Abdoel Moeis Hassan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mahakam Bahari (bicara | kontrib)
Mahakam Bahari (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 56:
Hasil [[Konferensi Meja Bundar]] 1949 yang membentuk [[Republik Indonesia Serikat]] membuat Kalimantan Timur tergabung dalam [[Republik Indonesia Serikat]]. Keadaan ini tidak memuaskan Front Nasional dan kaum Republiken. Maka, Abdoel Moeis Hassan memelopori tuntutan agar Kalimantan Timur keluar dari RIS dan berintegrasi ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tuntutan dipenuhi oleh pemerintah Federasi Kalimantan Timur dan pemerintah pusat sehingga pada 10 April 1950 Kalimantan Timur resmi bergabung ke Republik Indonesia.{{sfn|Penyusun|1992|p=123}}
 
Bersamaan dengan tuntutan integrasi Kalimantan Timur ke RI, Abdoel Moeis Hassan sebagai Ketua Front Nasional gencar mempropagandakan gagasan penghapusan [[swapraja]] (kesultanan) karena menurutnya sistem [[feodalisme]] tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman yang demokratis. Abdoel Moeis Hassan pernah menyampaikan hal ini secara langsung kepada Sultan Kutai Kertanegara yang juga disaksikan oleh rakyat ketika Sultan [[Aji Muhammad Parikesit]] menyatakan proklamasi persetujuan Kerajaan Kutai Kertanegara bergabung ke NKRI pada 23 Januari 1950.{{Sfn|Pro 2018, Mengubur Lokasi}} Gagasan ini bertujuan agar setiap rakyat mempunyai persamaan hak dalam menempati posisi di birokrasi sesuai kapabilitasnya tanpa diskriminasi berdasarkan status kebangsawanan. {{sfn|Hassan|1994|p=226}} Ide ini terwujud dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 27 tahun 1959 yang menghapuskan status Daerah Istimewa bagi [[Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura|Kesultanan Kutai Kertanegara]], [[Kesultanan Berau]], dan [[Kesultanan Bulungan]].{{sfn|Penyusun|1992|p=134}}
 
Pada awal 1950, INI Kalimantan Timur melebur ke dalam [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI). Abdoel Moeis Hassan terpilih menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Nasional Indonesia Cabang Kalimantan Timur pada Februari 1950. PNI sendiri merupakan partai politik berhaluan nasionalis yang terbesar pada [[Orde Lama]]. Abdoel Moeis Hassan menempati pucuk pimpinan PNI Kaltim selama sembilan tahun sejak 1950 hingga 1959. Setelah itu, Dewan Pimpinan Pusat PNI mengangkat Moeis Hassan sebagai anggota Dewan Partai PNI.{{sfn|Hassan|2004|p=424}}
Baris 189:
|location=Jakarta
|ref=harv
}}
* {{cite news
|title=Mengubur Lokasi Bersejarah Selamatkan Lapangan Kinibalu, Saksi Perjuangan Kaum Republiken
|last=
|first=
|work=Pro Kaltim
|url=http://kaltim.prokal.co/read/news/319100-mengubur-lokasi-bersejarah.html
|date=8 Desember 2017
|ref={{SfnRef|Pro 2018, Mengubur Lokasi}}
|accessdate=18 Agustus 2018
}}
* {{cite news