Mehmed II: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di hari + pada hari) |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Di tahun +Pada tahun) |
||
Baris 163:
Mulai akhir abad kesebelas, berdiri beberapa kadipaten (kerajaan kecil) bangsa Turki-Muslim di wilayah [[Anatolia]], mereka disebut [[Kadipaten Anatolia]] dan semuanya tunduk pada [[Kesultanan Rûm|Kesultanan Seljuk Rum]]. Saat Seljuk berada di ambang keruntuhan, kadipaten-kadipaten ini memerdekakan diri dan masing-masingnya menjadi negara berdaulat. Salah satu Kadipaten Anatolia ini adalah Kadipaten Utsmani, yang kemudian perlahan menjadi kekaisaran besar yang menguasai tiga benua. Pada masa Sultan [[Bayezid I]], upaya penaklukan kadipaten-kadipaten ini untuk menyatukan wilayah Anatolia sudah dimulai, tetapi kekalahan Utsmani dalam Pertempuran Ankara pada 1402 menghancurkan upaya penyatuan ini.
Salah satu kadipaten yang masih bertahan cukup lama di Anatolia selain Utsmani adalah Karaman. Sejak tahun 1424, Karaman dipimpin oleh Ibrahim II Bey, putra Mehmed II Bey, putra Nefise Hatun, putri Sultan [[Murad I]].
Pir Ahmed dan saudaranya, Kasım, pergi ke Aq Qoyunlu, dan ini memberikan pembenaran Uzun Hasan untuk campur tangan dalam masalah ini. Pasukan Aq Qoyunlu menyerang sebagian besar wilayah Anatolia dan Pir Ahmed dapat menduduki Karaman lagi atas bantuan Uzun Hasan. Namun kekuasaannya tidak bertahan lama lantaran Mehmed melancarkan serangan yang berujung pada kemenangan telak di pihak Utsmani pada 1473 pada Pertempuran Otlukbeli dan memaksa Pir Ahmed untuk kembali pergi. Meski berusaha melanjutkan pertempuran, pada akhirnya Pir Ahmed menyerang setelah keluarganya dibawa ke Konstantinopel oleh Ahmed Pasya.
Baris 197:
Pada 1481, Ferdinando, Raja Napoli, menghimpun pasukan yang dipimpin oleh putranya, Alfonso. Pasukan bantuan juga datang dari Raja Mátyás Hunyadi. Pengepungan kota mulai dilakukan pada 1 Mei 1481.
Berita kematian Mehmed menggembirakan Eropa. Lonceng gereja didentangkan dan perayaan dihelat. Di Venesia, berita itu disebarkan dengan pernyataan, "La Grande Aquila è morta!" (Sang Elang Agung telah mati!).<ref>''The Grand Turk'': John Freely, page 180, 2009</ref><ref>''Minorities and the destruction of the Ottoman Empire'', Salâhi Ramadan Sonyel, Page 14, 1993</ref>
|