Selim I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 67:
 
=== Pertempuran Marj Dabiq ===
[[Berkas:Ottoman Mamluk horseman circa 1550.jpg|jmpl|180px|kiri|[[Kavaleri berat]] Mamluk, sekitar 1550. [[Musée de l'Armée]].]]
Setelah kekalahan Safawiyah dalam Perang Chaldiran dan pendudukan Selim atas negara-negara bangsa Turki yang menjadi batas Mamluk dan Utsmani pada musim panas 1515, tampak jelas bahwa perselisihan antara Mamluk dan Utsmani menjadi sesuatu yang tidak bisa lagi dihindari. Sultan Mamluk saat itu, Qansuh Al-Ghuri, menerima tawaran persekutuan dari Ismail I. Pada tahun 1516, Al-Ghuri bertolak menuju Syiria, meninggalkan salah satu menterinya, Tuman Bay, untuk memimpin Mesir. Al-Ghuri berangkat ke utara diiringi perayaan yang meriah bersama para pejabat tinggi, tabib, musisi, dan muazin. [[Al-Mutawakkil IV|Khalifah Muhammad Al Mutawakkil]] juga turut serta dalam rombongan ini. Dalam perjalanan, Sultan Al-Ghuri juga menerima Pangeran Ahmed, keponakan Sultan Selim, dalam rombongannya dengan harapan dapat menarik simpati dari pasukan Utsmani.<ref name="Mameluke">{{cite book |title=The Mameluke; Or, Slave Dynasty of Egypt, 1260–1517, A. D. |first=William |last=Muir |publisher=Smith, Elder |year=1896 |url=https://archive.org/stream/mamelukeorslaved00sirw}} {{PD-notice}}</ref>
 
Baris 91:
 
== Tahun-tahun terakhir ==
{{double image|left|Territorial changes of the Ottoman Empire 1481.jpg|220|Territorial changes of the Ottoman Empire 1520.jpg|220|Perluasan wilayah kekuasaan Utsmani. KananKiri: pada masa [[Bayezid II]]. KiriKanan: pada masa Selim I.}}
Selama pemerintahannya, Salim memperluas wilayah Usmaniyah dari 2,5 juta km2 menjadi 6,5 juta km2. Ia membuat penuh perbendaharaan negara, menguncinya dengan meterainya sendiri dan mengumumkan bahwa, "Barangsiapa membuat penuh perbendaharaan ini melebihi isinya sekarang, ia dapat menggunakan meterainya untuk mengunci perbendaharaan.” Perbendaharaan ini dikunci dengan meterainya hingga runtuhnya Kesultanan Utsmani 400 tahun kemudian.
 
Baris 99:
 
== Gelar ==
Kota Makkah dan Madinah yang sebelumnya masuk wilayah kekuasaan Mamluk secara otomatis menjadi wilayah kekuasaan Utsmani. Atas dasar ini, Selim kemudian mengambil gelar ''Ḫādimü'l-Ḥaremeyn'' (خادم الحرمين الشريفين) atau "[[Penjaga Dua Kota Suci|Pelayan Dua Tanah Haram]]."
 
Setelah jatuhnya Mamluk, Al Mutawakkil kemudian menyerahkan kedudukan [[khalifah]] secara resmi kepada Selim dengan upacara penyerahan jubah dan mantel Nabi sebagai perlambang peralihan gelar ini.<ref>{{Cite book |chapterurl=https://my.vanderbilt.edu/robertdrews/files/2014/01/Chapter-Thirty.-The-Ottoman-Empire-Judaism-and-Eastern-Europe-to-1648.pdf |chapter=Chapter Thirty – The Ottoman Empire, Judaism, and Eastern Europe to 1648 |title=Coursebook: Judaism, Christianity and Islam, to the Beginnings of Modern Civilization |url=https://my.vanderbilt.edu/robertdrews/publications/ |date=August 2011 |accessdate = |publisher=Vanderbilt University |last=Drews |first=Robert }}</ref> Hal ini menjadikan Al Mutawakkil sebagai khalifah terakhir dari Wangsa Abbasiyah dan Selim sebagai khalifah pertama dari Wangsa Utsmani dan kalangan non-Arab. Meski begitu, beberapa Sultan Utsmani sebelum Selim telah mengklaim gelar ini sebelumnya. Namun beberapa sumber menyatakan bahwa penyerahan gelar khalifah ini adalah kisah rekaan yang dibuat beberapa waktu setelahnya.