Kerajaan Saunggalah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syusuf2016 (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 56:
Kata-kata ''“ngadegkeun premana di Saunggalah”'', bisa diartikan sebagai “mendirikan tempat istimewa di Saunggalah”. Apakah ini berarti bahwa oleh Rakeyan Darmasiksa Saunggalah dijadikan ibukota? Atau ia hanya mendirikan semacam tempat [[kabuyutan]], yang oleh [[Carita Parahyangan|Carita Parahyanga]]<nowiki/>n disebut ''Sanghyang Binajapanti''? Bila benar yang terakhir, maka status Saunggalah tidak pernah menjadi ibukota, melainkan tetap begitu adanya sejak masa Rahyangtang Kuku—berada dalam wilayah Galunggung.
 
Ayah Rakeyan Darmasiksa sendiri menurut [[naskah Wangsakerta]] adalah Prabu Dharmakusumah (1157-1175), seorang raja Sunda yang berkedudukan di Kawali, atau Sang Lumahing Winduraja (Yang Didarmakan di Winduraja) menurut ''Fragmen Carita Parahyangan''. Menurut [[naskah Wangsakerta]], Rakeyan Darmasiksa memerintah di Saunggalah karena menggantikan mertuanya yang merupakan penguasa Saunggalah, karena ia menikah dengan putri Saunggalah.
 
Prabuguru [[Darmasiksa]], Menurut pendapat lain, pertama bertahta beberapa tahun di Saunggalah I ([[Kuningan]]), kemudian diserahkan kepada putranya Prabu Purana/ Premana, [[Kuningan]] dan pindah ke Saunggalah II (Mangunreja/ Sukapura), [[Kabupaten Tasikmalaya|Tasikmalaya]], sekarang di kecamatan [[Mangunreja, Tasikmalaya]] di kaki [[Gunung Galunggung]]. <ref>https://artshangkala.wordpress.com/2009/09/23/amanat-galunggung-prabuguru-darmasiksa-leluhur-sunda/ diakses 28 Nopember 2018</ref> Selanjutnya tahta Saunggalah II diserahkan kepada putranya yang lain, yaitu Prabu Ragasuci. Dan Prabuguru memerintah [[Kerajaan Sunda Galuh]] dari Pakuan, [[Bogor]].<ref>http://id.rodovid.org/wk/Orang:330115/ diakses 28 Nopember 2018</ref>