Abdurrahman Wahid: Perbedaan antara revisi
[revisi terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 180.251.13.243 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Bagas Chrisara Tag: Pengembalian |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 28:
}}
[[Dr.(H.C.)]] [[Kiai|K.]] [[Haji (gelar)|H.]] '''Abdurrahman Wahid''' atau
|title = Gus Dur Wafat|newspaper = Kompas|date = 30 Desember 2009|url =http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/12/30/19073028/Gus.Dur.Wafat|accessdate = 30 Desember 2009
}}</ref> adalah tokoh [[Muslim]] [[Indonesia]] dan pemimpin politik yang menjadi [[Presiden Indonesia]] yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden [[B.J. Habibie]] setelah dipilih oleh [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] hasil [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999|Pemilu 1999]]. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh [[Kabinet (pemerintahan)|Kabinet]] [[Persatuan Nasional]]. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada [[20 Oktober]] [[1999]] dan berakhir pada Sidang Istimewa [[MPR]] pada tahun 2001. Tepat [[23 Juli]] [[2001]], kepemimpinannya digantikan oleh [[Megawati Soekarnoputri]] setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua ''Tanfidziyah'' (badan eksekutif) [[Nahdlatul Ulama]] dan pendiri [[Partai Kebangkitan Bangsa]] (PKB).
Baris 101:
== Awal karier ==
Gus Dur kembali ke Jakarta mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi untuk belajar di Universitas McGill Kanada. Ia membuat dirinya sibuk dengan bergabung ke Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial ([[LP3ES]]) organisasi
Abdurrahman Wahid meneruskan kariernya sebagai jurnalis, menulis untuk majalah dan surat kabar. Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan
Meskipun memiliki karier yang sukses pada saat itu, Gusdur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es. Pada tahun 1974 Gusdur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas dan segera mengembangkan reputasi baik. Satu tahun kemudian Wahid menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.
|