bakar menunjuk langsung Umar bin Khattab sebagai penggantinya dengan mempertimbangkan situasi politik yang ada. Beliau khawatir kalau pengangkatan melalui proses pemilihan seperti pada masanya akan memperkeruh situasi politik. Selain itu agar pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Islam akan terhambat.
Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum. Selama masa kepemimpinannya pula, Abu bakar berhasil memperluas daerah kekuasaan islam ke [[Persia]], sebagian [[Jazirah Arab]] hingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaran [[Bizantium]]. Abu Bakar meninggal saat berusia 61 tahun pada tahun 634 M akibat sakit yang dialaminya.
 
==== Umar bin Khattab ====
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal Nabi Muhammad. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad, dengan sendirinya batal setelah nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid bin Al-Walid adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Sebelum meninggal, [[Abu Bakar Ash-Shiddiq]] bertanya kepada para Sahabatnya tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Beliau menanyakan hal itu kepada [[Abdurrahman bin Auf]], [[Utsman bin Affan]], Asid bin Hudhair Al-Anshary, [[Sa'id bin Zaid]] serta sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya mereka setuju dengan Abu Bakar dan kemudian disetujui oleh kaum muslim dengan serempak. Ketika Abu Bakar sakit, beliau memanggil Utsman bin Affan untuk menulis wasiat yang berisi tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Tujuannya agar ketika sepeninggal beliau tidak ada kemungkinan perselisihan di kalangan umat Islam untuk masalah Khalifah. Keputusan Abu Bakar tersebut diterima oleh Umat Islam. sehingga mereka secara beramai-rama [[baiat|membaiat]] Umar sebagai Khalifah. Dengan demikian keputusan tersebut bukan keputusan Abu Bakar sendiri namun persetujuan umat Muslim semua. Umar mengumumkan dirinya bukan sebagai Khalifatur Rasul atau pengganti Rasul tapi sebagai Amirul Mukminin atau pemimpin orang-orang beriman. Umar menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun.
 
Umar memprioritaskan perluasan Islam. perluasan Islam mencapai sepertiga dunia. Islam bisa tersebar sampai ke daratan Eropa. Gaya kepemimpinannya membawa Islam menjadi kekuatan yang diperhitungankan. Posisi Islam menyamai kekuatan besar yaitu Romawi dan Persia. Umar bin Khattab menerapkan sistem administrasi pemerintahan yang diadopsi dari Persia. Administrasi pemerintahan mengatur delapan wilayah provinsi yaitu Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kuffah, Palestina, dan Mesir. Beberapa Departemen didirikan untuk mengatur gaji dan pajak tanah sehingga berdiri [[Baitul Mal]]. Dalam merapikan sistem admnistrasi, dia menerapkan kalender Hijriah. Penanggalan berdasarkan [[hijrah Muhammad ke Madinah dan bulan Muharam sebagai awal bulan kalender Hijriyah.
Tampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan as-sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
 
==== Utsman bin Affan ====
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid bin Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah pada tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasanah. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah bin Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid bin Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.
Ketika Umar sakit keras karena tertikam oleh [[Abu Lu'lu'ah al-Majusi]] seorang budak asal persia, dia membentuk tim formatur yang terdiri dari [[Utsman bin Affan]], [[Ali Bin Abi Thalib]], [[Thalhah bin Ubaidillah]], [[Zubair bin Awwam]], [[Abdurrahman bin Auf]], dan [[Saad bin Abi Waqqas]]. Tugas tim formatur memilih salah seorang diantara mereka sebagai penggantinya. Abdurrahman bin Auf dipercaya menjadi ketua tim formatur. Setelah Umar bin Khattab wafat, tim formatur mengadakan rapat. Empat orang anggota mengundurkan diri menjadi calon Khalifah sehingga tinggal dua orang yaitu Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Proses pemilihan menghadapi kesulitan, karena berdasarkan pendapat umum bahwa masyarakat menginginkan Utsman bin Affan menjadi Khalifah. Sedangkan diantara calon penggati Umar bin Khattab terjadi perbedaan pendapat. Dimana Abdurrahman bin Auf cenderung mendukung Utsman bin Affan. Sa’ad bin Abi Waqqas ke Ali Bin Abi Thalib. Hasil kesepakatan dan persetujuan umat Islam, maka diangkatlah Utsman bin Affan sebagai penggati Umar bin Khattab. Dia diangkat diusia ke 70 tahun dan menjadi Khalifah selama 12 tahun.
 
