Pakubuwana X: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 63:
Pada bulan [[Desember]] [[1921]], Pakubuwana X melakukan perjalanan ke daerah [[Priangan]], diiringi oleh 52 bangsawan dan abdi dalem. Setelah singgah di [[Semarang]], [[Pekalongan]], dan [[Cirebon]], Pakubuwana X menetap cukup lama di [[Garut]] dan [[Tasikmalaya]]. Di [[Garut]], ratusan orang berkumpul menanti kehadiran Pakubuwana X, sehingga merepotkan [[polisi]] [[Belanda]]. Pada bulan [[Februari]] [[1922]], Pakubuwana X mengadakan perjalanan lagi ke [[Madiun]], disertai oleh 58 bangsawan dan abdi dalem. Perjalanan itu resminya sekali lagi disebut ''incognito'', tetapi justru benar-benar membuat citra Pakubuwana X semakin meningkat. Ia mengobral banyak hadiah tanda mata dengan lambang monogram ''PB X''. Bupati-bupati menerima [[keris]] dengan hiasan [[permata]], serta para wedana dan asisten wedana memperoleh berbagai arloji emas.
 
Demi mendukung dan membangkitkan semangat [[nasionalisme]] masyarakat ([[Jawa]]), Pakubuwana X terus mengadakan perjalanan ke daerah-daerah. [[Belanda]] keberatan, dengan alasan biaya. Padahal, sebenarnya [[Belanda]] hendak membatasi popularitas Pakubuwana X. Sekalipun perjalanannya bersifat ''incognito'', tetapi Pakubuwana X selalu mengesankan di mata rakyat sebagai '''Kaisar Tanah Jawa'''. Setelah perjalanannya ke [[Jawa Barat]] dan [[Jawa Timur]] pada tahun [[1922]], yang bersamaan dengan meningkatnya semangat radikalisme [[Budi Utomo]], Pakubuwana X tidak mengadakan perjalanan lagi pada tahun [[1923]]. Baru pada tahun berikutnya, ia mengadakan kunjungan besar ke [[Malang]]. Penampilannya yang mengalihkan perhatian rakyat disana menyebabkan [[Gubernur Jenderal]] [[Dirk Fock]] bahkan menyuruh Residen Nieuwenhuys mempersilahkan Pakubuwana X untuk segera pulang. Alasannya, persyaratan ''incognito'' telah dilanggar.
 
Setelah Nieuwenhuys pindah dari [[Surakarta]], Pakubuwana X mengadakan perjalanan lagi pada tahun [[1927]]. Diiringi 44 orang bangsawan dan abdi dalem, ia mengadakan kunjungan ke [[Gresik]], [[Surabaya]], dan [[Bangkalan]] selama seminggu. Jumlah pengiringnya kala itu bahkan mencapai tiga kali lipat dari jumlah dalam persyaratan yang dibuat oleh [[Belanda]].