Palagan Ambarawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 180.249.109.118 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Bagas Chrisara
Tag: Pengembalian
Baris 27:
Tanggal [[23 November]] [[1945]] ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. [[Imam Adrongi]], Yon. [[Soeharto]] dan Yon. [[Soegeng]]. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.
 
== Terjadinya Pertempuran Ambarawa (Battle ofdi Ambarawa) ==
Pada tanggal [[11 Desember]] [[1945]], Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal [[12 Desember]] [[1945]] jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar ''supit urang'', atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal [[15 Desember]] [[1945]] pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
 
Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya [[Monumen Palagan Ambarawa]] dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
Pihak Sekutu ternyata mengingkari janjinya. Pada tanggal 20 November 1945 di pertempuran Ambarawa pecah pertempuran antara TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto dan pihak Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945, pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa di bawah lindungan pesawat tempur. Namun, tanggal 22 November 1945 pertempuran berkobar di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan terhadap perkampungan di sekitar Ambarawa. Pasukan TKR di Ambarawa bersama dengan pasukan TKR dari Boyolali, Salatiga, dan Kartasura bertahan di kuburan Belanda, sehingga membentuk garis medan di sepanjang rel kereta api yang membelah kota Ambarawa. Sedangkan dari arah Magelang pasukan TKR Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Androngi melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945. Serangan itu bertujuan untuk memukul mundur pasukan Sekutu yang bertahan di desa Pingit. Pasukan yang dipimpin oleh Imam Androngi herhasil menduduki desa Pingit dan melakukan perebutan terhadap desa-desa sekitarnya. Batalion Imam Androngi meneruskan gerakan pengejarannya. Kemudian Batalion Imam Androngi diperkuat tiga hatalion dari Yogyakarta, yaitu Batalion 10 di bawah pimpinan Mayor Soeharto, Batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono, dan batalion Sugeng.
 
Akhirnya musuh terkepung, walaupun demikian, pasukan musuh mencoba untuk menerobos kepungan itu. Caranya adalah dengan melakukan gerakan melambung dan mengancam kedudukan pasukan TKR dengan menggunakan tank-tank dari arah belakang. Untuk mencegah jatuhnya korban, pasukan TKR mundur ke Bedono. Dengan bantuan Resimen Dua yang dipimpin oleh M. Sarbini, Batalion Polisi Istimewa yang dipimpin oleh Onie Sastroatmojo, dan batalion dari Yogyakarta mengakibatkan gerakan musuh berhasil ditahan di desa Jambu. Di desa Jambu, para komandan pasukan mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh Kolonel Holland Iskandar. Rapat itu menghasilkan pembentukan komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran, bertempat di Magelang. Sejak saat itu, Ambarawa dibagi atas empat sektor, yaitu sektor utara, sektor timur, sektor selatan, dan sektor barat. Kekuatan pasukan tempur disiagakan secara bergantian. Pada tanggal 26 November 1945, Letnan Kolonel Isdiman (Komandan Resimen Banyumas) gugur, maka sejak saat itu Kolonel Sudirman Panglima Divisi V di Purwokerto mengambil alih pimpinan pasukan.
 
Strategi Pertempuran Ambarawa Musuh terusir dari Banyubiru pada tanggal 5 Desember 1945. Setelah mempelajari situasi pertempuran, pada tanggal 11 Desember 1945 Kolonel Sudirman mengambil prakarsa untuk mengumpulkan setiap komandan sektor. Dalam kesimpulannya dinyatakan bahwa musuh telah terjepit sehingga perlu dilaksanakan serangan yang terakhir. Dan Kolonel soedirman memberikan intruksi sebagai berikut: "Ambarawa harus kita rebut dengan serangan serentak Karena Ambarawa merupakan kunci bagi mereka untuk menguasai seluruh Jawa tengah dan Jogjakarta. Ini akan membahayakan posisi Republik. Kita akui terus terang bahwa kita kurang kuat dalam persenjataan kita. Tetapi keadaan semacam ini tidak menghambat kita, atau mengurangi hasrat kita untuk mempertahankan negara kita. Kami sudah menentukan suatu siasat, yaitu pendadakan serentak dengan taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang.Komandan penyerangan dipegang oleh komandan sektor TKR. Pasukan pasukan dari badan perjuangan sebagai barisan belakang. Serangan dimulai besok pagi pukul 04.30. Selamat berjuang, Allah SWT bersama kita, Amin. Merdeka ! ". Taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang merupakan tata yudha klasik yang pernah digelar pada jaman Majapahit, kemudian digelar kembali oleh Kolonel Soedirman untuk mengusir Sekutu dari Ambarawa. Jadi secara garis besar, susunan rencana serangan adalah sebagai berikut : - Serangan dilakukan serentak dan mendadak dari semua sector. - Setiap komandan sektor memimpin pelaksanaan serangan. - Pasukan badan perjuangan (laskar) menjadi tenaga cadangan. - Hari serangan adalah 12 Desember 1945, pukul 04.30.
 
