Jayanagara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
Baris 44:
 
== Kematian Jayanagara ==
Pada tahun [[1328]], sembilan tahun setelah pemberontakan Kuti, Jayanagara mati di tangan Tanca, seorang  ''dharmaputera''. Cerita pembunuhan itu bermula pada 1328, saat Tanca yang juga seorang tabib diminta mengoperasi bisul yang diderita Jayanagara. Dalam operasi bisul yang ketiga kalinya itu Tanca menikam Jayanagara di tempat tidurnya. Gajah Mada yang menunggu di samping raja segera bangkit menusuk Tanca dan mati seketika itu juga. Namun peristiwa pembunuhan itu masih simpang siur.
 
Ada beberapa versi sejarah tentang siapa sang pembunuh dan apa motifnya.
 
1. Versi pertama dari Slamet Muljana dalam  ''Tafsir Sejarah Nagara Kretagama'', menyebutkan bahwa Jayanagara dilanda rasa takut kehilangan takhtanya sehingga ia pun melarang kedua adiknya, yaitu [[Dyah Gitarja]] (Tribhuwana Tunggadewi) dan [[Dyah Wiyat]] (Rajadewi Maharajasa) menikah karena khawatir iparnya bisa menjadi saingan. Bahkan muncul desas-desus kalau kedua putri yang lahir dari [[Gayatri]] itu hendak dinikahi oleh Jayanagara sendiri. Desas-desus itu disampaikan [[Ra Tanca]] kepada [[Gajah Mada]] yang saat itu sudah menjadi abdi kesayangan Jayanagara. Ra Tanca juga menceritakan tentang istrinya yang diganggu oleh Jayanagara. Namun Gajah Mada seolah tidak peduli pada laporan tersebut dan tidak mengambil tindakan apa-apa. Tanca pun menunggu kesempatan yang baik. Kebetulan Raja Jayanagara yang menderita bisul menghendaki pembedahan kepadanya. Momen mengobati sang raja pun digunakan Tanca sebagai jalan untuk membunuhnya di tempat tidur.
 
2. Versi kedua lain menurut arkeolog Belanda N.J. Krom dalam  ''Hindoe-Javaansche Geschiedenis'', sebagaimana dikutip Parakitri T. Simbolon dalam  ''Menjadi Indonesia'', istri Tanca menyebarkan berita bahwa dirinya dicabuli Jayanagara. Mendengar hal itu Gajah Mada malah balik menuduh dan mengadukan Tanca menebarkan fitnah.
 
3. Versi lain yang lebih menyentak, tulis Parakitri T. Simbolon, “menurut N.J. Krom lagi, dalam tradisi Bali disebutkan bahwa justru Gajah Mada yang menjadi otak pembunuhan tersebut. Konon Raja Jayanagara mencabuli istri Gajah Mada. Tanca hanya diperalat oleh Gajah Mada untuk membunuh Jayanagara. Slamet Muljana juga menafsirkan bahwa Gajah Mada yang pada hakikatnya tidak suka pada sikap Jayanagara, menggunakan Tanca sebagai alat untuk memusnahkan sang prabu. Untuk menyelimuti perbuatannya, dia segera membunuh Tanca tanpa proses pengadilan.
 
4. Versi terakhir diutarakan oleh Muhammad Yamin dalam  ''Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara,''  menyebut bahwa Tanca terus-menerus merasa tak senang pada raja atas kejadian yang menimpa Kuti, kawan Tanca sesama  ''dharmaputera''. Dia menulis bahwa awal sengketa berasal dari mulut seorang perempuan, yaitu istri Darmaputera Ra Tanca. Istri ini mengeluarkan perkataan bahwa dia mendapat gangguan dari Sang Prabu. Kabar angin menimbulkan kegemparan dalam keraton dan di pusat pemerintahahan.” Gajah Mada kemudian memeriksa Tanca. Namun, waktu pemeriksaan berjalan, Jayanagara sakit dan meminta Tanca membedah bisulnya. Kesempatan itu digunakan Tanca untuk melepaskan dendamnya membunuh raja. Yamin, pengagum dan penemu wajah Gajah Mada, membela Gajah Mada menulis: “Di belakang lakon yang menyedihkan hati ini, terbayang pula suatu tuduhan kepada Gajah Mada bahwa dialah yang mendorong Ra Tanca berlaku demikian, karena kabarnya Sang Prabu salah lihat dan salah raba kepada istri Gajah Mada yang teguh setia itu. Namun, tuduhan ini tak beralasan dan berlawanan dengan kesetian hatinya kepada Seri Mahkota.
 
Menurut ''[[Pararaton]],'' Jayanagara didharmakan dalam candi Srenggapura di Kapopongan dengan arca di Antawulan, gapura paduraksa [[Bajang Ratu]] kemungkinan besar adalah gapura yang tersisa dari kompleks Srenggapura. Sedangkan menurut ''Nagarakretagama'' ia dimakamkan di dalam pura berlambang arca Wisnuparama. Jayanagara juga dicandikan di Silapetak dan Bubat sebagai [[Wisnu]] serta di Sukalila sebagai [[Buddha]] jelmaan [[Amoghasiddhi]]. Jayanagara meninggal dunia tanpa memiliki keturunan. Oleh karena itu, takhta Majapahit diteruskan oleh Ibusuri Gayatri sampai tahun 1331. Pasca wafatnya Gayatri, kekuasaan Majapahit jatuh pada adik tirinya, yaitu Dyah Gitarja yang bergelar [[Tribhuwana Tunggadewi|Tribhuwana Wijayatunggadewi]]