Perang Enam Hari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 131:
Sementara itu, Mesir justru menghambat usaha pertahanannya sendiri dengan menghentikan seluruh sistem pertahanan udara lantaran khawatir para serdadu Mesir pemberontak akan menembak jatuh pesawat terbang yang ditumpangi Jenderal Besar [[Abdul Hakim Amir]] dan Letnan Jenderal Sidqi Mahmud dari Al Maza menuju Bir Tamada di [[Sinai]] untuk bertatap muka dengan para komandan pasukan yang ditempatkan di sana. Ditutup atau dibukanya sistem pertahanan udara Mesir tidak sesungguhnya tidak berpengaruh apa-apa karena pilot-pilot Israel menerbangkan pesawat-pesawat mereka di bawah pantauan [[radar]] Mesir sekaligus di bawah titik terendah yang dapat dijangkau tembakan rudal darat-ke-udara [[S-75 Dvina|SA-2]].<ref>Bowen 2003, hlmn. 114–115 (wawancara penulis dengan Jenderal Salahudin Hadidi yang mempimpin sidang mahkamah militer yang mengadili para petinggi angkatan udara dan sistem pertahanan udara seusai perang).</ref>
 
Meskipun fasilitas radar Yordania yang kuat di [[Ajlun]] mendeteksi pergerakan pesawat terbang dalam beberapa gelombang menuju Mesir dan mengirim kata sandi dengan arti "perang" kepada rantai komando militer Mesir, masalah-masalah komando dan komunikasi Mesir menghalangi peringatan itu diteruskan ke lapangan-lapangan terbang yang disasar.{{sfn|Oren|2002}} Israel menjalankan strategi serangan campuran, yakni mengebom dan [[memberondong]] pesawat-pesawat terbang yang sedang terparkir, serta merusak landasan pacu dengan menjatuhkan [[Bom penetrasi antilandas pacu|bom-bom penetrasi pengoyak landasan pacu]] khusus yang dikembangkan bersama dengan Prancis, sehingga pesawat-pesawat terbang yang luput dari pengeboman dan pemberondongan tidak dapat lepas landas. Landasan pacu lapangan terbang [[El Arish|El ArisAl-Arisy]] sengaja dibiarkan tetap utuh, karena Israel berencana mengubahnya menjadi perlabuhan udara militer untuk keperluan transportasi udara militer seusai perang. Pesawat-pesawat terbang yang luput dari pengeboman gelombang pertama disingkirkan oleh gelombang-gelombang serangan berikutnya. Operasi Fokus ternyata lebih sukses daripada perkiraan semula, sama sekali tidak disangka-sangka oleh Mesir, dan nyaris membinasakan seluruh kekuatan tempur udara Mesir yang ada di darat tanpa banyak pengorbanan di pihak Israel. Hanya ada empat unit pesawat latih yang sedang mengudara ketika serangan bermula.<ref>Oren 2002 hlm. 171</ref> Secara keseluruhan, ada 338 unit pesawat terbang Mesir yang binasa, dan 100 orang pilot Mesir yang gugur akibat serangan udara Israel,<ref>Pollack, 2005, hlm. 474.</ref> meskipun jumlah pesawat terbang Mesir yang hancur masih terus diperdebatkan.<ref>Menurut Oren, 176, ada 282 unit dari keseluruhan 420 unit. Menurut Morris, 318, ada 304 unit dari keseluruhan 419 unit, Menurut Mark Tessler, ''A History of the Israeli–Palestinian Conflict'' (Indiana, 1994), hlm. 396, ada lebih dari 350 unit pesawat terbang yan binasa.</ref>
 
Pesawat-pesawat terbang Mesir yang hancur meliputi seluruh 30 unit pesawat pengebom [[Tu-16]], 27 unit dari total 40 unit pesawat pengebom [[Ilyushin Il-28|Il-28]], 12 unit pesawat tempur-pengembom [[Su-7]], sekitar 90 unit pesawat [[MiG-21]], 20 unit pesawat [[MiG-19]], 25 unit pesawat tempur [[MiG-17]], serta sekitar 32 unit pesawat angkut dan helikopter dari berbagai jenis. Selain itu, radar-radar dan rudal-rudal SAM Mesir juga diserang dan dihancurkan. Israel kehilangan 19 unit pesawat terbang, termasuk dua unit yang hancur dalam pertempuran udara dan 13 unit yang ditembak jatuh oleh artileri antipewasat terbang.<ref>Long 1984, hlm. 19, Tabel 1.</ref> Satu unit pesawat terbang Israel, yang mengalami kerusakan sehingga tidak dapat melakukan sambungan radio, ditembak jatuh oleh [[MIM-23 Hawk|rudal Hawk]] Israel setelah tersasar mengudara di atas [[Pusat Penelitian Nuklir Negev]].<ref name="Oren178">Oren, hlm. 178</ref> Satu unit lagi hancur akibat terimbas ledakan sebuah pesawat pengebom Mesir.<ref>Oren, hlm. 175</ref>
Baris 171:
The Israeli plan was to surprise the Egyptian forces in both timing (the attack exactly coinciding with the IAF strike on Egyptian airfields), location (attacking via northern and central Sinai routes, as opposed to the Egyptian expectations of a repeat of the 1956 war, when the IDF attacked via the central and southern routes) and method (using a combined-force flanking approach, rather than direct tank assaults).-->
 
==== Divisi Utara Israel (El ArisAl-Arisy) ====<!--
On 5 June, at 7:50&nbsp;a.m., the northernmost Israeli division, consisting of three brigades and commanded by Major General [[Israel Tal]], one of Israel's most prominent armour commanders, crossed the border at two points, opposite [[Nahal Oz]] and south of [[Khan Yunis]]. They advanced swiftly, holding fire to prolong the element of surprise. Tal's forces assaulted the "Rafah Gap", a seven-mile stretch containing the shortest of three main routes through the Sinai towards [[El-Qantarah el-Sharqiyya]] and the [[Suez Canal]]. The Egyptians had four divisions in the area, backed by minefields, pillboxes, underground bunkers, hidden gun emplacements and trenches. The terrain on either side of the route was impassable. The Israeli plan was to hit the Egyptians at selected key points with concentrated armour.<ref name="Oren178" />
 
Baris 182:
The Israelis broke through with tank-led assaults. However, Aviram's forces misjudged the Egyptians' flank, and were pinned between strongholds before they were extracted after several hours. By nightfall, the Israelis had finished mopping up resistance. Israeli forces had taken significant losses, with Colonel Gonen later telling reporters that "we left many of our dead soldiers in Rafah, and many burnt-out tanks." The Egyptians suffered some 2,000 casualties and lost 40 tanks.<ref name="Oren, p. 180" />-->
 
==== Pergerakan menuju El ArisAl-Arisy ====<!--
[[File:6 Day War-Amos.jpg|thumb|Israeli reconnaissance forces from the "Shaked" unit in Sinai during the war.]]