Pondok Pesantren Tebuireng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Mengganti halaman dengan 'Pondok Ko tebu ireng'
Tag: Penggantian VisualEditor-alih mengosongkan halaman [ * ]
Pierrewee (bicara | kontrib)
Menolak 10 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 9041200 oleh JohnThorne
Baris 1:
{{refimprove}}
Pondok Ko tebu ireng
{{Infobox pesantren
|nama = Pondok Pesantren Tebuireng
|nama_asli =
|image_size = 200p
|caption = Pondok Pesantren Tebuireng
|established = 1899
|jenis = [[Pesantren]]
|motto =
|slogan =
|affiliation = [[Islam]]
|calendar =
|pengasuh = [[Solahuddin Wahid|Ir. KH. Solahuddin Wahid]]
|pendiri = KH. Hasyim Asy'arie
|alamat = Desa [[Cukir, Diwek Jombang |Cukir]], Kecamatan [[Diwek]]
|kota = [[Jombang]]
|provinsi = [[Jawa Timur]]
|negara = {{negara|indonesia}}
|koordinat =
|telepon =
|free_label =
|free =
|sports =
|colors =
|nickname =
|maskot =
|fightsong =
|publictransit =
|alumni =
|situs = [http://tebuireng.org/ tebuireng.org]
|catatan =
}}
 
'''Pondok Pesantren Tebuireng''' adalah salah satu [[pesantren]] terbesar di [[Kabupaten Jombang]], [[Jawa Timur]]. Pesantren ini didirikan oleh [[Hasyim Asy'arie|KH. Hasyim Asy'ari]] pada tahun 1899. Selain materi pelajaran mengenai pengetahuan [[agama]] [[Islam]], ilmu [[syariat|syari’at]], dan [[bahasa Arab]], pelajaran umum juga dimasukkan ke dalam struktur kurikulum pengajarannya. Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan konstribusi dan sumbangan kepada masyarakat luas baik, terutama dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia.
<!--
Tebuireng sebagai salah satu dusun di wilayah Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang mempunyai nilai historis yang besar. Dusun yang terletak 10 km. arah selatan kabupaten Jombang ini tidak bisa dipisahkan dengan K.H.M. Hasyim Asy’ari, di dusun inilah pada tahun 1899 M. Kyai Hasyim membangun pesantren yang kemudian lebih dikenal dengan Pesantren Tebuireng. Sebagai salah satu pesantren terbesar di Jombang, Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan konstribusi dan sumbangan kepada masyarakat luas baik dalam bidang pendidikan, pengabdian serta perjuangan.
 
Pondok Pesantren Tebuireng yang saat ini di bawah naungan Yayasan Hasyim Asy’ari mengembangkan beberapa unit pendidikan formal dan nonformal, yaitu: Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi’iyyah, SMP A. Wahid Hasyim, Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyyah, SMA A. Wahid Hasyim, Madrasah Diniyyah, dan Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari. Keberadaan unit-unit pendidikan di tengah-tengah kehidupan masyarakat memberikan arti tersendiri, yaitu sebagai manifestasi nilai-nilai pengabdian dan perhatian kepada masyarakat. Dan dalam bentuk informal pesantren Tebuireng membuka jasa layanan masyarakat berupa kesehatan (Rumah Sakit Tebuireng), perekonomian (koperasi dan kantin). Kepercayaan dan perhatian masyarakat luas terhadap keberadaan pesantren Tebuireng adalah dasar kemajuan dan perkembangan Teburieng di masa depan, dengan tetap mengembangkan visi dan misi pendidikan yang mandiri serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
-->
 
== Sejarah ==
 
Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh [[K.H. Hasyim Asy'ari|Kyai Haji Hasyim Asy’ari]] pada tahun 1899 M. Pesantren ini didirikan setelah ia pulang dari pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren terkemuka dan di tanah [[Mekkah]], untuk mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya.
 
Tebuireng dahulunya merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Cukir, [[Kecamatan Diwek]], [[Kabupaten Jombang]], [[Jawa Timur]]. Letaknya delapan kilometer di selatan kota Jombang, tepat berada di tepi jalan raya Jombang – Kediri. Menurut cerita masyarakat setempat, nama Tebuireng berasal dari “kebo ireng” (kerbau hitam).<ref>''[http://tebuireng.net/index.php?pilih=hal&id=4 Selayang Pandang Pesantren Tebuireng]'', Situs Pondok Pesantren Tebuireng. Diakses 9 Juni 2010.</ref> Versi lain menuturkan bahwa nama Tebuireng diambil dari nama punggawa kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut.
 
