Nicolaas Adriani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 13:
Pada bulan Desember 1899 hingga Oktober 1900, ia mengadakan perjalanan ke [[Jawa]] dan [[Sumatra]], dan dari bulan Desember 1902 sampai Maret 1905, ia mengadakan perjalanan ke [[Minahasa]].
 
Adriani juga menjadi salah satu sumber informasi bagi [[Perhimpunan Pekabaran Injil Gereformeerd]] dalam menentukan tempat-tempat yang akan dijadikan sebagai medan pekabaran Injil.<ref name="A. Sanda Rumpa'">A. Sanda Rumpa'.1992. Injil yang Dinamis. Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, hal. 47-57</ref> Mengenai metode pekabaran Injil, Adriani lebih memilih untuk melakukan penginjilan kepada orang-orang yang masih menganut agama suku, sebab menurut Adriani, melakukan penginjilan kepada orang-orang yang sudah menganut agama Islam akan menghadapi kendala yang lebih besar. Pada saat itu, Adriani bekerja sama dengan Kruyt memetakan rumpun suku Toraja yang meliputi [[Rantepao]], [[Makale]], [[Kota Palopo|Palopo]], [[Mamasa]], [[Kota Palu|Palu]] dan [[Poso]], dengan kata lain hampir meliputi seluruh daerah [[Sulawesi Tengah]]. <ref name="Andarias Kabanga'">Andarias Kabanga'. 2002. Manusia Mati Seutuhnya. Yogyakarta: Media Pressindo. hal.1</ref>
 
Adriani merupakan salah satu penginjil Belanda yang pertama-tama datang ke daerah Sulawesi Selatan, dan oleh karena itu, ia selalu membimbing setiap penginjil Belanda yang baru tiba di Nusantara. Dia juga yang membimbing penginjil pertama yang datang ke Tana Toraja, [[Antonie Aris van de Loosdrecht]]. Dia dan keluarganya bahkan menjemput langsung para penginjil dan keluarganya, termasuk ketika dia menjemput [[Antonie Aris van de Loosdrecht]] dan keluarganya ketika tiba di [[Pelabuhan Tanjung Priok]]. Dia selalu menekankan kepada para penginjil baru khususnya yang bekerja di daerah Toraja-Poso agar tidak cepat-cepat langsung ke inti pemberitaan [[Injil]]. Dia bercerita bahwa orang-orang [[Toraja]] sangat suka bercerita, dan oleh karena itu, metode ini sangat disarankannya. Mengajak orang-orang Toraja untuk bercerita, maka mereka akan tahan hingga berjam-jam duduk untuk bercerita. Penekanan mengenai metode penginjilan yang disarankan oleh Adriani ini dapat dilihat dalam salah satu surat yang ditulis oleh [[Antonie Aris van de Loosdrecht]] tertanggal 5 Oktober 1913, yang diterbitkan dalam Alle den Volcke Volume 7.<ref name="Anthonia A. van de Loosdrecht-Muller">Anthonia A. van de Loosdrecht-Muller. 2005. Dari Benih Terkecil Tumbuh Menjadi Pohon. Jakarta: BPS Gereja Toraja. hal.15-16.</ref>