Model kepemimpinan Umar bin Khattab dilanjutkan oleh Utsman bin Affan. Dia mengembang Islam ke beberapa daerah yang belum tercapai pada masa Umar bin Khattab. Perbedaan karakter Utsman dengan Umar bin Khattab menimbulkan model kepemimpinan yang berbeda. Karakter Utsman yang lembut berbeda dengan karakter Umar yang tegas dan keras. Hal ini menimbulkan kekecewaan umat Islam. Disamping itu Utsman bin Affan diangkat usia 70 tahun. Sehingga dia memimpin umat Islam sedikit lemah. Kebijakan yang paling disorot adalah kebijakannya pada pengangkatan kerabat keluarganya menduduki jabatan penting. Seperti gubernur-gubernur di daerah kekuasaan Islam berasal dari kerabat dekat. Selain perluasan Islam, Utsman memperhatikan pembangunan dalam kota seperti membangun bendungan pencegah banjir, jalan-jalan, jembatan, masjid, dan perluasan masjid Nabawi. Dia memperluas daya tampung masjid Nabawi yang dibangun pada zaman Muhammad. Pada masalah suksesi kepemimpinan, Usman bin Affan tidak meninggalkan pesan. Dia meninggal terbunuh dalam peristiwa berdarah ketika sedang membaca al Qur'an. Hal itulah yang memperburuk situasi politik setelah meninggalnya Usman bin Affan di usia 83 tahun.
=== Umar bin Khattab ===
{{utama|Umar bin Khattab}}
 
==== Ali bin Abi Thalib ====
'''Umar bin Khattab''' '', menjadi khalifah 634 - 644 M'' adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. pengangkatan umar bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan Syi'ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah. Umar memerintah selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644.
Setelah [[Utsman bin Affan]] meninggal, umat Islam yang tinggal di Madinah bingung siapa yang akan menggantikan Utsman bin Affan. Kemudian ada usulan untuk mnengangkat [[Ali bin Abi Thalib]] menjadi pengganti Utsman bin Affan. Usulan tersebut disetujui oleh mayoritas Umat Islam, kecuali mereka yang pro Muawiyah bin Abi Sufyan. Pada awalnya, Ali bin abi Thalib menolak tawaran usulan tersebut dan tidak mau menerima jabatan Khalifah. Dia melihat situasinya kurang tepat karena banyak terjadi kerusuhan dimana-mana. Menurutnya situasi ini harus diatasi dan dibereskan terlebih dahulu sebelum membicarakan masalah kepemimpinan. Namun desakan sangat kuat, akhirnya Ali bin Abi Thalib menerima tawaran jabatan Khalifah tepat pada tanggal 23 Juni 656 M. Ali bin Abi Thalib menghadapi beberapa kelompok yang menuntut pengusutan terhadap pembunuhan Usman bin Affan dan menghukum pelakunya.
 
Dia menghadapi situasi yang berbeda dengan zaman Abu Bakar dan Umar. Dimana umat Islam pada masa Abu Bakar dan Umar masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus dituntaskan seperti perluasan wilayah Islam. selain itu kehidupan sosialnya masih sangat sederhana dan belum banyak terpengaruh oleh kekayaan dan kedudukan. Sedangkan zaman Ali bin Abu Thalib wilayahnya luas dan besar, serta perjuangannya sudah terpengaruh oleh motivasi duniawi. Ali menghadapi kelompok penentang sangat kuat ketika memberlakukan kebijakannya pada pemecatan pejabat-pejabat. Hal ini yang dianggap penyebab munculnya pemberontakan. Beliau menghadapi juga perlawanan dari Zubair bin Awwam dan Aisyah karena dianggap tidak menghukum pelaku pembunuhan Utsman bin Affan. Pertentangan keduanya mengakibatkan [[Perang Jamal]] atau perang unta karena Aisyah menunggang unta dalam peperangan. Pertentangan Ali dengan Muawiyah mengakibatkan [[Pertempuran Shiffin|Perang Siffin]].
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).
 