Dusun Tebuireng sempat dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan, pencurian, pelacuran dan perilaku negatif lainnya. Namun sejak kedatangan K.H. Hasyim Asy’ari dan santri-santrinya, secara bertahap pola kehidupan masyarakat dusun tersebut berubah semakin baik dan perilaku negatif masyarakat di Tebuireng pun terkikis habis. Awal mula kegiatan dakwah K.H. Hasyim Asy’ari dipusatkan di sebuah bangunan yang terdiri dari dua buah ruangan kecil dari anyam-anyaman bambu ([[bahasa Jawa|Jawa]]: ''gedek''), bekas sebuah warung yang luasnya kurang lebih 6 x 8 meter, yang dibelinya dari seorang dalang. Satu ruang digunakan untuk kegiatan pengajian, sementara yang lain sebagai tempat tinggal bersama istrinya, Nyai Khodijah.
 
Organisasi NU tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dengan lebih dari 400 cabang, tetapi pengurus-pengurus wilayah NU yang kegiatan usahanya cukup nyata antara lain adalah yang berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.<ref>Damayanti, Doty, ''[http://megapolitan.kompas.com/read/2010/03/19/03301099/Kultur.Pesantren..Kekuatan.NU Kultur Pesantren, Kekuatan NU]'', KOMPAS.com, Jumat, 19 Maret 2010. Diakses 9 Juni 2010.</ref> Saat ini, keberadaan Pondok Pesantren Tebuireng telah berkembang dengan baik dan semakin mendapat perhatian dari masyarakat luas.
 
== Sistem pendidikan ==
 
Seiring dengan perjalanan waktu, santri yang berdatangan menimba ilmu semakin banyak dan beragam. Kenyataan tersebut telah mendorong Pondok Pesantren Tebuireng beberapa kali telah melakukan perubahan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan. Sebagaimana pesantren-pesantren pada zaman pendiriannya, sistem pengajaran awal yang digunakan adalah metode ''sorogan'' (santri membaca sendiri materi pelajaran kitab kuning di hadapan guru), serta metode ''[[weton]]'' atau ''bandongan'' atau ''halqah'' (kyai membaca kitab dan santri memberi makna). Semua bentuk pengajaran tersebut tidak dibedakan dalam jenjang kelas. Kenaikan tingkat pendidikan dinyatakan dengan bergantinya kitab yang ''khatam'' (selesai) dikaji dan diikuti santri. Materi pelajarannya pun khusus berkisar tentang pengetahuan agama Islam, ilmu syari’at dan bahasa Arab.
 
Perubahan sistem pendidikan di pesantren ini pertama kali diadakan Kyai Hasyim Asy’ari pada tahun 1919, yaitu dengan penerapan sistem ''madrasi'' (klasikal) dengan mendirikan Madrasah Salafiyah Syafi’iyah. Sistem pengajaran disajikan secara berjenjang dalam dua tingkat, yakni ''Shifir Awal'' dan ''Shifir Tsani''.
 
Tahun 1929, kembali dilakukan pembaharuan, yaitu dengan dimasukkannya pelajaran umum ke dalam struktur kurikulum pengajaran. Hal tersebut adalah suatu tindakan yang belum pernah ditempuh oleh pesantren lain pada waktu itu. Sempat muncul reaksi dari para wali santri, bahkan para ulama dari pesantren lain. Hal demikian dapat dimaklumi mengingat pelajaran umum saat itu dianggap sebagai kemunkaran, budaya Belanda dan semacamnya. Hingga terdapat wali santri yang sampai memindahkan putranya ke pondok lain. Namun, madrasah ini berjalan terus karena Pondok Pesantren Tebuireng beranggapan bahwa ilmu umum akan sangat diperlukan bagi para lulusan pesantren.
 
== Daftar pengurus ==
 
Dalam perjalanan sejarahnya, hingga kini Pesantren Tebuireng telah mengalami 7 kali periode kepemimpinan. Secara singkat, periodisasi kepemimpinan Tebuireng sebagai berikut:
 
# [[Hasyim Asy'arie|KH. Muhammad Hasyim Asy’ari]] : 1899 – 1947
# [[Wahid Hasyim|KH. Abdul Wahid Hasyim]] : 1947 – 1950
# KH. Abdul Karim Hasyim : 1950 – 1951
# KH. Achmad Baidhawi : 1951 – 1952
# KH. Abdul Kholik Hasyim : 1953 – 1965
# [[Yusuf Hasyim|KH. Muhammad Yusuf Hasyim]] : 1965 – 2006
# [[Solahuddin Wahid|KH. Salahuddin Wahid]] : 2006 - sekarang
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* [http://pesantren.tebuireng.net/ Situs resmi Pondok Pesantren Tebuireng]
* [http://www.facebook.com/groups/tebuireng/ Perkumpulan Santri Tebuireng]
 
 
[[Kategori:Pesantren di Indonesia|Tebu Ireng]]
[[Kategori:Pesantren di Jawa Timur|Tebu Ireng]]