Akhir dari Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasarannya masing-masing dengan tekad bulat "Rawe-rawe rantas malang –malang putung "membebaskan kota Ambarawa atau gugur sebagai bangsa. Para pasukan TKR yang mendapat perintah menguasai jalan utama Ambarawa – Semarang telah berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik dan jalan raya itu terus dipertahankan agar pengepungan terhadap musuh dalam kota Ambarawa dapat dilaksanakan dengan sempurna. Pasukan TKR tersebut kemudian memasang barikade-barikade serta menyerang setiap konvoi musuh yang datang dan pergi dari arah Ambarawa - Semarang. Satu setengah jam dari awal penyerbuan, pasukan-pasukan TKR sudah berhasil menghimpit dan mengepung musuh di dalam kota Ambarawa. Bagi pasukan Sekutu ( Inggris ) hanya tinggal satu jalan ke luar, yaitu jalan besar Ambarawa-Semarang. Pergelaran serangan umum di Ambarawa itu berupa pendobrakan oleh pasukan-pasukan pemukul dari arah selatan dan barat ke timur menuju ke arah Semarang, dan bersamaan dengan aksi pendobrakan tersebut, diikuti dengan gerakan penjepitan dari arah kanan dan kiri sebagaimana halnya gerakan "Supit Urang " sedang menjepit mangsanya yang ujung-ujungnya bertemu di bagian luar kota arah Semarang. Serangan heroik yang berlangsung selama empat hari empat malam itu mengharu birukan seluruh kota Ambarawa. Desingan peluru, gemuruh ledakan serta asap mesiu terus mewarnai udara Ambarawa selama berhari-hari. Berkat keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai membuat semangat bertempur pasukan TKR semakin bertambah , sebaliknya moril musuh semakin merosot, Persediaan amunisi pasukan sekutu semakin menipis, bantuan yang diharapkan tak kunjung datang karena jalur perhubungan lewat darat maupun udara sudah terputus. Setiap hari mereka dicekam oleh rasa panik dan putus asa. Setelah beberapa hari mereka terkepung di front pertempuran, akhirnya mereka memutuskan harus meninggalkan Ambarawa, dan kemudian melakukan persiapan untuk menerobos pasukan TKR untuk keluar menuju ke Semarang. Pada tanggal 15 Desember 1945 dengan tergesa-gesa, pasukan sekutu mundur ke luar kota Ambarawa tanpa sempat menyelamatkan mayat-mayat serdadunya. Mereka terus dihajar dan diusir oleh pasukan pemukul RI sampai ke luar kota Ambarawa. Peristiwa Palagan Ambarawa tersebut merupakan peristiwa yang sangat penting karena merupakan peristiwa pertempuran yang pertama kali dimenangkan bangsa Indonesia setelah Proklamasi kemerdekaan. Peristiwa tersebut menjadi momentum bersejarah dalam pergelaran militer dengan gerak taktik pasukan darat. Kemenangan yang gemilang dalam palagan Ambarawa tersebut, kemudian diperingati sebagai Hari Infanteri setiap tanggal 15 Desember dan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 163 tahun 1999 diabadikan menjadi " Hari Juang Kartika ". [[Sudirman, Adi. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia. Jakarta: Diva Press|[1]]]
 
== Pranala luar ==
'''- https://militerhebatdunia.blogspot.com/2016/10/palagan-ambarawa-battle-of-ambarawa.html'''
- [1] [[Sudirman, Adi. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia. Jakarta: Diva Press.]]
 
{{indo-sejarah-stub}}
{{Commonscat|Battle of Ambarawa}}