Asrul Sani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 42:
 
== Pendidikan ==
[[Berkas:Asrul Sani, Pekan Buku Indonesia 1954, p225.jpg|thumbjmpl|180px|Sani di tahun 1954]]
Asrul Sani memulai pendidikan formalnya di Holland Inlandsche School (sekolah dasar bentukan pemerintah kolonial Belanda) di [[Bukit Tinggi]] pada [[1936]]. Lalu ia melanjutkan SMP di SMP [[Taman Siswa]], Jakarta pada [[1942]]. Setelah tamat, ia melanjutkan ke Sekolah Kedokteran Hewan, [[Bogor]]. Akan tetapi, minatnya akan Sastra sempat mengalihkan perhatiannya dari kuliah kedokteran hewan sehingga Asrul sempat pindah ke Fakultas Sastra [[Universitas Indonesia]] dan, dengan beasiswa Lembaga Kebudayaan Indonesia- Belanda, mengikuti pertukaran ke Akademi Seni Drama, [[Amsterdam]] pada [[1952]] walaupun akhirnya kembali melanjutkan kuliah kedokteran hewan hingga memperoleh gelar dokter hewan pada [[1955]]. Pada masa kuliah itu juga Asrul sempat mengikuti seminar kebudayaan di [[Harvard University]] pada 1954. Setelah tamat kedokteran hewan, Asrul kembali mengejar hasratnya akan seni sastra dengan melanjutkan kuliah [[dramaturgi]] dan [[sinematografi]] di South California University, [[Los Angeles]], [[Amerika Serikat]] (1956) dan kemudian membantu Sticusa di Amsterdam (1957-1958).
 
Baris 48:
== Karier ==
[[Berkas:Asrul Sani receiving Citra for Best Screenplay, Festival Film Indonesia (1982), 1983, p63.jpg|thumbjmpl|leftkiri|180px|Asrul Sani saat menerima Piala Citra untuk Skenario Terbaik FFI 1982]]
Di dalam dunia sastra Asrul Sani dikenal sebagai seorang pelopor [[Angkatan 45|Angkatan ’45]].<ref name="ti">{{cite web |url=http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/810-seniman-pelopor-angkatan-45 |title=Seniman Pelopor Angkatan '45 |work=tokohindonesia.com |accessdate=11 Maret 2012}}</ref> Kariernya sebagai sastrawan mulai menanjak ketika bersama [[Chairil Anwar]] dan [[Rivai Apin]] menerbitkan buku kumpulan [[puisi]] yang berjudul ''[[Tiga Menguak Takdir]]''. Kumpulan puisi itu sangat banyak mendapat tanggapan, terutama judulnya yang mendatangkan beberapa tafsir. Setelah itu, mereka juga menggebrak dunia sastra dengan memproklamirkan Surat Kepercayaan Gelanggang sebagai manifestasi sikap budaya mereka. Gebrakan itu benar-benar mempopulerkan mereka.<ref>{{harvnb|Rosidi|2010|p=62}}</ref>