Siddhartha Gautama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bettychen84 (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 59:
 
=== Masa dewasa ===
[[Berkas:Four Heavenly Messengers.jpg|leftkiri|240px|thumbjmpl|Pangeran Siddhartha melihat empat hal yang mengubah hidupnya.]]
 
Kata-kata pertapa [[Asita]] membuat Raja Suddhodana tidak tenang siang dan malam, karena khawatir kalau putra tunggalnya akan meninggalkan istana dan menjadi pertapa, mengembara tanpa tempat tinggal. Untuk itu Baginda memilih banyak pelayan untuk merawat Pangeran Siddharta, agar putra tunggalnya menikmati hidup keduniawian. Segala bentuk penderitaan berusaha disingkirkan dari kehidupan Pangeran Siddharta, seperti sakit, umur tua, dan kematian, sehingga Pangeran hanya mengetahui kenikmatan duniawi.
Baris 66:
 
Selama 10 tahun lamanya Pangeran Siddharta hidup dalam kesenangan duniawi. Pergolakan batin Pangeran Siddharta berjalan terus sampai berusia 29 tahun, tepat pada saat putra tunggalnya [[Rahula]] lahir. Pada suatu malam, Pangeran Siddharta memutuskan untuk meninggalkan istananya dan dengan ditemani oleh kusirnya, Channa. Tekadnya telah bulat untuk melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup suci sebagai pertapa.
[[Berkas:SiddhartaBirth.jpg|rightka|300px|thumbjmpl|Relief kelahiran Pangeran Siddhartha. Dari kuil Zen You Mitsu, [[Tokyo]].]]
Setelah itu Pangeran Siddhartha meninggalkan [[istana]], keluarga, kemewahan, untuk pergi berguru mencari ilmu sejati yang dapat membebaskan manusia dari usia [[tua]], [[sakit]] dan [[mati]]. Pertapa Siddharta berguru kepada Alāra Kālāma dan kemudian kepada Uddaka Ramāputta, tetapi tidak merasa puas karena tidak memperoleh yang diharapkannya. Kemudian dia bertapa menyiksa diri dengan ditemani lima orang pertapa. Akhirnya dia juga meninggalkan cara yang ekstrem itu dan bermeditasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan Penerangan Agung.
 
=== Masa pengembaraan ===
[[Berkas:Siddharta Gautama Borobudur.jpg|thumbjmpl|300px|rightka|Pangeram Siddharta mencukur rambutnya dan menjadi pertapa, relief [[Borobudur]].]]
[[Berkas:BuddhaHead.JPG|thumbjmpl|rightka|Patung Buddha dari [[Gandhara]], [[abad ke-1]] atau [[abad ke-2]].]]
Di dalam pengembaraannya, pertapa Gautama mempelajari latihan pertapaan dari pertapa [[Bhagava]] dan kemudian memperdalam cara bertapa dari dua pertapa lainnya, yaitu pertapa [[Alara Kalama]] dan pertapa [[Udraka Ramputra]]. Namun setelah mempelajari cara bertapa dari kedua gurunya tersebut, tetap belum ditemukan jawaban yang diinginkannya. Sehingga sadarlah pertapa Gautama bahwa dengan cara bertapa seperti itu tidak akan mencapai ''Pencerahan Sempurna''. Kemudian pertapa Gautama meninggalkan kedua gurunya dan pergi ke [[Magadha]] untuk melaksanakan bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela, di tepi Sungai [[Nairanjana|Nairanjana(Naranjara)]] yang mengalir dekat Hutan Gaya. Walaupun telah melakukan bertapa menyiksa diri selama enam tahun di Hutan [[Uruwela|Uruvela]], tetap pertapa Gautama belum juga dapat memahami hakikat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.
 
Baris 84:
 
=== Penyebaran ajaran Buddha ===
[[Berkas:Sermon in the Deer Park depicted at Wat Chedi Liem-KayEss-1.jpeg|rightka|240px|thumbjmpl|Buddha memberi pelajaran tentang dharma kepada lima pertapa di Taman Rusa]]
 
Setelah mencapai Pencerahan Sempurna, pertapa Gautama mendapat gelar kesempurnaan yang antara lain: Buddha Gautama, [[Buddha Shakyamuni|Buddha Sakyamuni]], [[Tathagata]] ('Ia Yang Telah Datang', Ia Yang Telah Pergi'), Sugata ('Yang Maha Tahu'), Bhagava ('Yang Agung') dan sebagainya. Lima pertapa yang mendampingi Dia di hutan Uruvela merupakan murid pertama Buddha yang mendengarkan khotbah pertama [[Dharmacakra Pravartana|Dhammacakka Pavattana Sutta]], di mana Dia menjelaskan mengenai Jalan Tengah yang ditemukan-Nya, yaitu Delapan Ruas Jalan Kemuliaan termasuk awal khotbahNya yang menjelaskan "Empat Kebenaran Mulia".
Baris 93:
 
== Sifat Agung Buddha ==
[[Berkas:Parinibbana.jpg|thumbjmpl|240px|rightka|Buddha menjelang [[Parinirwana]].]]
 
Seorang Buddha memiliki sifat Cinta Kasih (maitri atau metta) dan Kasih Sayang (karuna). Jalan untuk mencapai Kebuddhaan ialah dengan melenyapkan ketidaktahuan atau kebodohan batin yang dimiliki oleh manusia. Pada waktu Pangeran Siddharta meninggalkan kehidupan duniawi, ia telah mengikrarkan Empat Prasetya yang berdasarkan Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang tidak terbatas, yaitu