Wisma Nusantara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MyStori (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun)
Baris 109:
Pembangunan Wisma Nusantara diawali dari gagasan Presiden [[Soekarno]] untuk membangun pencakar langit pertama di Jakarta. Kontrak pertama dibuat pada tahun 1964 sebesar $5,7 juta{{sfn|Miyake|2006|p=6}} menggunakan biaya perbaikan Jepang setelah perang dan mulai dibangun pada tahun yang sama. Namun, penurunan nilai [[rupiah]] serta [[Gerakan 30 September|usaha kudeta]] menunda pembangunan Wisma Nusantara. Akibat dari kehabisan dana, gedung tersebut tidak terselesaikan dan hanya menyisakan kerangka baja selama kurang lebih lima tahun.{{sfn|Miyake|2006|p=6}}{{sfn|Merrillees|2015|p=105}}
 
Pembangunan dilanjutkan oleh [[Sumitomo Mitsui Construction|Mitsui Construction Co.]] pada tahun 1972 setelah pembaharuan kontrak. Wiratman Wangsadinata, pendiri dari PT. [[Wiratman & Associates]], dipilih sebagai pengawas proyek pada tahun 1970. Gedung tersebut pada akhirnya selesai dibangun pada tahun 1972 dan diresmikan oleh Presiden [[Suharto]] pada tanggal 2 Desember dipada tahun yang sama, bersama dengan President Hotel (sekarang Pullman Hotel).<ref name="wisma nusantara"/> Sebagai bagian dari persetujuan, saham dipegang oleh Mitsui sebesar 55% sementara pemerintah Indonesia memegang saham sebesar 45%.<ref name="wisma nusantara"/> Dikarenakan biaya menyewa ruang perkantoran yang tinggi, gedung ini dahulu hanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan Jepang selama beberapa tahun. Akibatnya, gedung ini memicu antipati masyarakat Indonesia.{{sfn|Miyake|2006|p=6}} Pada suatu waktu papan [[Suzuki]] besar terpasang di puncak gedung. Sebuah film Indonesia yang disutradarai oleh [[Sjumandjaja]], ''[[Budak Nafsu]]'' (1984), menampilkan adegan wanita muda yang diperkosa dan dijadikan selir bagi Jepang pada masa perang serta kehilangan gairah hidup, berjalan di Jakarta serta dikelilingi oleh papan-papan neon perusahaan-perusahaan Jepang di [[Jalan MH Thamrin (Jakarta)|Jalan MH Thamrin]], yang dengan jelas menunjukkan sikap sentimen terhadap Jepang di Indonesia pada saat itu.{{sfn|Miyake|2006|p=6}}
 
Renovasi besar pertama dilakukan pada tahun 1990 oleh [[Japan International Cooperation Agency|JICA]]. Jembatan penghubung antara gedung perkantoran Wisma Nusantara dengan hotel (saat itu bernama Nikko Hotel) dibangun pada tahun 2002. Pada tahun 2003, Nikko Hotel diperluas dengan penambahan berupa menara berlantai sebelas yang menyediakan kamar-kamar mewah di sebelah utara kompleks Wisma Nusantara. Menara hotel ini dibangun oleh [[Kenzō Tange|Kenzo Tange International]]. Pada tahun 2005, Gedung Annex selesai dibangun untuk mengakomodasi parkir.