Pondok Pesantren Subulussalam, Sayurmaincat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Apundung (bicara | kontrib)
fix
Baris 6:
|caption = ''''
|established = [[5 Mei]] [[1927]]
|jenis = [[Salafiyah|Pondok Pesantren Salafiyah]]
|motto =
|slogan =
|affiliation = [[Islam]]
|calendar =
|pimpinan = [H.Ahmad Ali PRD ]]
|pengasuh =
|pendiri = [[Banda Kaya Lubis]]
|alamat = Jl. Sayur Maincat No.3, [[Sayur Maincat, Kotanopan, Mandailing Natal|Desa Sayurmaincat]]
|kota = [[Kotanopan, Mandailing Natal]]
|provinsi = [[Sumatera Utara]]
|negara = [[Indonesia]]
Baris 34:
 
 
'''Pondok Pesantren Subulussalam, Sayurmaincat''' merupakan salah satu pondok pesantren yang terletak di kabupaten [[Mandailing Natal]] dan berlokasi di desa [[Sayurmaincat]]Sayur Maincat, kecamatan [[Kotanopan]], kabupaten [[Mandailing Natal]], merupakan salah satu pesantren tertua di pulau [[Sumatera]] dengan usia sekitar hampir 1 abad, mempunyai andil besar dalam mengusir penjajah dari bumi GorangGordang SembilanSambilan (Madina). Pengurus Ponpes ketika itu banyak yang ditangkap Belanda kemudian di buang keluar sumatera.
 
== Sejarah ==
Masa kemerdekaan, Ponpes Subulusslam juga dijadikan markas [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR). Saat itu, pengurus, santri, guru-guru Ponpes Subulussalam mengadakan perlawanan terhadap penjajah [[Belanda]]. Mereka ini mengadakan rapat dan musyawarah menentang kolonial Belanda di Ponpes Subulussalam. Namun gerakan ini tercium oleh Belanda, akhirnya beberapa pengurus dan guru Ponpes Subulussalam di panggil Asisten Residen ke [[Padang Sidempuan]]. Mereka di hadapkan kepada Demang bagian politik. Dari mulut Demang saat itu sempat terlontar kata-kata, bahwa Ponpes Subulussalam adalah gudang politik. Sejak itu pemerintah Belanda terus mengawasi kegiatan pengurus, santi dan gurunya.
 
Tidak berapa lama kemudian, Pemerintah Belanda menangkap lima orang pengurus Ponpes sekaligus warga desa Sayurmaincat, di antaranya Tinggi Lubis (di buang ke Digul – Irian Jaya), Yahya Malik Nasution (dibuang ke Digul – Irian Jaya), [[Ali Hanafijah Lubis|H. Alinafiyah Lubis (H. Mahals Lubis)]] di penjarakan di Suka Miskin-Jawa Barat, Makmur Lubis di buang ke Ternate dan Abdul Aziz di buang entah kemana. Walaupun terjadi pengkapan terhadap pengurus, namun santri-santri Subulussalam tetap meneruskan perjuangan kemerdekaan.
 
Pada tahun 1945 saat [[Proklamasi]] kemerdakaan RI, Ponpes Subulussalam kembali dijadikan Asrama TKR. Setelah asrama TKR di pindahkan, Ponpes Subulussalam di jadikan Asrama oleh Jawatan Sosial. Dan seterusnya, Ponpes Subulussalam dipergunakan tempat latihan Napindo. Kemudian tahun 1949, Ponpes Subulussalam kembali di buka dengan kepala sekolah H. Fahruddin Arjun Lubis