Prasasti Sitopayan II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Prasasti Sitopayan II''' adalah salah satu [[prasasti]] yang ditulis dalam [[bahasa Batak|bahasa Proto Batak]];<ref name=":1">{{Cite journal|last=Nasoichah|first=Churmatin|date=2018-01-05|title=Prasasti Sitopayan 1 & 2: Tinjauan Aspek Ekstrinsik dan Intrinsik|url=http://sangkhakala.kemdikbud.go.id/index.php/SBA/article/view/134|journal=Berkala Arkeologi Sangkhakala|language=id|volume=15|issue=1|pages=11-29|issn=2580-8907}}</ref> dan menggunakan [[aksara Batak|aksara Batak Kuno]].<ref name=":1" /> Prasasti in ditemukan di Biaro ([[candi]]) Si Topayan, yaitu di Desa [[Sitopayan, Portibi, Padang Lawas Utara|Sitopayan]], Kecamatan [[Portibi, Padang Lawas Utara|Portibi]], Kabupaten [[Kabupaten Padang Lawas Utara|Padang Lawas Utara]], di Provinsi [[Sumatera Utara]].<ref name=":1" /><ref name=":0">{{Cite book |url=http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/135647-T%2027955-Kepurbakalaan%20Padang-Analisis.pdf |title=Kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara: Tinjuauan Gaya Seni Bangun, Seni Arca Dan Latar Keagamaan |last=Susetyo |first=Sukawati |publisher=Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Arkeologi, Universitas Indonesia |year=2010 |location=Depok |pages=209-210}}</ref> Naskah prasasti terdiri dari dua baris, dan dituliskan salah satu sisi dari lapik arca batu pada bidang yang horizontal.<ref name=":0" /> [[Frederik David Kan Bosch|F.D.K. Bosch]] memperkirakan bahwa prasasti ini dibuat pada abad ke-13 M, berdasarkan bentuk dan ciri-ciri aksaranya.<ref name=":0" />
 
Isi prasasti menceritakan tentang pendirian wihara bagi sang raja, yang dilakukan oleh empat tokoh bernama Pu Sapta, Hang Buddhi, Sang Imba, dan Hang Langgar.<ref name=":0" /> Penyebutan kata sandang ''Hang'', ''SiSang'', dan ''Pu (Mpu)'' di depan nama-nama tokoh, juga memperlihatkan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yang berbahasa Melayu.<ref name=":1" />
 
Peneliti Robert von Heine Geldern menduga bahwa tulisan pada prasasti ini adalah bentuk aksara Batak awal. Diperkirakan bahwa tulisan tersebut adalah contoh terawal tulisan Batak, dan boleh jadi mempunyai hubungan yang erat dengan tulisan dari orang-orang di pedalaman pegunungan Sumatera. Selain itu, Goris (1930) berspekulasi bahwa nama-nama Sapta, Buddhi, Imba, dan Langgar mungkin saja adalah candrasangkala, yaitu mewakili angka-angka 7, 5, 1, dan 1, sehingga menimbulkan dugaan bahwa Biaro Si Topayan dibangun pada tahun 1157 Saka (1235 Masehi).<ref name=":0" />