Adipati agung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 26:
[[Napoleon I]] sangat sering menganugerahkan gelar ini. Pada masa pemerintahannya, sejumlah sekutunya (secara ''de facto'' adalah penguasa bawahannya) diizinkan menyandang gelar adipati agung, biasanya pada saat swapraja-swapraja pusaka mereka (atau swapraja-swapraja anugerah dari Napoleon) diperluas dengan tambahan wilayah milik musuh yang berhasil dikalahkan di medan pertempuran. Setelah kejatuhan rezim Napoleon, pihak-pihak pemenang yang bersidang dalam [[Kongres Wina]], guna menyelesaikan kekisruhan politik selepas Perang Napoleon, sepakat untuk menghapuskan kadipaten-kadipaten agung yang diciptakan oleh Napoleon dan membentuk sekelompok monarki penyandang gelar adipati agung yang memiliki kekuatan tingkat menengah. Hasilnya adalah kemunculan sekelompok kepala monarki baru penyandang gelar adipati agung di kawasan tengah Eropa pada abad ke-19, khususnya di wilayah negara Jerman sekarang ini. Daftar dari kadipaten-kadipaten agung pascakongres Wina ini dapat dibaca dalam artikel [[kadipaten agung]].
Pada abad yang sama,
Dalam bahasa Jerman dan bahasa Belanda, yang memiliki istilah berbeda untuk pangeran anak raja ({{lang-de|Prinz}}, {{lang-nl|Prins}}) dan pangeran berdaulat ({{lang-de|Fürst}}, {{lang-nl|Vorst}}), ada perbedaan linguistik yang jelas antara adipati agung berdaulat yang memerintah atas sebuah negara di kawasan tengah dan barat Eropa ({{lang-de|Großherzog}}, {{lang-nl|Groothertog}}) dan adipati agung kehormatan di kalangan kerabat Kekaisaran Rusia maupun di negara-negara tidak berdaulat yang secara ''de facto'' merupakan negara-negara jajahan dari negara lain yang lebih kuat ({{lang-de|Großfürst}}, {{lang-nl|Grootvorst}}).
|