Matthew Henry: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
Baris 5:
== Riwayat hidup ==
 
Riwayat Hidup Matthew Henry
Matthew Henry dilahirkan di Broad Oak, Iscoyd, sebuah rumah pertanian di perbatasan [[Flintshire]] dan [[Shropshire]]. Ayahnya, Philip Henry, baru saja dikeluarkan dari jabatan kependetaannya dalam kaitan dengan peristiwa "Great Ejection" menurut "Act of Uniformity 1662". Tidak seperti kebanyakan orang-orang senasib, Philip memiliki sejumlah kekayaan, sehingga mampu memberikan pendidikan yang baik bagi putranya. Matthew mula-mula bersekolah di Islington, kemudian di Gray's Inn. Segera ia melepaskan studi hukum untuk belajar [[teologi]], dan pada tahun 1687 menjadi pendeta pada sebuah jemaat Presbiterian di [[Chester]].<ref name=biog/> Ketika di Chester, Henry mendirikan "Presbyterian Chapel" di Trinity Street.<ref name=pubsc>{{Citation | last = Morris| first = Edward| author-link = | last2 = Roberts| first2 = Emma| author2-link = | year = 2012 | title = Public Sculpture of Cheshire and Merseyside (excluding Liverpool)| edition = | volume = 15| series = Public Sculpture of Britain | publication-place = Liverpool| publisher = Liverpool University Press| pages = 66–67| isbn = 978-1-84631-492-6}}</ref> Ia pindah lagi pada tahun 1712 ke Mare Street, [[London Borough of Hackney|Hackney]]. Dua tahun kemudian (22 Juni 1714), ia mendadak meninggal akibat [[apoplexy]] di Queen's Aid House (41 High Street) di kota Nantwich di tengah perjalanan dari Chester ke [[London]].<ref name=biog>Religious Tract Society, Christian Biography: Lives of William Cowper, Mrs. Ann H. Judson, Anna Jane Linnard, Matthew Henry, 1799, Matthew Henry</ref><ref>[http://www.imagesofengland.org.uk/details/default.aspx?id=431013 Images of England: 41 High Street, Nantwich]</ref>
 
Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. Ketika itu gereja Ang­likan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang memerintah pada masa itu adalah Raja Karel II, yang secara resmi diangkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan ke­kuasa­an gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sangat dianiaya. Mereka disebut ''dissenter'', orang yang memisahkan diri dari gereja resmi.
 
Puncak penganiayaan itu terjadi ketika pada 24 Agustus 1662 le­bih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah. Peristiwa ini disebut "Great Ejection" menurut "Act of Uniformity 1662".
 
Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya, Philip Henry, adalah seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang­kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan. Karena Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya Philip Hen­ry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men­cari naf­kah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati meng­abdi­kan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan. Matthew ada­­lah anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6 tahun ka­rena penyakit campak. Ketika masih balita, Matthew sendiri juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut.
 
Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-macam bakat, sangat cerdas, dan pintar. Tetapi yang lebih penting lagi, sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga ta­hun ketika ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu mem­berikan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.
 
Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas­nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.
 
Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani, Ya­hudi, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya.
 
Pada tahun 1685, ketika berusia 23 tahun, Matthew pindah ke Lon­don, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas Lon­don. Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya me­nu­­ruti saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa stu­di itu akan memberikan manfaat besar baginya karena keadaan di Ing­gris pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya kaum Puritan.
 
Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala­man­nya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu­di­an, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa. Ti­dak lama setelah itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London dan satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. Sete­lah berdoa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya memilih jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan sebagai pendeta di jemaat tersebut. Waktu itu Matthew berusia 25 ta­hun.
 
Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard­ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa­ngat harmonis dan baik karena didasarkan atas cinta dan iman ke­pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu sete­ngah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar. Segera setelah melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip, ayah Matthew.
 
Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya. Setelah satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya untuk me­ni­kah lagi. Pada Juli 1690, Mathew menikah dengan Mary Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi, yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu se­tengah tahun, ia meninggal karena demam tinggi dan penyakit batuk rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak perempuan lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa berat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini, Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam hi­dup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru­sa­lem yang di sorga.”
 
Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe­rem­­puan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber­ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari per­ni­kahan per­tama.
 
Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester. Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk me­la­yani di sana, tetapi berulang kali ia menolak panggilan tersebut ka­­rena merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun akhir­­­nya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk men­­jadi hamba Tuhan di London, dan karena itu ia menyerah kepada kehendak Allah.
 
Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes, sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja dari pagi buta sampai larut malam, tetapi menjelang akhir hayatnya ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh karena kesehatannya yang se­­ma­kin menurun.
 
Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester, tem­pat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9, “Jadi ma­sih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah.” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan hari Ming­gu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene­kan­kan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Allah dapat me­nik­mati ke­ber­sama­an dengan Tuhan.
 
Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang meng­abdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa­ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan nafas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari kemu­­dian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali per­buat­anmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung ja­wab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba­ha­gia­an tuanmu.”?
 
== Karya ==
Baris 33 ⟶ 63:
== Pengenangan ==
 
Pada tahun 1860 sebuah tanda kenangan berupa "''Cenotaph to Matthew Henry''" didirikan di Chester. Terdiri dari sebuah [[obelisk]] yang dirancang oleh arsitek Thomas Harrison dan menyertakan sebuah medallion perunggu buatan Matthew Noble. Obelisk ini asalnya berdiri pada halaman gereja (''churchyard'') St Bridget's Church, kemudian dipindahkan pada tahun 1960-an di tengah bundaran yang berseberangan dengan pintu masuk kastil Chester ("Chester Castle").<ref name="pubsc">{{Citation|last=Morris|first=Edward|title=Public Sculpture of Cheshire and Merseyside (excluding Liverpool)|year=2012|last2=Roberts|first2=Emma|author-link=|author2-link=|series=Public Sculpture of Britain|volume=15|pages=66–67|edition=|publication-place=Liverpool|publisher=Liverpool University Press|isbn=978-1-84631-492-6}}</ref>
 
== Lihat pula ==
* Tafsiran Alkitab Matthew Henry
* [http://www.tafsiranalkitabmatthewhenry.org/ http://www.tafsiranalkitabmatthewhenrytafsiranakitabmatthewhnry.org]
 
== Referensi ==