Kalimantan Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan HsfBot (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Alamnirvana
Tag: Pengembalian
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 68:
Wilayah Kalimantan Timur dahulu mayoritas adalah hutan hujan tropis. Terdapat beberapa kerajaan yang berada di Kalimantan Timur, diantaranya adalah [[Kerajaan Kutai]] (beragama [[Hindu]]), [[Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura]], dan [[Kesultanan Pasir]].
 
Wilayah Kalimantan Timur meliputi Paser, Kutai, Berau dan juga Karasikan (Buranun/pra-Kesultanan Sulu) diklaim sebagai wilayah taklukan Maharaja Suryanata, gubernur Majapahit di Negara Dipa (yang berkedudukan di [[Candi Agung]] di Amuntai) hingga tahun 1620 pada masa Kesultanan Banjar. Dengan bala bantuan dari Kerajaan Demak, Kesultanan Banjar terus melebarkan pengaruhnya ke Paser, Kutai, dan Berau. Perjanjian yang ditanda tangani antara Pieter Pietarsz (utusan VOC) dengan Raja Kutai Kartanegara dalam tahun 1635 memuat antara lain bahwa perdagangan bebas hanya dibolehkan antara Kerajaan Kutai dengan orang-orang Banjar dan Belanda saja. Semenjak itulah pedagang-pedagang asal Banjar mulai mendominasi sebelum kedatangan migrasi orang Bugis pada tahun 1638-1654 dan jatuhnya Makasar ke tangan Belanda tahun 1667. Antara tahun 1620-1624, negeri-negeri di Kaltim sempat menjadi daerah pengaruh Sultan Alauddin dari Kesultanan Makassar, sebelum adanya [[perjanjian Bungaya]].<ref name="Tijdschrift 23">{{nl}}{{cite journal|author=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië |url=http://books.google.co.id/books?id=ZxkmAQAAIAAJ&dq=panembahan%20Marrhoem&pg=PA201#v=onepage&q=panembahan%20Marrhoem&f=false|title=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië |volume= 23|issue=1-2|pages=201 | year=1861 }}</ref> Menurut [[Hikayat Banjar]] Sultan Makassar pernah meminjam tanah untuk tempat berdagang meliputi wilayah timur dan tenggara Kalimantan kepada Sultan Mustain Billah dari Banjar sewaktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan Sultan [[Tallo, Makassar|Tallo]] I Mangngadaccinna Daeng I Ba’le’ Sultan Mahmud [[Karaeng Pattingalloang]]<ref name="hikayat banjar"/>, yang menjadi mangkubumi dan penasihat utama bagi Sultan Muhammad Said, Raja Gowa tahun 1638-1654 dan juga mertua [[Sultan Hasanuddin]]<ref>{{nl}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=HBEDAAAAYAAJ&dq=aji%20tenggal&pg=PA243#v=onepage&q&f=false |pages=243 |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde |volume= 6 |author=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia |publisher=Lange & Co.|year= 1857}}</ref><ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=ENuMmZ1CaTcC&lpg=PA128&dq=sejarah%20banjar&pg=PA129#v=onepage&q=sejarah%20banjar&f=false|title=Nusa Jawa: silang budaya kajian sejarah terpadu: Jaringan Asia,|last=Lombard|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama|year=1996|isbn=9796054531|volume=2|pages=129|first-Denys}}
ISBN 978-979-605-453-4 ISBN 979-605-452-3 ISBN 978-979-605-452-7</ref> yang akan menjadikan wilayah Kalimantan Timur sebagai tempat berdagang bagi Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)<ref name="hikayat banjar">{{ms}} {{cite book|title=''[[Hikayat Banjar]]'' diterjemahkan oleh [[Siti Hawa Salleh]]|last=Ras|first=[[Johannes Jacobus Ras|Johannes Jacobus]]|publisher=[[Malaysia]]: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka|year=1990|isbn=9789836212405}}ISBN 983-62-1240-X</ref> sejak itulah mulai berdatanganlah etnis asal Sulawesi Selatan. Namun berdasarkan Perjanjian Kesultanan Banjar dengan VOC pada tahun 1635, VOC membantu Banjar mengembalikan negeri-negeri di Kaltim menjadi wilayah pengaruh Kesultanan Banjar. Hal tersebut diwujudkan dalam [[perjanjian Bungaya]], bahwa Kesultanan Makassar dilarang berdagang hingga ke timur dan utara Kalimantan.
 
