Abdoel Moeis Hassan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib) update dan merapikan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Hanamanteo (bicara | kontrib) k perbaiki |
||
Baris 1:
{{rapikan}}
{{Kotak info Gubernur▼
{{tak netral}}
|name = Abdoel Moeis Hassan
|image = 03-Gubernur-03 A Moes Hasan.jpg
Baris 24 ⟶ 26:
}}
'''[[Haji]] Abdoel Moeis Hassan''' ({{lahirmati|[[Kota Samarinda|Samarinda]]|2|6|1924|[[Jakarta]]|21|11|2005}}) adalah seorang tokoh pemuda pergerakan kebangsaan di [[Kota Samarinda|Samarinda]] pada masa 1940–1945 dan pemimpin perjuangan diplomasi politik untuk kemerdekaan Republik [[Indonesia]] di wilayah [[Kalimantan Timur]] pada masa 1945–1949. Sejak remaja, ia mengikuti aktivitas pergerakan kebangsaan di Samarinda dan belajar masalah politik pada [[A.M. Sangadji]]. Pada tahun 1940, ia mendirikan ''Roekoen Pemoeda Indonesia'' (Roepindo) dan menjadi ketuanya. Bersama A.M. Sangadji, ia mendirikan lembaga pendidikan bernama ''Balai
Pada akhir tahun 1949, bersama [[Front Nasional (Orde Lama)|Front Nasional]], ia menuntut kepada pemerintah lokal untuk keluar dari [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS) dan bergabung dengan RI-Yogya. Tuntutannya tercapai dengan berintegrasinya [[Negara Kalimantan Timur|Keresidenan Kalimantan Timur]] ke wilayah RI pada tanggal 10 April 1950. Ia mengadakan Kongres Rakyat Kaltim pada 1954 untuk menuntut pembentukan Provinsi Kalimantan Timur supaya pembangunan dapat meningkat. Tahun 1956, tuntutan dipenuhi dan 9 Januari 1957 Kaltim resmi berdiri sebagai provinsi. Tahun 1960, ia menjadi Ketua Komisi Gabungan di [[
Tahun 1962, ia menjadi [[Gubernur Kalimantan Timur]] kedua. Pada tahun 1964, ia mencegah usaha pembakaran keraton Kutai oleh massa dan tentara suruhan Panglima [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Kodam IX Mulawarman]]. Tahun 1966, ia berhenti sebagai Gubernur dan menjadi pegawai di Departemen Dalam Negeri di Jakarta. Tahun 1968 hingga 1970, ia kembali menjadi anggota DPR RI mewakili PNI.
Baris 32 ⟶ 34:
Tahun 1976, ia pensiun dari PNS dan berkiprah di bidang sosial kemasyarakatan serta menulis artikel dan buku. Tahun 2018, sebuah kelompok pemerhati sejarah yang independen mengajukan usulan calon Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan kepada Walikota Samarinda.
