Khairul Saleh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 59:
 
== Kesultanan Banjar ==
Berdasarkan sejarah, [[Kesultanan Banjar|Kerajaan Banjar]] berada di bumi nusantara sekitar tahun 1400-1520 dan menjadi [[Kesultanan Banjar]] tahun 1526-1905<ref>http://kalimantan.onoffsolutindo.com/kesultanan-banjar-dan-kerukunan-warga-bangsa/</ref>. [[Kesultanan Banjar]] dipimpin dan diperintah oleh [[Sulaiman dari Banjar|Sultan Sulaiman]] (1801–1825), selanjutnya digantikan oleh [[Adam dari Banjar|Sultan Adam]] (1825-1967). Selama hidupnya, [[Sulaiman dari Banjar|Sultan Sulaiman]] yang bermakam di [[Karang Intan, Banjar|Karang Intan Kabupaten Banjar]] menikahi lima orang perempuan, yaitu Nyai Ratna atau Ratu Intan Sari (permaisuri), kemudian Nyai Cina, Nyai Argi, Nyai Unangan dan Nyai Kumala Sari<ref name="kalimantan.onoffsolutindo.com"/>. Dari kelima isterinya, [[Sulaiman dari Banjar|Sultan Sulaiman]] memperolah 18 keturunan, beberapa di antaranya anak lelaki (putera/pangeran), terdiri dari [[Adam dari Banjar|Pangeran (kini Sultan) Adam]], [[Pangeran Mangkoe Boemi Nata|Pangeran Husin]], Pangeran Perbatasari, [[Pangeran Musa Ardi Kesuma|Pangeran Musa]], Pangeran Ahmad, Pangeran Hasan, Pangeran Jamain, Pangeran Tahmid, dan Pangeran Singosari<ref name="kalimantan.onoffsolutindo.com"/>. Pangeran Singa-Sarie ini memiliki tanah badatu/pelungguh/apanage di [[banua]] [[Wayau, Tanjung, Tabalong]]. Dalam tahun 1860 Pangeran Singa-Sarie memiliki seorang putera bernama Pangeran Ibrahim yang menikah dengan Ratu Salma (adik Sultan Tamjdidillah 2 bin Sultan Muda Abdur Rahman).<ref name="Tijdschrift 9">{{nl}} {{cite book
|pages=126
|url=https://books.google.co.id/books?id=-fFAAAAAcAAJ&pg=PA126&dq=pangeran+Singa-Sarie&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjn86aujOzUAhVFs48KHcroDxEQ6AEIUTAG#v=onepage&q=pangeran%20Singa-Sarie&f=false
Baris 71:
Menurut Drs. H. Asli Noor Arief, ketika terjadinya [[Perang Banjar]], keluarga [[Kesultanan Banjar]] terpencar ke berbagai daerah. [[Pangeran Antasari]] yang terdesak di [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]] dan [[Martapura, Banjar|Martapura]] memindahan markas [[Kesultanan Banjar]] dari kawasan [[Tabalong Mati, Amuntai Utara, Hulu Sungai Utara|Tabalong]] ke [[Puruk Cahu (kota)|Puruk Cahu]], Kalimantan Tengah. Ketika di [[Puruk Cahu (kota)|Puruk Cahu]], [[Pangeran Antasari]] mencari keturunan/zuriyat [[Kesultanan Banjar]]. Lalu bertemu dengan Pangeran H. Abubakar yang merupakan anak dari Pangeran Singosari bin [[Sulaiman dari Banjar|Sultan Sulaiman]], dia merupakan seorang ulama yang ditokohkan oleh masyarakat [[Tabalong Mati, Amuntai Utara, Hulu Sungai Utara|Tabalong]] saat itu dan kini makamnya berada di Marindi Tabalong dan sering diziarahi orang. Pangeran Abubakar memiliki anak bernama Gusti Umar, yang juga memiliki anak bernama Gusti Jumri (kini Pangeran Jumri). Gusti Jumri adalah ayah dari Pangeran (kini Sultan) H. Khairul Saleh. Dengan melihat garis keturunan ini, maka dapat dikatakan bahwa Sultan Khairul Saleh adalah trah dari Sultan Sulaiman.
 
[[Kesultanan Banjar]] di bawah kepemimpinan Pangeran H. Khairul Saleh mulai menunjukkan eksistensinya kembali sejak tahun 2010<ref name="ReferenceB">http://kalimantan.onoffsolutindo.com/budaya-kesultanan-perlu-dihidupkan-kembali/</ref>, berlandaskan Permendagri No. 39 tahun 2007 tentang Pedoman Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kebudayaan, Keraton, dan Lembaga Adat dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah. Tugas melestarikan lembaga keraton, adat-istiadat, budaya, dan sejenisnya ini dibebankan kepada kepala daerah dan masyarakat<ref name="kalimantan.onoffsolutindo.com"/>. Lewat wewenang tersebut, Khairul Saleh menjalin silaturahmi dengan tokoh-tokoh raja dan sultan se-[[indonesia|Nusantara]] melalui berbagai forum komunikasi kekerabatan guna melestarikan kebudayaan masing-masing daerah di [[Indonesia]]. Kegiatan ini tak hanya lingkup [[nasional]] bahkan bersifat i[[Mancanegara|nternasional]]<ref name="kesultananbanjar.com"/>.
 
== Politik ==
Baris 187:
* Penghargaan pada Gerakan Aksi Langsung Anti Korupsi Sejak Dini (GALAKSI) dari Jaksa Agung (2013)<ref>http://kalsel.antaranews.com/berita/12743/lapsus--banjar-tingkatkan-kemandirian-bangun-daerah</ref>
* Penghargaan CERD AW ARD untuk kategori Kerjasama Lintas Sektor dari Menteri Dalam Negeri RI (2013)<ref>''Ibid''.</ref>
* Penghargaan Millenium Development Goals (MDGs) Awards di bidang Kesehatan Air Minum dan Sanitasi dari Presiden RI (2013)<ref>http://id3.banjarkab.go.id/presiden-bangga-kebijakan-kesehatan-kabupaten-banjar/</ref>
* Penghargaan Citra Bhakti Abdi Negara (pelayanan public) dari Menteri Negara Aparatur Negara RI (2013)<ref>''Ibid''.</ref>
* Anugerah Investment Award dari BKPM dan E-Proc (2011-2014)<ref>http://news.okezone.com/read/2014/09/18/158/1041223/jurus-kebut-pembangunan-sang-calon-menteri</ref>