Sesuai traktat [[1 Januari]] [[1817]], Sultan [[Sulaiman dari Banjar]] menyerahkan Kalimantan Timur, Kalimatan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada Hindia Belanda. Pada tanggal [[4 Mei]] [[1826]], Sultan Adam al-Watsiq Billah dari Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda.<ref name="Bandjermasin">{{id}} Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia- Belanda 1635-1860, Penerbit Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat 1965</ref> Pada tahun 1846, Belanda mulai menempatkan Asisten Residen di Samarinda untuk wilayah Borneo Timur (sekarang provinsi Kalimantan Timur dan bagian timur Kalimantan Selatan) bernama H. Von Dewall.<ref>{{en}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&lpg=PT31&dq=sultan%20sulaiman&pg=PT31#v=onepage&q=sultan%20sulaiman&f=true|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|last=Magenda|first=Burhan Djabier|publisher=Equinox Publishing|year=2010|isbn=602-8397-21-0}}ISBN 978-602-8397-21-6</ref> Kaltim merupakan bagian dari Hindia Belanda.<ref>{{nl}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false |author=Nederlandisch Indië|title=Staatsblad van Nederlandisch Indië|publisher= s.n.|year=1849}}</ref> Kaltim 1800-1850.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneoc19-1.html?zoomview=1|title=Borneo, 1800-1857|publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=9 August 2011}}</ref> Dalam tahun 1879, Kaltim dan Tawau merupakan Ooster Afdeeling van Borneo bagian dari Residentie Zuider en Oosterafdeeling van Borneo.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html?zoomview=1|title=Administrative sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879|publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=9 August 2011}}</ref> Dalam tahun 1900, Kaltim merupakan zelfbesturen ([[wilayah dependensi]])<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneozelfb1900.html?zoomview=1|title=Native states (zelfbesturen) in Dutch Borneo, 1900|publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=9 August 2011}}</ref> Dalam tahun 1902, Kaltim merupakan Afdeeling Koetei en Noord-oost Kust van Borneo.<ref>{{en}} (2009){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1902.html?zoomview=1|title=Administrative divisions in Dutch Borneo, 1902|publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=9 August 2011}}</ref><ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneosubdist1902.html?zoomview=1|title=Administrative divisions in Dutch and British Borneo, 1902|publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=9 August 2011}}</ref> Tahun 1942 Kaltim merupakan Afdeeling Samarinda dan Afdeeling Boeloengan en Beraoe.<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1942.html?zoomview=1|title=Borneo in 1942|publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=9 August 2011}}</ref> Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal [[17 Agustus]] [[1945]], Indonesia memiliki 8 provinsi, yaitu: [[Sumatera]], [[Kalimantan (provinsi)|Borneo]] ([[Kalimantan]]), [[Jawa Barat]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]], [[Sulawesi]], [[Maluku]], dan [[Sunda Kecil]]. Pada masa pergerakan kemerdekaan (1945-1949), Indonesia mengalami perubahan wilayah akibat kembalinya Belanda untuk menguasai Indonesia, dan sejumlah "negara-negara boneka" dibentuk Belanda dalam wilayah negara Indonesia.
Wilayah Kalimantan Timur baru bergabung ke dalam Negara Republik Indonesia secara resmi pada 10 April 1950.
[[Berkas:Borneo1945.png|jmpl|kiri|Provinsi Borneo saat masa awal kemerdekaan, tahun 1945.]]
 
Sebelumnya, pada awal 1950 rakyat Kaltim dalam wadah koalisi Front Nasional yang dipimpin Abdoel Moeis Hassan (bukan Inche Abdoel Moies) menuntut penghapusan swapraja-swapraja alias empat Kesultanan yang ada di Kaltim serta menuntut agar Federasi Kaltim bergabung ke RI.
 
Kala itu, Federasi Kaltim warisan Van Mook berada dalam kedaulatan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS), bukan RI. Pemerintahan Federasi Kaltim merupakan gabungan Kesultanan Kutai, Sambaliung, Gunung Tabur, Bulungan, plus neoswapraja Pasir.
 
Tuntutan Front Nasional dipenuhi pemerintah lokal dan pusat. Berturut-turut: Februari, 10 Maret, dan 16 Maret; Dewan Kaltim, Federasi Kaltim, dan Residen Kaltim meminta Pemerintah RIS mewujudkan tuntutan rakyat Kaltim. 19 Maret Pemerintah RI setuju. 24 Maret Presiden RIS juga setuju.
 
Penggabungan Kaltim ke wilayah RI dilakukan dalam upacara serah-terima dari Pemerintah RIS kepada Pemerintah RI. RIS diwakili Aji Raden Afloes (Plt. Residen Kaltim). Adapun RI diwakili Dr. Moerdjani (Gubernur Kalimantan). Bertindak sebagai saksi, Menteri Dalam Negeri Mr. Soesanto Tirtoprodjo.
 
Penggabungan Kaltim ke RI tercatat dalam sejarah sebagai daerah pertama di luar Jawa dan Sumatra usai Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menggabungkan diri ke wilayah RI. Status wilayah kaltim pada awal bergabung ke RI hingga 6,5 tahun kemudian adalah keresidenan di bawah Provinsi Kalimantan yang beribu kota di Banjarmasin.<ref>: Muhammad Sarip, Samarinda Tempo Doeloe Sejarah Lokal 1200–1999.</ref>
 
[[Berkas:Borneo1945.png|jmpl|kiri|Provinsi Borneo saatdibentuk masa18 awalAgustus kemerdekaan,1945 tahundengan 1945gubernur pertama [[Pangeran Muhammad Noor]].]]
 
=== Pembentukan Provinsi Kalimantan Timur ===