Masjid Istiqlal, Jakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k ←Suntingan 36.80.7.31 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Hanamanteo
Tag: Pengembalian
Baris 64:
Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak dia ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para [[arsitek]] baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.
 
Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. DrsIr. H. [[Mohammad Hatta]] (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi [[Hotel Indonesia]]. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat [[Muslim]] dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.
 
Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI saat itu) mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di [[Taman Wilhelmina]], yang di dalamnya terdapat reruntuhan [[benteng]]&nbsp;[[Belanda]] dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan [[keraton]] di [[Pulau Jawa]] dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan [[alun-alun]],<ref name="Sejarah Istiqlal"/> dan Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta. Selain itu Soekarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan dengan [[Gereja Katedral Jakarta]] untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai [[Pancasila]].