Perang tersebut diakhiri dengan tahkim/arbitrase di Daumatul Jandal pada tahun 34 H. Akibat peristiwa itu, muncul tiga golongan di kalangan umat Islam, yaitu [[Khawarij]], [[Murji'ah]], dan [[Syiah]]. Ketiganya golongan yang sangat kuat dan mewarnai perkembangan pemikiran dalam Islam
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr bin 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
 
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah provinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah.
 
Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak [[Persia]] yang bernama Abu Lulu'ah yang beragama [[Zoroastrianisme]] (Majusi). Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin 'Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.
 
=== Utsman bin Affan ===
{{utama|Utsman bin Affan}}
 
'''Utsman bin Affan''' dilahirkan pada tahun 573 M pada sebuah keluarga dari suku Quraisy bani Umayah. Dia lebih muda 6 tahun dari Muhammad. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab Nabi Muhammad pada generasi ke-5. Sebelum masuk islam ia di panggil dengan sebutan Abu Amr. Ia begelar Dzunnurain, karena menikahi dua putri nabi (menjadi khalifah 644-655 M)'' adalah khalifah ke-3 dalam sejarah Islam. Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan wasiat seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, Umar menunjuk enam orang Sahabat sebagai Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu adalah [[Abdurrahman bin Auf]], [[Saad bin Abi Waqash]], [[Thalhah bin Ubaidillah]], [[Zubair bin Awwam]], Utsman bin Affan dan [[Ali bin Abi Thalib]].
 
Pada masa pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
 
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang Yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’ itu.
 
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan bin Hakam Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’, meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid nabi di Madinah.
 
=== Ali bin Abi Thalib ===
{{utama|Ali bin Abi Thalib}}
 
Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali memerintahkan ketiga puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah mengawal Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan membunuh Khalifah Utsman.
 
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsmankepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
 
Tidak lama setelah itu, Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
 
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, serta Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama [[Perang Shiffin]]. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tetapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, kaum [[Khawarij]], orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
 
== Setelah Khulafaur Rasyidin ==
Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putra Ali yaitu [[Hasan bin Ali|Hasan]] selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada [[Muawiyah bin Abu Sufyan]]. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Mu'awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama'ah ('am jama'ah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan [[Kekhalifahan Umayyah|Bani Umayyah]] dalam sejarah politik Islam.
 
Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:
# Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
# Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
# Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
# Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
# Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.
# Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
# Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
 
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak otoriter.
 
