Samadhi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
Baris 12:
Dalam ajaran Hindu, Samadhi merupakan bagian dari tata cara ritual beragama yang dijelaskan di kitab [[Yoga Sutra]] pada bab pertama dengan judul Samadhi-pada.<ref name=Thomas/> Begitu pula [[Vyasa]], seorang tokoh berpengaruh dalam ajaran Hindu dan juga pengarang buku Mahabharata menjelaskan mengenai samadhi yang sama saja seperti yoga dari segi praktiknya.<ref name=Thomas/>
 
Selain itu, ajaran hindu juga tidak hanya menekankan konsep samadhi sebagai keadaan damai yang tanpa isi, melainkan seseorang mengubah kesadarannya menjadi fokus pada rasa bahagia dan tenteram mengikuti aliran kehidupan.<ref name=Thomas>Thomas L. Palotas,  ''Divine Play: the Silent Teaching of Shivabalayogi''  (Lotus Press, 2006,  ISBN 0-9760783-0-9), pp.45, 77-79.</ref>
 
=== Tingkatan Samadhi dalam ajaran hindu ===
Baris 74:
'''Patanjali Yogdarshanam dan Mahopanishad'''
 
Mahopanishad berpendapat bahwa ketika fase samadhi muncul seluruh pikiran dan ambisi lenyap tak ada bekas.<ref name=Kumar/> Seorang yogi menjadi tidak menyadari apakah dirinya sedang tertidur, bermimpi, ataupun sadar diri karena mereka telah berada dalam kondisi sempurna.<ref name=Kumar/> Lalu menurut [[Yogdarshanam]], ketika seluruh tubuh dan eksistensi alam tampak tenang, maka seseorang telah mencapai fase samadhi.<ref name=Kumar>''Patanjali-Yogdarshanam''. Kumar Govindram Hasanand Publishers. pp.  Chapter 3, Verse 109.ISBN  8170771555</ref>
 
'''Penelitian ilmiah'''
Baris 91:
'''Sri Ramakrishna Paramhansa'''
 
[[Ramakrishna]] dapat masuk dalam samadhi selama berjam-jam dan perlahan kembali lagi dalam keadaan normalnya.<ref name=haridas/> Anehnya, jantungnya sama sekali tidak berdetak selama samadhi.<ref name=haridas/> Selain itu, Sri Totapuri, guru dari Paramhansa juga pernah menceritakan bahwa muridnya pernah melakukan nirvikalpa samadhi.<ref name=haridas/> Ceritanya pada suatu hari Ia hendak menemui Paramhansa di rumahnya, setibanya dia di sana sama sekali tak ada yang menjawab salamnya.<ref name=haridas/> Tiga hari berlalu, dia pun penasaran dan membuka pintu dengan paksa.<ref name=haridas/> Betapa terkejut dia ketika melihat Ramakrishna ternyata duduk dengan tenang, tidak berubah sejak terakhir kali Ia meninggalkannya.<ref name=haridas/> Dia pun langsung mengecek kondisinya, dan dia sama sekali tidak merasakan detak jantung ataupun aliran napas. Dia menyimpulkan pada saat itu Paramhansa sedang melakukan nirvikalpa samadhi.<ref name=haridas>Haridas, Bhattacharyya (2002).  ''Cultural Heritage of India''. Vedanta Press (RK Institute of Culture). p.  672.ISBN  978-8187332053.</ref>
 
'''Sri Chaitanya Mahaprabhu'''
 
Sri Chaitanya Mahaprabu (1485-1533) adalah seorang yogi yang sering melakukan samadhi dan dapat kembali sadar dengan mudah.<ref name=swami/> Diceritakan pada suatu hari di pantai, Ia pernah kehilangan kesadaran lalu tenggelam di dalam laut.<ref name=swami/> Setelah beberapa jam kemudian, Ia ditemukan oleh seorang nelayan.<ref name=swami/> Sang nelayan panik karena Mahaprabu sama sekali tak sadarkan diri, tetapi perlahan-lahan dia mulai sadar dengan senyuman di wajahnya.<ref name=swami>Bhaskarananda, Swami (2001).  ''Meditation, mind & Patanjali's Yoga  : a practical guide to spiritual growth for everyone''. Seattle: Viveka Press. p.  155.  ISBN  978-1884852039.</ref>
 
'''Lahiri Mahasaya'''
 
Lahiri Mahasaya adalah satu-satunya tokoh dari Hindu yang dapat melakukan samadhi tanpa perlu bermeditasi; Ia dapat masuk ke dalam fase samadhi sambil berbicara.<ref name=kaviraj/> Suatu hari muridnya dokter Chandramohan mengobrol dan bercanda-canda dengan Lahiri Mahasaya. Mahasaya pun bertanya apakah pertanda orang meninggal, dan muridnya mengatakan bahwa detak jantungya pasti lah berhenti.<ref name=kaviraj/> Mahasaya meminta Chandramohan memeriksa denyut nadinya, tidak berdenyut, Chandramohan pun kaget.<ref name=kaviraj>Kaviraj, Gopinath (2009).  ''Bharatiya Sanskriti aur Sadhana''. New Delhi: Bihar Rashtra Bhasha Parishad. pp.  29–30.</ref>
 
== Rujukan ==