Pita Maha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pinerineks (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Pita Maha''' adalah gaya dan gerakan seni lukis yang semula tumbuh dan berkembang di desa Ubud, dan kemudian menyebar  ke daerah lainnya di Bali. Seni...'
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 6 Desember 2018 17.47

Pita Maha adalah gaya dan gerakan seni lukis yang semula tumbuh dan berkembang di desa Ubud, dan kemudian menyebar  ke daerah lainnya di Bali. Seni lukis yang berakar dari seni lukis klasik tradisional, mendapat sentuhan seni lukis barat, memiliki  corak dan gaya tersendiri yang khas dan unik, dilanjutkan oleh generasi penerusnya sampai sekarang, sebagai seni lukis gaya Ubud.

Karya-karya seni bergaya Pita Maha pada saat sekarang masih dipajang di Museum Puri Lukisan Ratna Warta di Ubud, sampai sekarang memiliki koleksi 227 lukisan dan 105 karya patung.[1]

Tujuan utama dari gerakan seni ini adalah untuk menjaga standar artistik yang tinggi dan untuk mencegah para seniman untuk melakukan produksi massal terhadap karya seni mereka.[2]

Sejarah

Pada tahun 1930-an, Bali ramai oleh pelancong Eropa dan Amerika. Pelancong-pelancong ini kemudian membeli banyak karya seni asli Bali. Sebagai akibatnya, jumlah seniman dan pengrajin di Bali semakin banyak. Akan tetapi hal ini kemudian membuat karya seni Bali turun kualitasnya karena para seniman dan pengrajin tersebut hanya mencari penjualan dan jalan mudah memproduksi karya seni, seperti imitasi picisan.

Untuk memerangi penurunan mutu ini, seorang bangsawan Bali, Cokorda Gede Agung Sukawati berkerja sama dengan arsitek dan juru ukirnya, Gusti Nyoman Lempad, dan dengan bantuan rekanan pelukis mancanegaranya, Walter Spies dan Rudolf Bonet. Empat seniman ini memprakarsai gerakan seni Pita Maha di Ubud pada tahun 1936.

Pertemuan mingguan dilakukan perkumpulan ini di rumah Walter Spies di Campuhan. Dalam enam tahun, anggota Pita Maha mencapai 150 pelukis, pengukir dan pematung. Di antara mereka bahkan datang dari desa yang jauh, seperti di Sanur. Namun, kebanyakan dari desa tetangga, seperti Nyuhkuning, Padang Tegal dan Pengosekan.

Para seniman diarahkan untuk menjelajahi tema-tema dan subjek-subjek baru dalam karyanya, khususnya yang sekuler, dan untuk memberikan ekspresi sepenuhnya untuk interprestasi pribadi mereka.[2]

Polemik

Beberapa antropolog dan sejarawan seni mengkritik gerakan Pita Maha terlalu kolonialis dengan mempengaruhi warisan kesenian Bali dengan gagasan dan teknik artistik Barat. Di sisi lain, pendapat lainnya memandang Pita Maha sebagai suatu gerakan yang krusial untuk melestarikan kesenian lokal yang terancam.[2]

Catatan kaki

  1. ^ "Kajian Estetis Seni Lukis Gaya Pita Maha". www.isi-dps.ac.id. Diakses tanggal 2018-12-06. 
  2. ^ a b c Reader, Lesley; Ridout, Lucy (2002). The Rough Guide to Bali and Lombok (dalam bahasa Inggris). Rough Guides. ISBN 9781858289021.