== Daftar Khalifah ==
{| class="wikitable"
|-
!Periode
!Khalifah
!Kaligrafi
!Hubungan dengan [[Muhammad]]
!Orangtua
![[Bani (Arab)|Marga]]
!Catatan
|-
|8 Juni 632 – 22 Agustus 634
|[[Abu Bakar|'''Abū Bakr''']]<br />('''أبو بكر''')<br />'Abdullah<br />''[[Sahabah|Șaḥābī]]''<br />''Aṣ-Ṣiddīq''
|[[Berkas:Rashidun Caliph Abu Bakr as-Șiddīq (Abdullah ibn Abi Quhafa) - أبو بكر الصديق عبد الله بن عثمان التيمي القرشي أول الخلفاء الراشدين.svg|100px]]
|Ayah dari [[Aisyah]], istri nabi Muhammad
|
* [[Uthman Abu Quhafa|'Uthman Abu Quhafa]], ''[[Sahabah|ṣaḥābī]]''
* [[Salma Umm-ul-Khair]], ''[[Sahabah|ṣaḥābīyah]]''
|[[Banu Taym|Banu Taim]]
|
* Dikenali sebagai ''Aṣ-Ṣiddīq'' (Bahasa Arab: الصديق, "Benar")
|-
|23 Agustus 634 – 3 November 644
|[[Umar|'''<nowiki/>'Umar ibn al-Khattab''']]<br />('''عمر بن الخطاب''')<br />''[[Sahabah|Șaḥābī]]''<br />''Al-Farooq''<br />''[[Amir al-Mu'minin]]''
|[[Berkas:Rashidun Caliphs Umar ibn Al-Khattāb - عُمر بن الخطّاب ثاني الخلفاء الراشدين.svg|100px]]
|Ayah dari [[Hafsa binti Umar|Hafsa]], Istri Nabi Muhammad
|
* [[Khattab bin Nufayl]]
* Hantamah binti Hisyam
|[[Banu 'Adiy|Banu Adi]]
|
* Juga dikenal sebagai ''Al-Farooq'' ("pembeda antara yang benar dan yang salah")
|-
|11 November 644 – 20 Juni 656
|[[Uthman|'''<nowiki/>'Uthman ibn 'Affan''']]<br />('''عثمان بن عفان''')<br />''[[Sahabah|Șaḥābī]]''<br />''Dhun Nurayn<br />[[Amir al-Mu'minin]]''
|[[Berkas:Rashidun Caliph Uthman ibn Affan - عثمان بن عفان ثالث الخلفاء الراشدين.svg|100px]]
|Suami dari putri Rasulullah, yaitu [[Ruqayyah bint Muhammad|Ruqayya]] dan kemudian [[Umm Kulthum bint Muhammad|Umm Kulthum]]
|
* [[Affan ibn Abi al-'As|'Affan ibn Abi al-'As]]
* [[Arwa bint Kurayz]], ''[[Sahabah|ṣaḥābīyah]]''
|[[Kesultanan Ummayah|Banu Ummaya]]
|
* Juga dikenal sebagai ''Dhun-Nurayn''(Pemilik dua cahaya), sebab beliau menikahi kedua putri Rasulullah
|-
|20 Juni 656 – 29 Januari 661
|'''[[Ali|<nowiki/>'Ali ibn Abi-Talib]]'''<br />('''علي بن أبي طالب''')<br />''[[Sahabah|Șaḥābī]]''<br />''[[Amir al-Mu'minin]]''
|[[Berkas:Rashidun Caliph Ali ibn Abi Talib - علي بن أبي طالب.svg|100px]]
|
* Suami dari anak perempuan Muhammad, [[Fatimah]]
* Suami [[Umamah binti Zainab]], cucu perempuan Rasulullah {{saw}}
|
* [[Abu Talib ibn Abd al-Muttalib|Abu Talib ibn 'Abd al-Muttalib]]
* [[Fatimah bint Asad]], ''[[Sahabah|ṣaḥābīyah]]''
|[[Bani Hasyim]]
|
* Juga dikenal sebagai imam pertama [[Syi'ah]]
* Terbunuh saat shalat Subuh di Kufa
|}
== Referensi ==
{{reflist}}
{{EmpiresKekaisaran}}
 
[[Kategori:Pembubaran 661]]
[[Kategori:Pendirian 632]]
[[Kategori:Sejarah timur tengah]]
[[Kategori:Sejarah Mesir]]
[[Kategori:Islam di Mesir]]
[[Kategori:Penaklukan Muslim]]
[[Kategori:Sejarah Islam]]
[[Kategori:Sejarah Iran]]
[[Kategori:Sejarah Suriah]]
[[Kategori:Sejarah Israel]]
[[Kategori:Abad Pertengahan Awal]]
[[Kategori:Sejarah Levant]]
[[Kategori:Kekhalifahan Rasydin| ]]
 
[[ca:Califat Raixidun]]
[[Kategori:Khulafaur Rasyidin| ]]
[[es:Califas bien guiados]]
[[fr:Rashidun]]
[[ka:ოთხი წმინდა ხალიფა]]
[[ru:Праведный Халифат]]
[[tr:Dört büyük halife]]