Stasiun Cibatu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
k ←Suntingan 103.119.61.51 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Alqhaderi Aliffianiko Tag: Pengembalian |
||
Baris 34:
Pada era [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]], Stasiun Cibatu merupakan stasiun primadona karena menjadi tempat pemberhentian wisatawan Eropa yang ingin berlibur ke daerah Garut. Dalam buku ''Seabad Grand Hotel Preanger 1897-1997'' yang ditulis oleh [[Haryoto Kunto]], antara tahun 1935-1940 setiap hari di stasiun Cibatu diparkir selusin taksi dan limousine milik hotel-hotel di Garut, di antaranya Hotel Papandayan, Villa Dolce, Hotel Belvedere, Hotel Van Hengel, Hotel Bagendit, Villa Pautine, dan Hotel Grand Ngamplang. Saat itu daerah Garut dengan kondisi alamnya yang indah memang merupakan daerah favorit [[wisatawan]] yang berasal dari [[Eropa]].
Komedian legendaris [[Charlie Chaplin]] pada tahun [[1927]]
Selain
Setelah kemerdekaan Indonesia, tahun [[1946]], [[Presiden Republik Indonesia]] saat itu, [[Soekarno|Ir Soekarno]], juga sempat berkunjung ke Stasiun Cibatu dalam rangkaian perjalanan menggunakan kereta api luar biasa melalui jalur selatan. Sepanjang perjalanan tersebut, rakyat di kota-kota kecil meminta Soekarno untuk turun di setiap stasiun (termasuk Stasiun Cibatu) dan berpidato.<ref name=":0" />
|