== Latar
Abdoel Moeis Hassan berasal dari [[suku Banjar|Banjar]], putra kelima dari Mohammad Hassan, seorang tokoh [[Syarikat Islam]] Samarinda pada masa pergerakan kebangsaan. Kakeknya, dari pihak ayah, bernama H. Mohammad Saleh yang berasal dari [[Amuntai]], [[Kalimantan Selatan]]. Sedang, kakek dan nenek dari pihak ibunya berasal dari [[Banjarmasin]].{{sfn|Hassan|1994|p=191}}
Karena hidup sezaman dengan [[Inche Abdoel
Pada tahun 1944, dalam usia 20 tahun, Abdoel Moeis Hassan menikah dengan Fatimah, yang lebih muda empat tahun darinya.{{sfn|Sarip|2018|p=19}} Ia dan Fatimah dikaruniai enam putra dan satu putri.{{sfn|Sarip|2018|p=91}} Abdoel Moeis Hassan mempunyai adik kandung bernama [[Muhammad Syarkawie Hassan]] yang merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia periode 1982-1988 serta Ketua Majelis Kehormatan dan Penasihat Pengurus Besar PDGI periode 1988-2003.{{sfn|Hassan|2004|p=360}}
Baris 48 ⟶ 50:
Setelah Republik Indonesia memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945, sementara [[Kota Samarinda|Samarinda]] dan Kalimantan Timur belum bergabung dengan Republik Indonesia, Abdoel Moeis Hassan bergabung dalam Gerakan Dr. Soewadji yang merencanakan proklamasi kemerdekaan di Samarinda.{{sfn|Sanusie|1984|p=44}}
Kemudian, ia berjuang melalui jalur pergerakan diplomasi dalam wadah partai politik lokal bernama [[Ikatan Nasional Indonesia]] (INI) dan koalisi organisasi bernama [[Front Nasional (Orde Lama)|Front Nasional]]. Tahun 1946 ia mendirikan INI cabang Samarinda.{{sfn|Hassan|1994|p=221}} Tahun 1947 ia ditunjuk INI menjadi ketua Front Nasional. Kedua organisasi yang bermarkas di Gedung Nasional Samarinda tersebut menyatakan sikap mendukung Negara Republik Indonesia dan menentang pendudukan Belanda di Indonesia.{{sfn|Hassan|1994|p=222}} Sikap ini bertolak belakang dengan empat kesultanan yang ada di [[Negara Kalimantan Timur|Keresidenan Kalimantan Timur]], yang lebih memilih bergabung dalam Pemerintah Federasi Kalimantan Timur bentukan [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]], [[Hubertus Johannes van
Abdoel Moeis Hassan tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan. Hal ini teruji dengan tawaran menjadi delegasi Federasi Kalimantan Timur dalam Bandung Federale Conferentie (BFC), yakni [[Majelis Permusyawaratan Federal|Konferensi Federal Bandung]], konferensi negara-negara boneka
Hasil [[Konferensi Meja Bundar]] 1949 yang membentuk [[Republik Indonesia Serikat]] membuat Kalimantan Timur tergabung dalam [[Republik Indonesia Serikat]]. Keadaan ini tidak memuaskan Front Nasional dan kaum Republiken. Maka, Abdoel Moeis Hassan memelopori tuntutan agar Kalimantan Timur keluar dari RIS dan berintegrasi ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tuntutan dipenuhi oleh pemerintah Federasi Kalimantan Timur dan pemerintah pusat sehingga pada 10 April 1950 Kalimantan Timur resmi bergabung ke Republik Indonesia.{{sfn|Penyusun|1992|p=123}}
Baris 80 ⟶ 82:
Abdoel Moeis Hassan pernah mendapat tawaran untuk jabatan [[duta besar]] di salah satu negara di [[Amerika Latin]] tetapi ditolaknya.{{Sfn|Pro 2018, Lepas Jabatan}}
==
[[Berkas:Indonesia 2016 5000r o.jpg|ka|jmpl|200px|Idham Chalid pada bagian depan Rp5.000 (2016)]]
Setelah pensiun sebagai pegawai negeri pada 1977, Abdoel Moeis Hassan aktif dalam bidang sosial dengan mendirikan Yayasan Bina Ruhui Rahayu. Yayasan ini mengadakan pendidikan dan pelatihan serta memberikan beasiswa bagi pelajar. Ia juga menjadi Ketua Kerukunan Keluarga Kalimantan di Jakarta. Paguyuban warga Kalimantan di ibu kota negara ini para pengurus intinya antara lain mantan Ketua [[PBNU]]
Abdoel Moeis Hassan juga menjadi penasihat bagi pengusaha Gozali Katianda dalam mendirikan perusahaan penyelenggara umrah dan haji ONH Plus pertama di Indonesia.{{sfn|Katianda|2012|p=83 & 88}}
== Wafat ==
Pada 19 November 2005, Moeis Hassan bersama istrinya menghadiri halalbihalal masyarakat Kaltim yang berdomisili di Jakarta yang diadakan di Gedung Serbaguna Deplu. Ia sempat mengeluh kesulitan [[buang air kecil]]
== Diusulkan sebagai Pahlawan Nasional ==
|