Kesultanan Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Ibra Bintang (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Bagas Chrisara
Tag: Pengembalian Pembatalan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 72:
Syarif Hidayatullah mengajak putranya [[Maulana Hasanuddin]] untuk berangkat ke [[Mekah]],<ref name=pudjiastuti1>Pudjiastuti, Titik. 2007. Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten. [[Jakarta]] : Yayasan Obor Indonesia</ref> sekembalinya dari [[Mekah]] Syarif Hidayatullah dan puteranya yaitu [[Maulana Hasanuddin]] kemudian melakukan dakwah Islam dengan sopan, ramah serta suka membantu masyarakat sehingga secara sukarela sebagian dari mereka memeluk dan taat menjalankan agama Islam, dari aktifitas dakwah ini di wilayah Banten, Syarif Hidayatullah dikenal dengan nama ''Syekh Nurullah'' (Syekh yang membawa cahaya Allah swt),<ref>Firdaus, Endang. 2009. Cerita Rakyat dari Serang. [[Jakarta]] : Grasindo</ref> aktifitas dakwah kemudian dilanjutkan oleh [[Maulana Hasanuddin]] hingga ke pedalaman ''Wahanten'' seperti gunung Pulosari di [[kabupaten Pandeglang]] dimana ia pernah tinggal selama sekitar 10 tahun untuk berdakwah kepada para ''ajar'' (pendeta), gunung Karang, gunung Lor, hingga ke Ujung Kulon dan pulau Panaitan<ref>Tim Balitbang dan Diklat Kementrian Agama Republik Indonesia. 2007. Kepemimpinan kiai-jawara: relasi kuasa dalam kepemimpinan tradisional religio-magis di pedesaan Banten. [[Jakarta]] : Kementrian Agama Republik Indonesia</ref>dengan pola syiar yang kurang lebih sama seperti yang dilakukan ayahnya.
 
Pada tahun 1521, Jaya dewata bali (prabu [[Siliwangi]]) mulai
membatasi pedagang muslim yang akan singah di pelabuhan-pelabuhan [[kerajaan Sunda]] hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh Islam yang akan diterima oleh para pedagang pribumi ketika melakukan kontak perdagangan dengan para pedagang muslim, namun upaya tersebut kurang mendatangkan hasil yang memuaskan karena pada kenyataannya pengaruh Islam jauh lebih kuat dibandingkan upaya pembatasan yang dilakukan tersebut, bahkan pengaruh Islam mulai memasuki daerah pedalaman [[kerajaan Sunda]]. Pada tahun itu juga [[kerajaan Sunda]] berusaha mencari mitra koalisi dengan negara yang dipandang memiliki kepentingan yang sama dengan [[kerajaan Sunda]], Jaya dewata ([[Siliwangi]]) memutuskan untuk menjalin persahabatan dengan Portugis dengan tujuan dapat mengimbangi kekuatan pasukan [[kesultanan Demak]] dan kesultanan Cirebon.